Implikasi tenor terhadap kesantunan berbahasa dalam pidato politik capres AS pada Pemilu 2008
ZEN, Evy Nurul Laily, Prof. Drs. Stephanus Djawanai, Ph.D
2010 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian yang mengkaji wacana pidato politik calon presiden Amerika Serikat pada pemilu 2008 ini dilakukan untuk menemukan leksem yang mengandung makna attitude sebagai realisasi dari appraisal dan implikasinya terhadap kesantunan berbahasa. Dalam kajian metafungsi interpersonal, appraisal merupakan realisasi dari tenor. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Teknik yang digunakan adalah simak bebas libat cakap. Data berupa pidato Barack Obama pada Konvensi Nasional Partai Demokrat tanggal 8 Agustus 2008 dan pidato John McCain pada Konvensi Nasional Partai Republik tanggal 4 September 2008. Analisis data dilakukan dengan metode interpretatif, sedangkan penyajian hasil analisis dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga domain makna yang mengandung unsur attitude yaitu affect, judgment, dan appreciation dapat ditemukan realisasinya dalam pidato. Obama lebih sering menggunakan ungkapan bermakna judgment dibandingkan affect dan appreciation, sedangkan McCain lebih banyak merealisasikan domain makna affect yaitu ungkapan perasaan. Dari perspektif prinsip kesantunan berbahasa, ditemukan bahwa penyimpangan prinsip kesantunan lebih banyak dilakukan oleh Obama, khususnya maksim penghargaan dan maksim permufakatan. Realisasi tenor yang terwujud dalam leksem-leksem tersebut membawa implikasi terhadap pembentukan tuturan yang santun. Selain itu, ditemukan pula kecenderungan bahwa domain makna affect mengandung implikasi terhadap kepatuhan dan penyimpangan maksim penghargaan, kebijaksanaan dan kesederhanaan, domain makna judgment mengandung implikasi terhadap maksim penghargaan, sedangkan domain makna apprecation secara eksplisit tidak banyak membawa pengaruh terhadap salah satu prinsip kesantunan berbahasa.
The research regarding to the discourse of political speech in the United States 2008 presidential election is aimed to find the attitudinal lexemes as the appraisal realization and its implication toward the language politeness. Appraisal itself is the realization of tenor in interpersonal metafunction studies. The research is conducted through three steps; data collection, data analysis, and data presentation. The data are collected by observation method through simak bebas libat cakap technique. The data are Barack Obama’s speech at the National Convention of Democratic Party on August 8, 2008 dan John McCain’s speech at the National Convention of Republic Party on September 4, 2008. These data are analyzed through interpretative method and presented through descriptive method. The research finds that the three attitudinal meanings; affect, judgment, and appreciation are fully realized in the speech. An attitudinal meaning of judgment are broadly used in Obama’s speech, while an attitudinal meaning of affect are mostly used by McCain. From the politeness perspective, the deviation of politeness principles are mostly done by Obama, especially on the approbation maxim and agreement maxim. The realization of tenor which is constructed in lexemes carry some significant implication toward the politeness principle. There are some predisposition that an attitudinal meaning of affect impacts to approbation maxim, tact maxim and modesty maxim, an attitudinal meaning of judgment impacts to approbation maxim, meanwhile an attitudinal meaning of apprecation does not explicitly contribute to one of the politeness principle.
Kata Kunci : Pidato politik,Attitudinal lexem,Kesantunan berbahasa,political speech,attitudinal lexem,language politeness