Studi tentang konflik penetapan ibukota di Kabupaten Rokan Hilir
ASMARA, Andi, Nanang Indra Kurniawan, MPA
2010 | Tesis | S2 Ilmu PolitikKonflik penetapan Ibukota Kabupaten Rokan Hilir telah terjadi pada awal proses perumusan penetapan Ibukota tersebut, yang ditandai dengan terjadinya persaingan dan pertentangan antara elit Ujung Tanjung dengan Bagan Siapi-api, bentuk konflik masih bersifat laten atau belum terjadi secara terbuka. Besarnya aspirasi mendukung Ujung Tanjung maka ditetapkan daerah tersebut sebagai Ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Akan tetapi dalam tataran implementasi, regulasi tersebut memunculkan pro kontra dikalangan elit dan akhirnya merambah dimasyarakat dan berdampak pada terjadinya tindakan kekerasan ditengah-tengah masyarakat Rokan Hilir. Penelitian ini mendiskripsikan dinamika konflik penepatan Ibukota di Kabupaten Rokan Hilir. Konflik penepatan Ibukota terjadi dalam beberapa fase (prakonflik, eskalasi konflik, krisis konflik, dan deeskalasi konflik) dan perkembangan fase konflik tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial politik pada saat itu. Metode/jenis penelitian deskriptif kualitatif, data yang digunakan primer dan sekunder, diperoleh melalui teknik wawancara, studi dokumentasi dan telaah kepustakaan, dengan analisa deskriptif kualitatif dilakukan secara simultan. Temuan penelitian dinamika konflik penepatan Ibukota relatif tinggi seiring dengan perkembangan isu dan aktor yang terus mengalami penambahan. Perubahan ini disebabkan karena pertama regulasi yang ada kurang jelas dan tegas sehingga menimbulkan tafsiran berbeda dikalangan elit dan masyarakat; kedua, terjadinya rotasi kepemimpinan politik yang mengakibatkan pada perubahan penanganan konflik; ketiga tejadinya perubahan dukungan politik yang cukup massif serta kompetisi aspirasi masyarakat. Kondisi inilah yang menjadikan pihak-pihak yang berkonflik mempunnyai alasan untuk tetap mempertahankan Ibukota diwilayahnya dan masing-masing pihak yang berkonflik tidak bersedia melakukan kompromi. Tidak ada upaya penyelesain yang mengutungkan kedua belah pihak, konflik terus menerus meningkat dan keterlibatan pihak-pihak luar tidak bisa dibendung. Masuknya berbagai kepentingan secara simultan dan beberapa agenda politik lokal (Pilkada) menjadikannya konflik tersebut sebagai instrument untuk mengsukseskan agenda tersebut. Berkembangnya isu ekonomi dan kekuasaan telah menyebabkan konflik tersebut mengalami krisis dan menyebabkan terbentuk dua kubu ditengahtengah masyarakat Rokan Hilir yang semula pengkubuan tersebut hanya terjadi di tingkal elit. Strategi upaya penyelesaian yang dilakukan pihak-pihak berkonflik mengunakan pendekatan kompetisi dan menghindar, pendekatan ini tidak akan bertahan lama, karena terjadinya stagnasi aspirasi pada saat penyelesaian konflik tersebut, yang mana penyelesaian tersebut lebih mencerminkan suatu pihak dibandingkan atas semua kepentingan semua pihak dikabupaten tersebut. Oleh karena itu, meskipun Bagan Siapi-api telah ditetapkan sebagai Ibukota definitif kemungkinan besar konflik akan kembali bereskalasi jika terjadi perubahan kontek sosial politik di Kabupaten Rokan Hilir.
Kata Kunci : Dinamika,Konflik ibukota,Resolusi konflik