Laporkan Masalah

Kedudukan anak laki-laki atas tanah pusaka tinggi di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman

SAMAK, Badri, Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H

2009 | Tesis | S2 Magister Kenotariatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak laki-laki atas tanah pusako tinggi atau pusaka tinggi di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Penelitian ini dilatar belakangi banyaknya kasus sengketa tanah di Sumatera Barat, khususnya di Pariaman baik itu antara anak dengan kemenakan atau antara kemenakan dengan mamaknya (saudara laki-laki dari ibu). Disamping itu masih banyaknya perbedaan pemahaman orang Minangkabau dan di luar Minangkabau yang salah menafsirkan falsafah “adat basandi syara dan syara basandi kitabullah” dalam kaitannya dengan pewarisan tanah pusaka tinggi. Tipe penelitian ini adalah yuridis sosiologis yaitu pemberlakuan hukum didalam masyarakat yang berdasarkan analisa penelitian data kepustakaan dan dilengkapi dengan penelitian data dilapangan. Data kepustakaan disebut data sekunder dan data dilapangan disebut data primer. Data tersebut disusun secara sistematis sehingga diperoleh gambaran yang rinci tentang kedudukan anak 1aki-laki atas tanah pusaka tinggi di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Dari hasil penelitian disimpulkan telah terjadi perkembangan kedudukan laki-laki di Kota Pariaman yang tidak hanya sebagai mamak kepala waris yang hanya berhak mengatur pengelolaan atau peruntukan tanah pusaka tinggi bagi kemenakan-kemenakannya atau penghulu di kerabatnya tetapi saat ini juga memiliki tanggung jawab sebagai orangtua didalam keluarganya. Tanggung jawab seorang laki-laki terhadap kerabatnya mulai berkurang. Pengaturan kepemilikan tanah pusaka tinggi ternyata juga mengalami perkebangan yaitu boleh di jual atau dialihkan hak kepemilikannya. Disamping itu semakin berkembangnya ajaran Islam dan semakin majunya pendidikan di Ranah Minang kedudukan seorang laki-laki juga telah mengalami perkembangan disamping sebagai seorang mamak yang bertanggung jawab terhadap kemenakannya juga sebagai seorang kepala keluarga terhadap anak dan istrinya. Anak di besarkan dengan garta pencarian sedang kemenakan dengan harta pusaka tinggi. Disamping itu berdasarkan sebagian besar ulama di Pariaman berpendapat pengaturan tentang tanah pusako tinggi sudah sesuai dengan adat basandi syara dan syara basandi kitabullah atau Al quran.

This study aims to find out how the position of boys high pusako land in the District of Central Pariaman, Pariaman City. Based of This research are many land disputes in West Sumatra, especially in Pariaman either between children with a niece or nephew of the mamak. Besides that still many differences in understanding of the Minangkabau and outside the Minangkabau philosophy misinterpreted "adat basandi syara dan syara basandi kitabullah”. This type of research is the sociological juridical law enforcement in society based on literature data analysis and research with the research literature. From the first Data is secondary data and field data is primary data. The data are systematically arranged so obtained a detailed description of the status of male children of inheritance of Tanah pusako tinggi in the Central Pariaman District Pariaman. From the results of the study concluded that men not only as a mamak head the only beneficiary entitled to regulate the management or allocation of tanah pusako tinggi, but now also entitled to Tanah pusako tinggi ownership. Setting Tanah pusako tinggi ownership was also experiencing a change that is not sold or transferred it rights. Biside that growing Islamic and the progress of education in the aspect position Minang man also has experience as well as the development of a mamak in charge of his nephew also as a head of the family against children and his wife. The rule about pusako tinggi the same with falsafah “adat basandi syara dan syara basandi kitabullah or Al Quran.

Kata Kunci : Status of boys,Tanah Pusako Tinggi, Status of boys, Tanah Pusako tinggi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.