Peranan kepala puskesmas dalam meningkatkan cakupan program KIA di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2008
LAKA, Thomas Johannes Maria, Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH
2010 | Tesis | S2 IKM-Kebijakan dan Manajemen Pelayanan KesehatanLatar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih tinggi bahkan tertinggi dibandingkan dengan Negara Asean. Menurut SDKI tahun 2007 AKI dilaporkan sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Millenium Development Goals (MDGs) targetkan. Untuk menurunkan angka kematian ibu 2/3 dari 228 per 100.000 kelahiran hidup yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 dan WHO (1997) mencatat angka kematian ibu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 3-6 kali lebih besar dari negaranegara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali angka di negara-negara maju (Depkes RI, 2002). Untuk menurunkan kematian ibu dan anak, puskesmas memiliki peran yang besar. Puskesmas sebagai salah satu unit organisasi kesehatan di tingkat Kabupaten dengan upaya kesehatan yang menyeluruh dan terpadu adalah paling dekat dengan masyarakat, sehingga merupakan tulang punggung untuk tercapainya program peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Saat ini di Kabupaten TTU permasalahan yang menonjol adalah kurangnya tenaga bidan, dana, sarana prasarana dan peran serta masyarakat. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus, pada delapan Kepala Puskesmas di Kabupaten TTU, dengan menitik beratkan pada peranan Kepala Puskesmas dari aspek manajerial dalam meningkatkan cakupan program kesehatan ibu dan anak. Adapun aspek yang dinilai yaitu kekurangan bidan, keterlambatan realiasasi dana,sarana prasarana serta peranan tokoh masyarakat dan kader dengan indikator penilaian dari segi POAC. Hasil. Menunjukkan bahwa dalam mengatasi kekurangan bidan dan keterlambatan realisasi dana, Kepala Puskesmas di Kabupaten TTU dari aspek manajerialnya lebih mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki untuk meningkatkan cakupan program KIA.Untuk faktor sarana dan prasarana serta peranan tokoh masyarakat dan kader, Kepala Puskesmas di Kabupaten TTU dari aspek manajerial lebih menekankan pada pemanfaatan dan kesinambungan, agar program KIA dapat ditingkatkan. Kesimpulan. Bahwa Kepala Puskesmas dari aspek manajerial dalam pencapaian program KIA, berbeda dari segi planning dan pengorganisasian. Hal tersebut disebabkan oleh faktor geografis, lingkungan dan tingkat pendidikan masing–masing Kepala Puskesmas.
Background: Maternal mortality rate in Indonesia is still the highest in Southeast Asian countries. Indonesian Health Demographic Survey 2007 indicated that mortality rate (MMR) was 228 per 100,000 births alive; whereas Millennium Development Goals (MDGs) target to reduce MMR from 228 per 100,000 births alive. Household Health Survey 1995 and WHO 1997 showed MMR was 373 per 100,000 births alive. This figure is 3-6 times higher in Southeast Asian countries and 50 times higher in developed countries (Ministry of Health 2002). Health Centers have important role in minimizing MMR. Health center is a unit of health institution at district level with its comprehensive and integrated health efforts is the backbone for the achievement of increased health status of the community. The pertaining problems at District of Timor Tengah Utara nowadays is lack of midwives, budget, facilities and community participation. Objective: To identify managerial role of head of health centers in increasing coverage of mother and child health program at District of Timor Tengah Utara. In particular the study aimed to identify managerial role of head of health centers in overcoming limited number of staff, delay in budget realization, limited facilities and lack of community leaders’ and cadres’ participation in increasing coverage of mother and child health program. Method: This study was descriptive with a case study design focused to eight heads of health centers at District of Timor Tengah Utara that emphasized on managerial role of head of health centers in increasing coverage of mother and child health program. Aspects assessed were lack of midwives, delay in budget realization, facilities and role of community leaders and cadres using assessment indicators of planning, organizing, acting and controlling. Result: To overcome the problem of limited midwives and delay in budget realization, heads of health centers at District of Timor Tengah Utara optimized the available resources in increasing coverage of mother and child health program. To overcome the problem of limited facilities and participation of community leaders and cadres; they put priority on utilization and sustainability in order to increase mother and child health program coverage. Conclusion: To achieve the target of mother and child health program, heads of health centers at District of Timor Tengah Utara differed in aspects of planning and organizing. This was due to factors of geography, environment, and educational background of heads of health centers.
Kata Kunci : Peranan,Kepala puskesmas,Program KIA,heads of health centers, mother and child health program