Implementasi pengawasan obat keras (daftar G) di jalur illegal :: Studi kasus obat keras (daftar G) di Toko Obat Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat

YULINAR, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, MMed.Sc., Ph.D

2010 | Tesis | S2 Magister Hukum Kesehatan

Latar Belakang: Tingginya kebutuhan obat keras (daftar G) pada masyarakat mendorong maraknya perdagangan obat tersebut secara illegal, terutama transaksi yang terjadi pada toko obat. Penomena di atas terjadi juga di Propinsi Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Pasaman Barat. Kejadian ini dipicu oleh harga obat keras yang relatif murah pada toko obat. Pengawasan peredaran obat keras telah dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Sumtera Barat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat, namun penegakan hukum dan sanksi yang di terapkan masih sangat lemah. Lemahnya penegakan hukum tersebut membuat para pedagang obat keras semakin berkembang di Kabupaten Pasaman Barat. Sejauh ini tindakan hukum yang dilakukan atas pelanggaran obat keras tersebut hanya sebatas sanksi administratif. Lemahnya pengawasan yang dilakukan juga didukung oleh luasnya wilayah dan banyaknya jumlah toko yang harus di monitor. Tujuan: Untuk eveluasi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM dan Dinas Kesehatan. Metode: Jenis penelitian kualitatif sedangkan tipe penelitian adalah studi kasus. Secara khusus akan melakukan evaluasi dan kajian terhadap implementasi pengawasan obat keras (daftar G) melalui jalur illegal di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Hasil: Pada tabel 1 dan 2 (bab IV) dapat dilihat hasil pembelian obat keras (daftar G) yang didapat oleh informan dari 29 toko obat, diperoleh 27 toko obat yang menjual obat keras tersebut. Rincian tertinggi yaitu: Amoksisilin kaplet 500 mg dapat dibeli dari 26 toko obat (89,65%), terendah Kloramfenikol kapsul 250 mg dari 11 toko obat (37,93%). Sedangkan temuan peneliti, 21 toko obat tersedia obat keras tersebut dengan rincian yang tertinggi 17 Amoksisilin kaplet 500 mg (58,62%) dan terendah Tetrasiklin kapsul 250 mg 4 (13,79%). Temuan lain yang didapatkan dari hasil kuesioner yang dilakukan pada pemilik toko obat menunjukan lemahnya pengawasan. Kesimpulan: Tingginya penjualan obat keras (daftar G) pada toko obat di Kabupaten Pasaman Barat, menandakan masih lemahnya penegakan hukum oleh BBPOM Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat.

Background: High rate of needs for strong drugs (G list) in the society creates an inreasing number of illegal market within drugstore. The trigger is related to the low price of the madicine in the drugstore.The illustration above can be seen at Province of West Sumatra as specially at West Pasaman Regency. In fact, market of madicines in west Pasaman regency are controled by BBPOM and Public Healt Service, but the implementation of the rule and regulations are not consistent yet. In the present, the worse punishment that had been executed are administrative sanction. The processes and procedures of controlling systems are not effective, it’s so week. The weakness of the control system cause by the broad of the area must be covered and the big number of the drugstoret must be monitor and evaluate. Purpose: To evaluate the implementation of the controling system of the strong drug in the market which is responsible by BBPOM and Public Healt Service. Metode: Kind of the research is qualitative and the type of the research is case study.This research will evaluate and analize the implementation of the controlling system of strong drug (G list) by illegal way at West Pasaman Regency, Province of West Sumatra Hasil: As can be seen at table 1 and tabel 2 (bab IV), the result of the transaction of buying of strong drug (G list) by the informan from 29 drugstores are as follows: 27 drugstores do sell strong drug illegally. The highest rate number is Amoksisilin kaplet 500 mg, and it can be bougth from 26 drugstore (89,65%). While the lowest rate is Kloramfenikol kapsul 250 mg, and it canbe bougth from 11 drugstore (37,93%). In the other the researcher found out that 21 drugstore do sell strongdrug. There are 17 drugsrore sell Amoksisilin kaplet 500 mg consider as a highest rate, and the lowest rate is Tetrasiklin kapsul 250 mg 4 (13,79%). In addition, the researcher also found out that the implementation of the controlling system is not run well. This information can be seen in the result of the questioner that collected from the drugstore owner. Conclution: High rate of illegal transaction of strongdrug (G list) in the market (drugstore) of West Pasaman Regency at West Sumatra indicated the weakness of the implementation of rule and regulation by BBPOM and Public Healt Service.

Kata Kunci : Pengawasan,Obat keras (daftar G),Illegal (Toko obat), Controling, Strong drugs (G list), Illegal drugstore