Penggunaan batu dan abu batu apung dari Lombok sebagai agregat pada pembuatan beton ringan
ZULKARNAEN, Prof. Dr. Ir. Iman satyarno, ME., Ph.D
2010 | Tesis | S2 Magister Sistem TeknikSumber daya alam yang tersedia dalam suatu kawasan haruslah dimanfaatkan seoptimal mungkin apalagi sumber daya alam yang berupa bahan mineral yang tidak bisa di perbaharui. Batu apung adaah salah satu galian mineral di Lombok yang pada proses produksinya menyisakan limbah berupa batu apung dengan ukuran < 2 cm dan abu batu apung. Limbah batu apung ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai beton ringan dan nantinya bisa diaplikasikan untuk bangunan non struktrur seperti bata ringan dan lain sebagainya. Beton ringan saat ini dibutuhkan selain karena mempunyai keunggulan terhadap absorbsi bunyi dan heat transfer yang rendah, batu apung juga mempunyai berat jenis kecil. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah batu apung yang berasal dari Lombok, dengan kriteria yang diutamakan adalah berwarna abu-abu muda atau hampir putih, dan memiliki massa jenis < 1 kg/m3. Variasi komposisi campuran yang dilakukan yakni variasi antara komposisi semen, abu batu apung serta batu apung sebagai pengganti pasir. Variasi komposisi campuran adalah 1 : 4 (1 semen : 4 abu : 0 batu apung, 1 semen : 2 abu : 2 batu apung, 1 semen : 0 abu : 4 batu apung), 1 : 6 (1 semen : 6 abu : 0 batu apung, 1 semen : 3 abu : 3 batu apung, 1 semen : 0 abu : 6 batu apung), 1 : 8 (1 semen : 8 abu : 0 batu apung, 1 semen : 4 abu : 4 batu apung, 1 semen : 0 abu : 8 batu apung) serta 1 : 10 (1 semen : 10 abu : 0 batu apung, 1 semen : 5 abu : 5 batu apung, 1 semen : 0 abu : 10 batu apung). Pengujian kuat tekan beton diuji dengan alat uji tekan beton dengan variabel pengujian yakni komposisi campuran, pengaruh abu hasil crusher sebagi penggati pasir terhadap kuat tekan, berat jenis dan kadar air beton ringan. Hasil penelitian mempunyai kecenderungan semakin kecil perbandingan campuran semen dengan agregat maka akan semakin tinggi kuat tekan dan berat jenis dari beton ringan tersebut tetapi sebaliknya kadar air beton akan menurun. Kuat tekan maksimal terdapat pada jenis campuran D122(1:2:2) sebesar 14,34 MPa dan kuat tekan minimum pada jenis campuran A1010(1:0:10) sebesar 1,08 MPa. Berat jenis tertinggi terdapat pada campuran D140(1:4:0) sebesar 1.436,57 kg/m3 dan berat jenis minimum pada campuran A1010(1:0:10) sebesar 884,40 kg/m3. Sedangkan kadar air beton tertinggi terdapat pada campuran A1010(1:0:10) sebesar 43,26 % dan kadar air minimum pada campuran D140(1:4:0) sebesar 22,22 %. Batako yang dengan bahan baku batu apung mempunyai berat yang lebih kecil yaitu ± 5 kg dibandingkan dengan batako konvensional dengan berat ± 8 kg, cetakan batako berukuran 40x20x10 cm. untuk mendapatkan batako beton ringan dengan berat 8 kg maka dapat dibuat batako dengan ukuran 44,5x21,5x10 cm.
Natural resources that are available in a region must be utilized optimally especially natural resources of minerals that can not be renewed. One pumice quarry on Lombok minerals in the production process of waste leaving a pumice stone of size <2 cm and pumice ash. Pumice waste has the potential to be used as lightweight concrete and later can be applied to non-structure of the building such as bricks and other minor. Lightweight concrete is required than currently because they have the advantage of sound absorption and low heat transfer, a pumice stone also has a low density, thus reducing the risk of falling debris when the building in an earthquake. Raw materials used in this study is pumice from Lombok, with the preferred criteria are colored light gray or almost white, and has a density of <1 kg/m3. Mixture composition variation is the variation of the composition of cement, ash and pumice stone pumice stone instead of sand. Variations include a mixture composition 1: 4 (1 cement: 4 ash: 0 pumice, 1 cement: 2 ash : 2 pumice, 1 cement: 0 ash: pumice 4), 1: 6 (1 cement: 6 ashes: pumice 0, 1 cement: 3 ash: 3 pumice, 1 cement: 0 ash: 6 pumice), 1: 8 (1 cement: 8 gray: 0 pumice, 1 cement: 4 ashes: 4 pumice, 1 Cement: 0 ash: pumice 8) and 1: 10 (1 cement: ash 10: 0 pumice, 1 cement: 5 ashes: 5 pumice, 1 cement: 0 ash: 10 pumice). Strong test of concrete tested, press the tester with a variable tap concrete test of mixed composition, the influence of ash penggati As with cruser result of strong press articles, weight and moisture content of lightweight concrete. The results have a tendency to smaller ratio to the aggregate cement mixture will be stronger the higher the press and density of the lightweight concrete, but instead of concrete moisture content will decrease. Strong press maximum found in type D2 mixture (1:2:2) of 14.34 MPa and a strong press and the minimum on the type A3 mixture (1:0:10) for 1.08 MPa. The highest density found in a mixture of D1 (1:4:0) of 1436.57 kg/m3 and minimum density in a mixture of A3 (1:0:10) for 884.40 kg/m3. The highest water content of concrete mixture contained in A3 (1:0:10) for 43.26% and the minimum water level in D1 mixture (1:4:0) of 22.22%.
Kata Kunci : Beton ringan,Batu apung,Abu batu apung,Kuat tekan beton ringan,Batu apung, lightweight concrete, pumice, ash pumice, stronger lightweight concrete press pumice