Pewarisan sintren pada grup Sinar Harapan periode tahun 1990-2008
SUARTINI, Ni Made, Prof. Dr. A.M. Hermien K, SU
2009 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaKabupaten Cirebon adalah daerah yang sangat kaya dan pengayom budaya serta kesenian tradisi. Di wilayah Utara atau pesisir Utara Cirebon yaitu Kecamatan Lemah Wungkuk banyak terdapat kesenian sintren. Sintren yang diduga merupakan kesenian sisa-sisa peninggalan pra sejarah sangat digemari, karena bentuk pertunjukannya yang unik dan banyak mengandung unsure magis. Salah satu daerah yang masih tetap mmempertahankan tradisi dan juga mempunyai anggota lengkap adalah desa Cangkol Tengah, khususnya grup sintren “Sinar Harapanâ€. Grup yang didirikan dan diresmikan pada tanggal 3 Agustus 1983 digagas oleh Ibu Warsih dan beranggotakan dua puluh tiga orang ini sangat dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Pada awal keberadaannya dan untuk mengenalkan jenis kesenian ini, kelompok “Sinar Harapan†menyelenggarakan pementasan secara keliling dari desa yang satu ke desa yang lain. Perlengkapan yang dipergunakan sangat sederhana dn tidak banyak agar mudah dipindah-pindahkan. Sampai saat ini sintren “Sinar Harapan†masih eksis dan dikenal oleh masyarakat sekitar karena melakukan pewarisan secara berkesinambungan kepada generasi muda. Dalam hal pewarisan grup sintren “Sinar Harapan†tidak terpaku pada pewarisan berdasarkan keturunan langsung, namun kepada siapa pun yang berminat dan mampu menjalankan persyaratan yang diajukan. Aspek yang diwariskan tidak hanya bentuk seninya, namun juga aspek nilai norma dan religi yang terkandung di dalamnya. Penari yang terpilih untuk menarikan sintren harus melakukan beberapa tahapan kegiatan yang semuanya untuk menunjang keberhasilannya. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menjalankan puasa sunnah Senin-Kamis selama empat puluh hari. Tahap kedua, mandi dengan air bercampur kembang yang airnya diambil dari tujuh sumur keramat yang ada di Kabupaten Cirebon. Tahap ketiga, belajar memusatka pikiran agar dapat membuka simpul tali yang mengikat seluruh tubuh dalam waktu yang singkat dimanapun simpul itu ditempatkan. Pelatihan yang terlama dan tersulit dirasakan oleh penari sintren adalah membiasakan memusatkan pikiran dan perasaan untuk membuka simpul pengikat tersebut. Apabila tidak memiliki kekuatan batin dan tidak mampu memusatkan pikiran, niscaya tidak bisa menemukan teknik kecepatan dan ketrampilan dengan baik. Oleh sebab itu aspek nilai religi sangat ditekannkan agar senantiasa mampu membersihkan hati dan pikiran. xii Bagi grup “Sinar Harapn†pewarisan yang dianggap belum berjalan adalah pewarisan pemusik. Secara keseluruhan hambatan yang menghadang adalah ketidak pedulian masyarakat terhadap kesenian tradisi karena masyarakat sekarang lebih cenderung menghargai kesenian yang dating dari luar. Seluruh anggota “Sinar Harapan†berharap agar masyarakat kembali menghargai kesenian daerahnya sebagai warisan budaya yang sudah turun menurun.
Cirebon regency is a wealthy area and a place which preserves tradisional culture an art. In the North of Cirebon, Lemah Wungkuk subdistrict, there are a lot of sintren art. Sintren, which is suspected as pre-historical art heritage, is very popular as it has its uniqe performance from and mystical value. One of the areas that still maintains the tradition and also has complete members is Cangkol Tengah village, especially “SInar Harapan†sintren group. Established at Agustus 3rd 1983 and initiated by Mrs. Warsih and having 23 members, the group is well known by the local inhabitant. At its first appearance, in order to introduce this art, “Sinar Harapan†group held a tour show from village to village. The equipments used are relatively simple and small in number to make it easy to take on the tour. Up to now, sintren “Sinar Harapan†still exists and it is well known by the local people as it always inherits the cultural knowledge and art to the young generation continuously. In term of the cultural knowledge and art inheritance, sintren “Sinar Harapan†is not only based on the family line, but it is also for everyone who wants and has the ability to fulfill the requirements needed. The aspects transferred are not only the art, but also the norms and religious aspects. For the dancer, chosen to perform sintren, must do some steps of pre-activities to support its success. The first step to do is fasting every Monday and Thursday for forty days. Second, having a bath with flowered water taken from seven mystical well in Kabupaten Cirebon. Third, learning how to concentrate the mind to open the node tied over the body. The longest and the most difficult training for the sintren dancer is concentrating the mind and feeling to open the node. If they don’t have strong sense and cannot focus their mind, they won’t be able to find the speed and skills ability maximally. Hence, the religious values are important to keep their heart and mind clean. For “Sinar Harapan†group, the inheritance which has not been developed yet is musical inheriting. Generally speaking, the inhibiting factor is the peoples’ indifferent of the traditional tradition as they are more likely to take the foreign art coming from outside. All the member of “Sinar Harapan†hope that the society can appreciate their local tradition as their culture inheritance from generation to generation.
Kata Kunci : Sintren,Pewarisan