Laporkan Masalah

Pertahanan status sosial melalui penguburan mayat dalam kepercayaan Marapu di Sumba Timur Nusa Tenggara Timur

WIDARMIATI, Luh Putu Ayu Riska, Prof. Dr. P.M. Laksono, M.A

2009 | Tesis | S2 Antropologi Budaya

Penelitian ini berjudul ”Pertahanan Status Sosial melalui Penguburan Mayat dalam Kepercayaan Marapu di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur ¨. Berlangsung dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2008, di Kecamatan Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan bertolak dari dua permasalahan, yaitu pertama, bagaimana masyarakat Sumba Timur menjadikan acara penguburan menurut kepercayaan Marapu sebagai media untuk menguatkan status sosial para pelakunya ?, dan kedua, cara apa yang digunakan untuk menguatkan identitas kedaerahan sekaligus status sosial para pelakunya serta pemaknaan terhadap media yang digunakan? Permasalahan diatas dikaji dengan pendekatan interpretif dan metode pengamatan yang melibatkan seluruh panca indra, Participant Observation dan Interview. Metodologi ini merupakan aplikasi dari pemilihan metodologi penelitian yang tidak mengenyampingkan sejarah dari kemunculan kepercayaan Marapu sebagai jembatan yang memunculkan pemaknaan bagi masyarakatnya, dan juga digunakan untuk memahami latar belakang terjadinya pergeseran pemaknaan saat ini dari konteks religi yang sepenuhnya menjadi konteks sosial. Ritual penguburan merupakan sebuah rangkaian aktifitas kereligiusan yang bersifat kolektif yang hingga saat ini masih tetap dilaksanakan. Aktifitas yang sebetulnya mengacu pada pertahanan tradisi akan konsepsi Marapu (penyembahan Tuhan Yang Maha Esa melalui perantara leluhur). Pada konteks religi, ritual penguburan kini mengalami pergeseran pemaknaan. Pemaknaan sosial yang lebih mengarah kepada penunjukkan identitas kolektif para pelakupelaku (dalam hal ini pihak keluarga) yang terlibat di dalamnya. Pergeseran tersebut disebabkan oleh keadaan alam Sumba Timur yang berpenghasilan ternak. Secara ekonomi, masyarakat sangat tergantung pada kepemilikan hewan ternak. Pada perkembangannya, hewan menjadi media untuk mempertahanakan sekaligus menunjukkan status sosial baik individu maupun kolektif. Hal tersebut kemudian diterapkan dalam ritual penguburan, karena hewan merupakan salah satu media utama baik bersifat religi maupun sosial. Selain itu, ritual penguburan menjadi satu-satunya ritual dari kepercayaan Marapu yang melibatkan banyak individu dan kelompok di dalamnya. Melalui pola tingkah laku tersebut akhirnya membentuk pola pikir masyarakat untuk menjadikan ritual penguburan sebagai media untuk mempertahankan status sosial. Dengan kata lain, kebutuhan dan kepentingan yang membentuk filosofi.

The study entitled “Social Status Defense through”. The research conducted on July until October 2008, in district Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur province. By starting with the two problems, the first, whay the Sumba Timus society made the funeral according to the Marapu belief as the media for strengthening the subject’s social status?, the second, what means being used to strengthen the regional identity and the subject’s social status and also the meaning towards the used media? The problems above being analyzed with the interpretive approach and methods of observation, which employed all the five senses, Participant Observation and Interview. This methodology was the application from the research methodology selection that did not disregard the history emergence of the Marapu belief as the bridge to the appearance of the importance to the society, and also used to understand the current background shifting in meaning from entirely religious contexts into the social contexts. The ritual burial was a series of activities that were the religiousness activities which until now still implemented. The activities refers to the tradition maintain as the Marapu conception (worship the Almighty God through the ancestors medium). In the religion contexts, the ritual burial experienced a shift in meaning. The social meaning which was more directed to the collective identity appointment of the subjects (in this case the family side) who involved inside. Those shift caused by the natural state of Sumba Timur livestock income. Economically, the society was highly depends on the livestock ownership. In development, the animals became the media to maintain the social status along with indicate the individual and the collective status. Afterwards, this fact applied in the burial ritual, because the animals were the only major media either religious or social nature. In addition, the burial ritual became the only Marapu belief ritual involving many individuals and groups within it. Finally, through this behavior patterns formed the public paradigm to make the funeral ritual as the medium for maintaining the social status. In other words, the needs and interests that make up the philosophy

Kata Kunci : Identitas,Relasi sosial,Kepercayaan Marapu,Identity, social relation, Marapu belief burial ritual


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.