Laporkan Masalah

Epidemiologi fasciolopsis di Desa Kalumpang dalam Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

ANNIDA, Prof. Dr. dr. Soeyoko, DTMH, SU

2010 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis

Latar Belakang : Fasciolopsiasis di Indonesia ditemukan sejak tahun 1982 di Desa Sei Papuyu, Kecamatan Babirik, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan dengan infection rate 27%. Hasil survei yang dilakukan dari tahun 1991-2007 di 20 desa endemis di wilayah Kecamatan Babirik, Sei Pandan dan Danau Panggang dengan prevalensi 0,3-27,0%, menunjukkan kecenderungan prevalensi yang tinggi di Desa Kalumpang Dalam, Kecamatan Babirik dimana angka prevalensinya tidak pernah menunjukkan 0%, yaitu 0,2%-15,2%. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi fasciolopsiasis di Desa Kalumpang Dalam. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui survei tinja penduduk secara total sampling untuk mengetahui prevalensi fasciolopsiasis, dan survei tinja hewan ternak (unggas) untuk mengetahui hospes reservoir (HR) dengan menggunakan metode Formalin-Ether Technique. Survei keong air tawar untuk mengetahui hospes perantara I (HP I) dengan metode crushing, dan survei tumbuhan air untuk mengetahui hospes perantara II (HP II) dengan metode sedimentasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi fasciolopsiasis sebesar 0,64% dari 314 sampel tinja penduduk. Ditemukan telur trematoda yang mirip dengan telur Fasciolopsis buski, namun dengan ukuran lebih kecil, yaitu antara 93-100μm x 58-70μm pada tinja itik alabio (Anas platyrinchos borneo), dan antara 90-140μm x 60-85μm pada tinja ayam (Gallus domesticus). Redia dan serkaria ditemukan pada keong jenis Indoplanorbis dan Lymnea, sedangkan bentuk metaserkaria belum berhasil ditemukan pada 9 jenis tumbuhan air yang diperiksa. Simpulan : Fasciolopsiasis masih terjadi di Desa Kalumpang Dalam meskipun telah menunjukkan adanya penurunan prevalensi. Jenis unggas, yaitu Itik alabio (Anas platyrinchos borneo) dan ayam (Gallus domesticus) belum bisa dikonfirmasi sebagai HR fasciolopsiasis meskipun telah ditemukan telur trematoda yang mirip dengan F. buski, dan jenis tumbuhan air yang berperan sebagai HP II fasciolopsiasis belum berhasil diidentifikasi. Bentuk redia dan serkaria ditemukan pada keong Indoplanorbis dan Lymnea yang diduga merupakan HP I fasciolopsiasis.

Background : In Indonesia, fasciolopsiasis has been found since 1982 in Sei Papuyu Village, Babirik Subdistrict, Hulu Sungai Utara (HSU) Regency, South Kalimantan Province with 27% of infection rate. Results of a survey conducted in 1991-2007 at 20 endemic villages showed a high prevalence of trend at Kalumpang Dalam Village, prevalence rates have never showed on 0% (0.2% -15.2%). Objective : The purpose of this study was to identify epidemiology fasciolopsiasis at Kalumpang Dalam Village. Method : The study was observational with cross sectional design. Data collection were conducted stool survey of residents and the fowl, were examined by the formalin-ether technique. Freshwater snail survey by the crushing method, and aquatic plants survey by the sedimentation method. Result : The results showed that the prevalence of fasciolopsiasis are 0.64% from 314 stool samples of residents. Trematodes eggs are similar to F. buski eggs, but with a smaller size, which is between 93-100μm x 58-70μm in the feces of alabio ducks (Anas platyrinchos borneo), and between 90-140μm x 60-85μm in the feces of chicken (Gallus domesticus). Redia and cercariae found in the snail of Indoplanorbis and Lymnea, while not yet identified of metacercariae in 9 aquatic plants. Conclusion : Fasciolopsiasis still ongoing in Kalumpang Dalam Village even have shown a decrease in prevalence. Alabio ducks (Anas platyrinchos borneo) and chicken (Gallus domesticus) can not be confirmed as reservoar host yet, and type of aquatic plants that serve as the intermediate host II of F. buski was not been found. Snails of Indoplanorbis and Lymnea were suspected as the first intermediate host of F. buski.

Kata Kunci : Fasciolopsiasi,Fasciolopsis buski,Indoplanorbis,Lymnea,Kabupaten Hulu Sungai Utara, Fasciolopsiasis, Fasciolopsis buski, Indoplanorbis, Lymnea, Hulu Sungai Utara Regency


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.