Kontribusi kehutanan dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat dan strategi sosial forestry :: Studi kasus pada HL. Gn. Masinggi dan HPT. S. Andagile-S. Gambuta-S. Biau yang dikelola HPH PT. Lembah hijau Semesta, Kabupaten Bolaang Mongondoe Utara, Propinsi Sulawesi Utara
MAEFRI, Harju, Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon, M.S
2010 | Tesis | S2 Ilmu KehutananPengelolaan hutan sistem konvensional yang selama ini kurang memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat menyebabkan hutan rusak dan mengakibatkan masyarakat yang ada disekitar hutan miskin. Dengan adanya pergeseran pengelolaan hutan menjadi paradigma sosial forestry diharapkan hutan menjadi lebih baik. Tujuan Penelitian ini adalah 1). Mengetahui tingkat kemakmuran masyarakat, 2). Mengetahui konstribusi kehutanan terhadap kemakmuran, 3). Menyusun rekayasa strategi social forestry untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian yaitu deskriptif, penentuan responden berdasarkan stratified random sampling pada luas kepemilikan lahan, data-data yang diperoleh dianalisis berdasarkan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat Nunuka sebesar Rp. 2.327.235,-/kapita/tahun atau termasuk kategori miskin, dan masyarakat Mome sebesar Rp. 1.328.074,-/kapita/tahun termasuk miskin sekali. Kontribusi kehutanan untuk masyarakat Nunuka yang diperoleh dari hasil hutan Rp. 125.301.685,-, kegiatan kehutanan sebesar Rp. 44.100.000,- dan IUPHHK sebesar Rp. 11.387.624,-, dan kontribusi kehutanan untuk masyarakat Mome yang diperoleh dari hasil hutan Rp. 76.607.380,- dan kegiatan kehutanan sebesar Rp. 12.074.000,-. Rekayasa pengelolaan hutan yang disusun pada hutan produksi terbatas dikelola dengan FRM, dan pengelolaan hutan lindung dengan FEM. Teknik pengelolaannya dengan strategi social forestry dibagi kedalam forest engineering dan social engineering. Forest engineering yang terdiri atas: 1) Penataan batas 2) Management regiem 3) Inventarisasi hutan. Social engineering terdiri atas: 1) Pemberdayaan masyarakat 2) Mengoptimalkan kelembagaan masyarakat 3) Pembinaan usaha dan kemitraan.
Forest management using conventional system which up until recently pay less attention to social aspects, economic, and culture have yielded forest damage and poverty towards society surround it. With the shifting of forest management into forestry social paradigm, it is expected that forest changed into better condition. This study is purposed to 1). Investigate welfare rate of the society, 2). Understand forestry contributions for welfare, 3). Arrange strategic engineering of social forestry in order to improve social welfare. Basic method used within this study is descriptive; respondents are selected according to stratified random sampling on the capacity of land holding, data collected then analyzed based on qualitative and quantitative descriptive methods. The result suggested that welfare rate of Nunuka society is Rp. 2.327.235,-/caputa/year in number or categorized into poor, and Mome society is Rp. .328.074,-/caputa/year in number and categorized into very poor. Forestry contribution gained from forest product for Nunuka society is Rp. 125.301.685,-, forestry activity is Rp. 44.100.000,- and IUPHHK is Rp. 11.387.624,-; forestry contribution for Mome society gained from forest product is Rp. 76.607.380,- and forest activity is Rp. 12.074.000,-. Forest strategic engineering planned for limited production forest is definitely managed with FRM, whereas FEM is dedicated to protected forest. Its management technique with social forestry strategy is divided into forest engineering and social engineering. Forest engineering is including: 1) Border Structuring 2) Regime Management 3) Forest Inventorying. Social engineering is including: 1 Social Empowerment 2) Optimizing social Organization 3) Business Development and Partnership
Kata Kunci : Kontribusi,Tingkat kemakmuran,Social forestry