Perbandingan korelasi antara metode pengukuran panjang bahu dan panjang lengan atas perkutaneus terhadap panjang badan jenazah
UTAMI, Handayani Dwi, dr. Yudha Nurhantari, Ph.D., Sp.F
2010 | Tesis | S2 MSPPDS-Ilmu Kedokteran KehakimanPenentuan tinggi badan adalah salah satu unsur penting dalam identifikasi sisa jasad manusia dalam antropologi forensik. Telah dilakukan penelitian untuk mencari dan membandingkan tingkat korelasi panjang badan dengan panjang bahu perkutaneus (puncak bahu-tumit) dan lengan atas perkutaneus pada orang Indonesia. Hal ini penting untuk kasus-kasus forensik jika penyidik hanya menemukan jenazah dengan kepala termutilasi/rusak atau menemukan potongan tubuh lengan atasnya saja. Penelitian cross sectional analitik ini melibatkan 75 jenazah ras Mongolid Indonesia dewasa, umur 19-49 tahun yang terdiri dari 40 laki-laki dan 35 perempuan. Hasil pengukuran dianalisis dengan uji korelasi Pearson, uji regresi linier dan uji t berpasangan. Koefisien korelasi (r) untuk metode pengukuran panjang bahu perkutaneus adalah 0.950 untuk kanan, dan 0.959 untuk kiri. Dengan bentuk persamaan Y = 22,838 + 1,808X + 2,84 untuk bahu kanan, Y = 26,188 + 0,988X + 2,58 untuk bahu kiri. Koefisien korelasi (r) untuk metode pengukuran panjang lengan atas perkutaneus adalah 0,624 untuk kanan dan 0,626 untuk lengan atas kiri, dengan bentuk persamaan Y = 104,612 + 1,756X + 7,11 untuk lengan atas kanan, dan Y= 102,912 + 1,801X + 7,10 untuk lengan atas kiri. Terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil pengukuran antara kedua jenis kelamin (p<0.05) maka pada penelitian ini dilakukan analisis regresi berdasarkan jenis kelamin dengan hasil sebagai berikut ; koefisien korelasi (r) untuk jenis kelamin laki-laki adalah : bahu kanan (r = 0,857), bahu kiri (r = 0,874), lengan kanan (r = 0,246), lengan kiri (r = 0,201), sedangkan untuk perempuan adalah sebagai berikut : bahu kanan ( r = 0,909), bahu kiri (r = 0.910), lengan kanan (r = 0.285) dan lengan kanan (r = 0.259).
Estimation of stature is one of the important components in identification of human remains in forensic anthropology. The correlation between stature and the percutaneus shoulder length (shoulder‘s pinnacle - heel), and the upper arm length in Indonesian people has been studied. This finding is important for the forensic cases if the investigator had found the corpses with mutilated/damaged head or the fraction of upper arm only. This cross sectional analytical research was conducted on 75 corpses of adults Mongolid Indonesian age 19-49 years old consisted of 40 males and 35 females. The results of the measurements were analyzed by Pearson correlation, linier regression and paired t test. Correlation coefficient (r) of percutaneus shoulder length measurement method is 0.950 for the right shoulder and 0.959 for the left, with regression formula Y = 22,838 + 1,808X + 2,84 for the right shoulder and Y= 26,188 + 0,988X + 2,58 for the left. The correlation coefficient (r) of upper arm length measurement method is 0,624 for the right and 0,626 for the left, with regression formula Y = 104,612 + 1,756X + 7,11 for upper arm length, and Y= 102,912 + 1,801X + 7,10 for the left. As there was a significant difference between male and female (p<0.05), so the regression formula be calculated into 2 groups based on sex. The correlation coefficient of stature from percutaneus shoulder length and upper arm length of males were: right shoulder (r = 0.857), left shoulder (r = 0.874), right upper arm (r = 0.246), left upper arm ( r = 0.201). The coefficient correlation of females were : the right shoulder ( r = 0.909), the left shoulder (r = 0.910), right upper arm (r = 0.285) and the left ( r = 0.259). Conclusion: the method of percutaneus shoulder length measurement has stronger correlation to the corpse stature than the upper arm length.
Kata Kunci : Tinggi badan, Identifikasi, Rumus regresi, Ras mongolid, stature, identification, regression formula, race mongolid