Alternatif perhitungan inflasi inti Indonesia (Periode Januari 2003 s.d. April 2008)

SHODIQIN, Prof. Dr. Iswardono S. Permono, M.A

2010 | Tesis | S2 Magister Ekonomika Pembangunan

Salah satu masalah sentral dalam masalah makro ekonomi Indonesia adalah masalah inflasi. Tingkat inflasi yang rendah dan stabil sangat penting saat ini, terlebih lagi dengan telah berlakunya perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan China (ACFTA) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2010, di mana dengan tingkat inflasi yang rendah dan stabil diharapkan komponen biaya tenaga kerja menjadi murah, sehingga produk dalam negeri yang dihasilkan dapat bersaing harganya dengan produk sejenis yang masuk pasar domestik. Mengingat besarnya bobot inflasi Kota-Kota selain Kota Jakarta berdasarkan SBH tahun 2002, yakni sebesar 72,34 persen, maka strategi yang baik untuk meredam dampak laju peningkatan inflasi Nasional adalah dengan mengetahui secara pasti faktor penyebab laju peningkatan inflasi di tiap Kota dari 45 Kota di Indonesia. Sebagaimana diketahui, bahwa inflasi tiap Kota dari 45 Kota di Indonesia telah dihitung dan diumumkan secara resmi dalam Berita Resmi Statistik (BRS) BPS setiap bulannya. Namun perhitungan inflasi inti Indonesia dari kumulatif 45 Kota belum pernah dilakukan perhitungannya. Mengingat besarnya bobot Kota inflasi pada Kota-Kota di luar Kota Jakarta, maka perlu dilakukan alternatif perhitungan inflasi inti Indonesia (yoy), yang dilakukan dengan cara menjumlahkan inflasi inti (yoy) dari 45 Kota di Indonesia, baik menggunakan metode eksklusi kelompok Administered Price dan Volatile Foods, maupun menggunakan metode eksklusi kelompok Foods dan Selected Item of Energy atau kelompok energi. Dalam penelitian yang berjudul ”Alternatif Perhitungan Inflasi Inti Indonesia” dari sumber data BPS diolah. Selanjutnya, dilakukan penelitian apakah hasil tranformasi grafik garis dari metode perhitungan inflasi inti Indonesia dari kumulatif inflasi inti 45 Kota di Indonesia dengan metode eksklusi Administered Price dan Volatile Foods memiliki kecenderungan arah yang sama dengan grafik garis inflasi inti Indonesia dari NK Indonesia. Berdasarkan uji statistik menggunakan persamaan regresi antara inflasi Indonesia (yoy) dengan inflasi inti penjumlahan dari 45 Kota baik menggunakan metode eksklusi Administered Price dan Volatile Foods maupun dengan inflasi inti metode eksklusi Foods dan Energy, menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen dari kedua metode akan menyebabkan peningkatan laju inflasi Indonesia (yoy) sebesar 2,95 persen dan 1,41 persen. Dari hasil uji kointegrasi diketahui adanya hubungan kointegrasi antar variabel inflasi inti metode eksklusi kedua metode tersebut dengan inflasi Indonesia (yoy) dalam jangka panjang, dan dari hasil uji ECM, diketahui bahwa setiap perubahan jangka pendek sebesar 1 persen dari inflasi inti kedua metode tersebut, akan direspon dengan perubahan jangka pendek dari inflasi Nasional (yoy) sebesar 3,13 persen untuk metode eksklusi Adminsitered Price dan Volatile Foods, dan 1,42 persen, untuk metode eksklusi Foods dan Energy.

One of the main issue from macro economy Indonesia is Inflation. Stable and low of inflation rate is very important today, according to Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) which have start from January 2010. This condition can make the cost of wage will be cheaper. Then it can make increase the competitive advantage with the others country. According to the size of the weight inflation City excluding Jakarta city base on cost of living 2002, was 72.34 percent, then the best strategies to make the low impact of height rate of National inflation is the know the exactly about the cause of the of inflation in every cities in Indonesia. As we known, inflation in every cities in Indonesia, have calculated and released by Badan Pusat Statistik (Statistical Central Institution) every month in Berita Resmi Statistik (Statistic News) BPS. But the core of inflation from 45 cities has not calculated before. As the height of the weighted from the other’s cities excluding Jakarta’city, then it’s needed to make the alternative calculation of Indonesia’s core inflation (yoy). With the sum of core inflation from all 45 cities in Indonesia, which include methods of exclution Administered Price and Volatile Foods, and the others methods of which excluition of Foods and Energy. The tittle of this research is “Alternative Measurement of Indonesia’s Core Inflation”. And then, the research make sure that the transformation of the chart line from Indonesia’s core inflation from the sum of core inflation from 45 cities in Indonesia have same trend with the chart line of Indonesia’s core inflation which base on National Consumption of Indonesia. Based on statistical test for the regression model between Indonesia Inflation (yoy) and core inflation from 45 cities, which including exclution methods from the Administered Price and Volatile Foods or core inflation which exclude Foods and Energy, shows that in every one percent of core inflation of that methods, make the higher of 2.95 and 1.41 percent of Indonesia inflation (yoy). From the result of cointegration test, kown that there is cointegration relationship between core inflation variable with two kinds of exluction methods with inflation Indonesia (yoy) in the long time relationship, and from test of ECM, knowing that every changes in the short time in one percent from two kinds of core inflation, will be respond by the positive short time changes from National Inflation (yoy) at 3.13 percent for method exclution Administered Price and Non-Volatile Foods dan at 1.42 percent for method exclution Foods and Energy.

Kata Kunci : Inflasi,Ekonomi Indonesia, Core Inflation, Administered Price, Volatile Foods, Foods and Energy