Situasi dan kondisi kerawanan pangan di Kabupaten Gunungkidul
YULIATY, Evy, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc
2009 | Tesis | S2 MPKDKetahanan pangan yang tercapai pada tingkat wilayah belum tentu menjamin ketahanan pangan pada tingkat agregat yang lebih rendah. Oleh sebab itu kondisi risiko rawan pangan di suatu wilayah secara umum atau pada tingkat kecamatan tidak bisa dijadikan acuan penilaian kondisi risiko rawan pangan masyarakat di wilayah tersebut. Menilai risiko rawan pangan masyarakat tingkat desa atau bahkan sampai tingkat rumah tangga lebih disarankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri wilayah yang mengalami kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten Gunungkidul, dan menjelaskan variasi penyebab kondisi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten Gunungkidul. Data yang didapat dianalisis dengan teknik analisis tabulasi silang (cross tabs) dengan menggunakan sistem pengolahan data statistik SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 15.0. Uji ketergantungan ditentukan melalui uji Chi-Square yang dilakukan untuk mengamati ada tidaknya hubungan antara dua variabel (baris dan kolom). Hasil penelitian memperlihatkan ciri-ciri wilayah yang mengalami kerawanan pangan adalah wilayah yang sering mengalami kekeringan, banyak penduduknya yang melakukan migrasi dan pendapatan perkapita desanya rendah. Dilihat dari pola spasialnya, desa-desa yang mengalami kerawanan pangan dan gizi risiko berat sebagian besar berada di zona selatan. Variasi penyebab kondisi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten Gunungkidul antara lain; wilayah yang mengalami kekeringan, kepemilikan lahan sempit, migrasi penduduk tinggi, tidak terdapat sektor ekonomi non pertanian dan tidak mendapat sasaran program pemerintah dalam rangka menanggulangi kerawanan pangan. Selain itu variasi lainnya adalah; wilayah yang tidak mengalami kekeringan, kepemilikan lahan sempit, migrasi penduduk rendah, terdapat sektor ekonomi non pertanian tetapi pendapatannya belum secara berkelanjutan dan mendapat sasaran program pemerintah dalam rangka menanggulangi kerawanan pangan tetapi belum menunjukkan pengaruh terhadap kerawanan pangan Berdasarkan temuan tersebut direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk dapat setiap tahunnya menambah jumlah desa yang dapat tertangani dalam program Desa Mandiri Pangan. Peningkatan pertanian tidak hanya bersifat sub-sisten tetapi sudah menerapkan pola agribisnis dengan mempertimbangkan permintaan pasar, mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pertanian, antara lain melalui melalui pengembangan industri kecil yang telah tumbuh di masyarakat, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan desa wisata serta menggalakkan sumberdaya pangan lokal untuk diversifikasi pangan.
Low food security at the regional level does not necessarily reflect lower food security at the smaller aggregate level. Therefore, food in security conditions at the district level cannot be used as a reference condition of the risk assessment community food in security in the region. It would be better to assess the risk of food insecurity at the rural level or even at the level household. The research aims to identify the characteristic of areas experiencing food insecurity and malnutrition in Gunungkidul Regency, and explains the causes of variations in condition of food in security and malnutrition in the area. The data obtained were analyzed by cross tabulation analysis techniques (cross tabs) using statistical data processing systems Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 15.0. The dependency test by Chi Square was conducted to identify the relation between two variables (rows and columns). The research reveals that the characteristic of areas experiencing food insecurity is associated with a region that experiences drought, with high migration rate and lower income per capita. Viewed from the spatial pattern of villages that experienced food insecurity and a heavy nutritional risk are mostly located in the southern zone of the regency. Variations of causes of food insecurity conditions and nutrition in Gunungkidul Regency are drought, small land holdings, high population migration, and lack of non-agricultural economic sectors. These problems are not yet dealt with by any government programs in order to cope with food in security. On the contrary to this situation, other parts of the regency are relatively drought free, but with small land holdings, low migration, and well developed non-agricultural economic opportunities. Many government programs have been implemented to improve the incomes but no significant impacts on food security can be observed presently. It is recommended that government of Gunungkidul Regency to annually increase the number of villages that can be handled through the program of food self-reliant. Improving agriculture is not only aimed at developing subsistent needs but also by considering the pattern of agricultural commodity market demand, reduce dependence community on the agricultural sector. This can partly be done by developing small scale industries, building the capacity of rural communities in the management of rural tourism and promoting local food resources for the diversification of food stuff.
Kata Kunci : Ketahanan pangan, Kerawanan pangan dan gizi, Desa mandiri pangan, food security, food insecurity, food self sufficient village