Konsumsi media lokal dan konstruksi identitas kultural Wong Ngapak :: Studi penggunaan program Curanmor pada tiga mahasiswa Cilacap di Yogyakarta
KHOTIMAH, Siti Khusnul, Dr. Wening Udasmoro, DEA. ,M.Hum
2010 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaTesis ini berjudul “Konsumsi Media dan Konstruksi Identitas Kultural†yang mengkaji mengenai makna penggunaan media “Curanmor†oleh tiga mahasiswa asal Cilacap di Yogyakarta serta pemosisian identitas kultural mereka dalam perspektif sentral dan periferi. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi digunakan dalam rangka pengumpulan data mengenai praktek kultural suatu kelompok etnis kemudian hasil analisis data-data tersebut dideskripsikan guna mengetahui bagaimana pola-pola serta praktek kultural mahasiswa asal Cilacap di Yogyakarta kaitannya dengan konsumsi mereka atas media “Curanmorâ€. Berkaitan dengan judul dan tujuan penelitian, digunakan teori Konsumsi Media, Identitas Kultural dan Perspektif Sentral – Periferi yang dianggap koheren untuk menjawab pertanyaan penelitian ini. Posisi kajian mengenai audiens media ini menggunakan model pendekatan audience–as-agent yang memandang audiens sebagai persona-persona yang aktif memaknai penggunaan media “Curanmor†dalam hubungannya dengan upaya konstruksi identitas kultural mereka di Yogyakarta. Dari proses analisis diperoleh jawaban-jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan yaitu bahwa penggunaan media “Curanmor†oleh mahasiswa asal Cilacap menghasilkan enam pokok makna konsumsi media ini, di antaranya (1) “Curanmmor†sebagai penanda kultural perekat komunitas Banyumasan; (2)“Curanmor†digunakan sebagai ajang ‘mudik’ ke kampung halaman; (3)“Curanmor†sebagai media regenerasi Budaya Ngapak Banyumasan.(4) “Curanmor†sebagai ‘cultural distinctiveness’ (pembeda kultural); (5)“Curanmor†sebagai soft-resistance atas marginalisasi terhadap budaya Banyumasan; dan (6) “Curanmor†sebagai media alternatif promosi kebudayaan. Keenam pokok makna penggunaan media tersebut merupakan bentuk-bentuk konstruksi identitas kultural secara internal dan eksternal dalam rangka mengikis citra dan stereotype negatif atas budaya dan Bahasa Banyumasan di wilayah Yogyakarta sebagai hasil dari perspektif biner sentral – periferi yang berat sebelah. Yogyakarta dan budayanya dianggap sebagai sentral (“the Selfâ€), sementara budaya dan Bahasa Ngapak dianggap sebagai “the Otherâ€. Dengan kontruksi identitas kultural ini diharapkan agar budaya dan Bahasa Ngapak Banyumasan tidak lagi diliyankan dalam konteks budaya Jawa sendiri dan tiaptiap budaya dapat mengemuka tanpa ada dominasi budaya yang satu terhadap budaya yang lain.
This thesis entitled "Local Media Consumption and the Construction of Cultural Identity" which studies media use "Curanmor" by three students from Cilacap in Yogyakarta. It also studies the positioning of their cultural identity in central and periphery perspective. The study uses ethnographic research methods in the context of collecting data and describing the analysis of data obtained to explain how the patterns of cultural practices of the student from Cilacap in consuming media. In connection with the thesis title and purpose of this study, I use the theory of Media Consumption, Cultural Identity and Central – Periphery Perspectives, that are coherent to answer this research question. The approach used in this audience study is based on the model of audience-as-agent which considers the audience as an active agent. Audience uses media "Curanmor" and produces meanings in their reception of the media in order to construct their cultural identity in Yogyakarta. The study of media use produces six basic meaning of consuming "Curanmor", they are; (1) “Curanmmor†as a cultural symbol for Banyumasan community; (2)â€Curanmor†used as a 'going home’ medium, (3) "Curanmor" as the media for regeneration of Banyumasan Culture. (4) “Curanmor†as a 'cultural distinctiveness' ; (5)â€Curanmor†as soft-resistance of the marginalization of culture Banyumasan; and (6) “Curanmor†as an alternative media for cultural promotion. The six basic meanings of the use of these media constructs cultural identity internally and externally. Here, cultural identity is constructed and reconsctructed in order to erode the negative images and stereotype of the Banyumasan language and culture in the region of Yogyakarta as a result of the unequal binary perspectives: central and periphery. Yogyakarta and its culture is considered as central ( "the Self"), while the Ngapak language and culture regarded as "the Other". By constructing and reconstructing cultural identity, it is expected that the Ngapak language and culture will not be longer marginalised in the context of Javanese culture itself. Each culture may be raised without any domination of one culture to another.
Kata Kunci : Konsumsi media,Identitas kultural,Dominasi,Marginalisasi,Resistensi,Sentral dan periferi, Media Consumption, Cultural Identity, Domination, Marginalization, Resistance, Central and Periphery, the Self, the Other.