Peran museum negeri Provinsi Papua dalam meningkatkan wisata pendidikan siswa SMA di Kota Jayapura
DABAMONA, Samsudin Arifin, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA,M.Phil
2010 | Tesis | S2 Magister Kajian PariwisataPenelitian ini untuk melihat hubungan antara peran Museum Negeri Provinsi Papua dalam pariwisata dan kurikulum pendidikan tingkat SMA serta apakah museum ini telah berperan optimal sebagai obyek tujuan wisata pendidikan bagi siswa SMA Kota Jayapura dalam mendukung pendidikan. Selain itu, ingin mengetahui cara mengembangkan potensi museum guna mendukung pengembangan wisata pendidikan siswa SMA di Kota Jayapura. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui pendekatan fenomenologi, yaitu mengkaji sebuah fenomena sosial fenomenologi dengan cenderung menentang atau meragukan apa-apa yang diterima tanpa melalui penelahaan atau pengamatan lebih dahulu serta menentang sistem besar yang dibangun dari pemikiran yang spekulatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara museum melalui koleksi benda materi dan kegiatannya dengan kurikulum KTSP tingkat SMA, khususnya pada mata pelajaran sejarah, seni budaya dan antropologi serta muatan lokal. Hubungan tersebut diketahui melalui penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang termuat dalam kurikulum KTSP. Untuk pemanfaatannya biasanya dilakukan melalui karyawisata atau studi tur (wisata pendidikan). Peran Museum Negeri Provinsi Papua juga terlihat dari kegiatan-kegiatan yang bersifat edukasi baik di dalam dan di luar museum. Meskipun demikian, peran lembaga ini dalam pendidikan dapat dikatakan belum optimal. Letak lokasinya yangg cukup jauh dengan SMA-SMA di Distrik lainnya seperti Muara Tami dan Heram serta faktor ekonomi siswa juga menjadi masalah tersendiri bagi museum. Hal tersebut juga ditambah dengan faktor keamanan di Papua akibat isu Papua merdeka. Pengembangan potensi Museum Negeri Provinsi Papua sebagai sumber pembelajaran telah dilakukan oleh pihak pengelola. Meskipun demikian, pengembangan tersebut belum menunjukan hasil yang optimal karena hambatan secara internal maupun eksternal. Secara internal, lemahnya SDM, pendanaan, jaringan (networking), keamanan serta pemanfaatan CIT (Communication, Information and Telecommunication) menjadi permasalahan. Secara eksternal, dukungan dari pemerintah daerah melalui pembangunan berbasis budaya salah satunya dengan memanfaatkan museum sebagai salah satu pioneer dalam sektor pendidikan nonformal juga sangat minim. Untuk mengantipasinya, maka pengelola perlu mengambil langkah-langkah perbaikan dalam pengelolaan secara internal menyeluruh dan merangkul serta menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai pihak untuk lebih mengoptimalkan peran museum khususnya di bidang wisata pendidikan.
This research is made to find out the relationship between Museum Negeri Provinsi Papua and curriculum of senior high school in Jayapura city and whether this museum has played its role as an educational tourism object for students to support education. This research also aims to identify how to evolve potencies of Museum Negeri Provinsi Papua in educational tourism. Qualitative method is used in this research through phenomenology approach. This approach itself is stated to identify social phenomenon by refusing or put something in doubt the data’s without researching and observing it before. Data sources is taken by object, place, event, informant and document. The writer uses some technique in collecting data’s such as observation, interview and document analysis. The result has found out that there are correlation between Museum Negeri Provinsi Papua through its collections and activities with high school curriculum (KTSP) in Jayapura, especially for some subjects such as history, culture and art, anthropology and local contents of Papua. The correlation had found by identifying standard competency and basic competency in KTSP curriculum. Some schools have already utilized it as supported source in contextual learning activities by doing educational tour. Its role inside and outside also can be seen from some activities that have characteristics in education field. Even though, the role of Museum Negeri Provinsi Papua always faces some problems every year. The location is not near enough for some schools which located in different district, for instance Muara Tami and Heram. The other problems also be found in economy and safety factors in Papua. Museum organizer had made some steps to increase their quality as an alternative source in learning. However, they face some obstacles. Those are caused both internally and externally. Internally this institution have obstacles for instance, quality and quantity in human resources, funding, linking, ICT usage and visitor safety. Externally can be seen by the local government support which has made policy to develop Papua based on its culture but the implementation in using museum are not enough. To anticipate it, museum organizer should take several steps in managing the museum comprehensively and interlacing relationship with some stakeholder to optimize the role of museum especially in supporting education in the future.
Kata Kunci : Pendidikan,Museum,Wisata, Education, Museum, Tourism