Retensi dokter spesialis di RSUD Bajawa (dalam perspektif budaya)
BETU, Maria Wea, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD
2009 | Tesis | S2 IKM/MMRLatar belakang: RSUD Bajawa merupakan RS tipe C yang berada di Flores- NTT. RSUD ini berdiri pada tahun 1958. Sejak berdirinya RS ini belum pernah ada DSp yang berminat untuk menetap. Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pihak RSUD Bajawa dalam menarik minat DSp, seperti pemberian insentif daerah, rumah beserta tempat praktek, mobil dan jasa pelayanan RS. Namun upaya ini rasanya belum mampu untuk menarik minat DSp. Ada banyak faktor yang menyebabkan keengganan DSp untuk bertahan lebih lama di RSD yang telah diteliti selama ini. Namun masih jarang yang melihat dalam hubungan budaya setempat dan budaya DSp terhadap retensi DSp. Untuk itu peneliti ingin melihat apa yang menyebabkan rendahnya retensi DSp di RSUD Bajawa dilihat dari perspektif budaya. Tujuan: 1). Mendeskripsikan budaya DSp yang berhubungan dengan retensi DSp. 2). Mendeskripsikan budaya setempat berhubungan dengan retensi DSp. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Subyek dalam penelitian ini adalah DSp yang pernah bekerja di RSUD Bajawa dan kelompok residen yang sedang bekerja di RSUD Bajawa. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa interaksi antara budaya DSp dengan budaya setempat ada yang berjalan harmonis, ada yang berjalan tidak harmonis. Keengganan DSp untuk bertahan lebih lama dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak mendukung budaya DSp, seperti: a). Peralatan dan obat-obatan kurang memadahi, b). Kurang adanya komunikasi/hubungan interpersonal, c). Jasa medik rumah sakit dirasakan kurang, d). Kurang ada komunikasi dengan pihak stakeholder, e). Sarana pribadi kurang memuaskan,f). Ingin dihargai, g). Adanya pengembangan karier. Kesimpulan: Interaksi antara budaya DSp dengan budaya setempat ada yang berjalan cukup harmonis yaitu budaya masyarakat, namun ada yang sering menimbulkan konflik yaitu budaya RS dan pemda, ketidaksesuaian ini yang menimbulkan rendahnya retensi DSp. Untuk itu diperlukan komunikasi untuk membangun keharmonisan
Background: Bajawa Local Hospital is Type C hospital situated in Flores-NTT which was built in 1956. Since the establishment of this hospital, there has been no medical specialist who is willing to stay longer in this hospital. Both the local government and the management of this hospital had done many efforts to attract medical specialists to work in longer period such as by providing incentive, housing, practice place, car and hospital service. However, still it could not attract the medical specialists. The medical specialists’ were reluctant to stay longer because of many factors. Only a few studies saw this matter from a relationship between local culture and medical specialists’ culture for specialists’ retention. Objective: The specific objectives were to describe medical specialists’ culture related to medical specialists’ retention, and to describe local culture related to medical specialists’ retention. Method: This study used a qualitative method using ethnographic approach. Subjects were medical specialists that once worked at Bajawa Local Hospital and residents that were taking their residency period when this study was taking place at Bajawa hospital. Result: The result described that some of the interactions between the medical specialists’ culture and the local culture are harmonious. The reluctancy of medical spesialists to stay working longer was influenced by some factors that did not support the culture of medical spesialists, such as: a) inadequate facilities in terms of equipment and insufficient drugs; b) lack of interpersonal communication/relationship; c) insufficient of hospital medical service; d) lack of communication with the stakeholders; e) unsatisfied personal facilities; f) desire to be appreciated; and, g) career development. Interaction between the medical spesialists culture and the culture of the community goes well, but the interaction with the hospital management and the local goverment were less harmonious. This inexpediency is a reason that cause low retention of medical spesialists. Conclusion: Communication between medical specialist’, hospital management, and local government need to be increased, so that will cause a harmonious relationship.
Kata Kunci : Dokter spesialis,Retensi,Budaya, medical specialist, retention, culture