Laporkan Masalah

Pola kuman atau bakteri aerob dan sensitivitasnya terhadap antibiotika pada kasus apendisitis perforasi anak

DWIHANTORO, Andi, dr. H. Rochadi, SpB, SpBA

2010 | Tesis | S2 PPDS 1-Ilmu Bedah Anak

Latar belakang; Apendisitis adalah penyebab terbanyak akut abdomen yang memerlukan pembedahan pada anak dan dewasa dan merupakan 1/3 jumlah kasus nyeri abdomen anak yang memerlukan perawatan di RS. Komplikasi apendisitis adalah perforasi dan insidensinya pada anak 30%-40%. Terapi apendisitis perforasi yaitu operasi segera dengan pemberian antibiotika berspektrum luas yang efektif melawan bakteri flora apendiks, berupa bakteri anaerob; Bacteroides, Clostridia dan Peptostreptococus sp; aerob gram-negatif; E. coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella sp; dan beberapa gram positif. E. coli dan P. aeruginosa merupakan aerob gram negatif yang paling sering menyebabkan sepsis yang fatal dan infeksi nosokomial. Sampai saat ini regimen dan durasi penggunaan antibiotika pada apendisitis masih kontroversi. Permasalahan yang mungkin timbul adalah resistensi dan penggunaan antibiotik pada bakteri yang resisten merupakan hal yang tidak rasional yang memicu timbulnya resistensi lebih serius dan berdampak pada morbiditas serta mortalitas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pola kuman/bakteri aerob dan sensitivitasnya terhadap antibiotika pada apendisitis perforasi anak. Metode penelitian: Merupakan penelitian crossectional observational dengan analisis kualitatif deskriptif dan analisis statistik dengan Kai-Kuadrat. Bahan penelitian adalah kuman/bakteri aerob hasil isolasi pus cavum peritoneum/intraperitoneal pasien apendisitis perforasi anak yang dioperasi di RS Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2005 - September 2009. Data meliputi umur, jenis kelamin, klasifikasi Cloud, hasil kultur dan sensitivitas. Dilakukan penilaian prosentase sensitivitas antibiotika terhadap kuman/bakteri dan uji statistik Kai-Kuadrat untuk menilai perbandingan sensitivitas kuman/bakteri yang satu dengan lainnya terhadap antibiotika, serta menilai antibiotika paling sensitif. Hasil: Sejak Januari 2005 - September 2009 (4,8 tahun) didapatkan 138 pasien apendisitis akut anak yang dilakukan operasi; 82 (59,4%) laki-laki dan 56 (40,58%) wanita. Berdasar klasifikasi Cloud, terbanyak gr. II (supuratif) 43 (31,16%) dan gr.V (abses/peritonitis umum); 43 (31,16%), gr. IV (ruptur); 34 (24,64%), dan gr. III (gangren); 18 (13,04%). Simple; 43(31,16%) dan komplikata/perforasi; 95 (68,84%). Rata-rata umur 8,7 tahun, terbanyak 11 tahun; 18 (13,04%), diikuti 7 dan 9 tahun masing-masing 17 (12,32%) dan paling sedikit 2 tahun; 1 (0,72%). Dari 95 pasien, 31 pasien dilakukan kultur pus cavum peritoneum/intraperitoneal dan berhasil diisolasi 38 kuman/bakteri aerob dan dilakukan tes sensitivitas. Kuman/bakteri aerob terbanyak E. coli 19 (43%), diikuti Pseudomonas 10 (26%), Klebsiella Pneumonia 4 (11%), Streptococcus 4 (11%) dan Proteus Mirabilis 1(3%). Prosentase sensitivitas sefalosporin gen. III; seftriakson, sefotaksim, seftazidim = 70%, gen. II; sefuroksim dan gen. IV; sefepim dan sefpirom = 80%. Amikasin sensitif 86,5%. Imipenem, fosfomisin dan netilmisin resistensi rendah (<10%) dan sensitivitas tinggi (>90%). Amoksisilin, ampisilin, trimetoprim/sulfametoksazol, tetrasiklin resistensi cukup besar; 25-87% (resistensi Amoksisilin/asam klavulanat; 25%-Ampisilin; 87%). Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik sensitivitas kuman/bakteri yang satu dibanding lainnya terhadap antibiotika yang diujikan.(p > 0,05) Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik sensitivitas sefalosporin gen. IV dibanding fosfomisin, netilmisin, amikasin atau imipenem.(p > 0,05) Terdapat perbedaan bermakna secara statistik sensitivitas sefalosporin gen. IV dibanding gen. III.(p < 0,05) Kesimpulan: Kuman/bakteri aerob terbanyak pasien apendisitis perforasi anak adalah E. coli, kemudian P. aeruginosa, Kl. Pneumonia, Streptococcus, dan P.Mirabilis. Pola kuman berubah karena P. aeruginosa meningkat jumlahnya. Antibiotika paling sensitif; imipenem, fosfomisin, amikasin dan netilmisin; diikuti sefalosporin gen. IV lalu gen. III. Amoksisilin, ampisilin, trimetoprim/sulfametoksazol, tetrasiklin sensitivitasnya rendah. Sefalosporin gen. IV cukup tepat sebagai terapi apendisitis perforasi anak dan pilihan selain gen. III (bersama metronidazol), karena sensitivitasnya tidak berbeda bermakna dibanding imipenem, fosfomisin, netilmisin, amikasin (p>0,05)

Kata Kunci : Pola kuman aerob,Kepekaan kuman,Apendistis perforasi anak


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.