Perbedaan pengungkapan kala dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia dan implikasinya dalam penerjemahan
SUPARDI, Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A
2009 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaStudi ini bertujuan untuk meneliti implikasi perbedaan pengungkapan kala dalam Bahasa Arab (bA) dan Bahasa Indonesia (bI) terhadap penerjemahan pengungkapan kala bA ke dalam bI. Penelitian pustaka ini menggunakan metode analisis kontrastif gramatikal. Berdasarkan analisis data-data penerjemahan Arab-Indonesia tentang pengungkapan kala dalam Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia dihasilkan temuan bahwa Pertama, implikasi dari perbedaan pengungkapan kala dalam Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia terjemahannnya ke dalam Bahasa Indonesia adalah bahwa (a) dalam menerjemahkan pengungkapan kala bA pada kontek-kontek tertentu perlu ditambahkan leksem-leksem waktu yang sesuai karena dalam bI tidak terdapat pengungkapan kala dalam verbanya; b) dalam penerjemahan kala bA ke dalam bI hendaknya lebih memperhatikan konteks (siyagh) dari pada bentuk kata kerjanya, karena setiap bentuk verba bA tertentu, tidak selamanya menunjukkan kala tertentu di dalam konteks kalimat. Kedua, dari segi ekstensi atau sejauhmana keluasan Bahasa Sumber (BSu) dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasasaran (BSa), secara umum pengungkapan kala bA dapat diterjemahkan secara penuh, full translation , di mana setiap alat pengungkap kala bA, yaitu verba mÄdhÄ« (perfect), verba mudhÄri’ (imperfect), adverbia temporal, verba bantu kÄna, dapat ditemukan padanannya dalam bI, sedangkan dari segi tataran linguistik penerjemahan, rank of translation, yang membagi terjemah menjadi dua yaitu terjemah terikat dan bebas, maka pengungkap kala bA yang berupa verba mÄdhi dan verba mudhÄri’ diterjemahkan secara terikat dengan verba bI, begitu pula untuk adverbia temporal, sedangkan untuk verba bantu kÄna diterjemahkan secara bebas dengan ‘dulu’, ‘dahulu’, ‘tadi’, atau tidak diterjemahkan sama sekali berdasarkan kontek kalimatnya. Secara rinci, cara penerjemahan pengungkapan kala bA ke dalam bI adalah sebagai berikut: a) kala lampau yang diungkapkan dengan: verba mÄdhÄ« diterjemahkan dengan verba bI padanannya, adverbia temporal bA diterjemahkan dengan adverbia temporal padanannya dalam bI. Adapaun verba bantu kÄna dengan verba mudhÄri’ yang menyertainya diterjemahkan dengan penanda kala lampau bI yaitu ‘dulu’, ‘dahulu’ atau ‘tadi’; b) Kala Kini yang diungkapkan dengan verba mudhÄri’ atau verba mÄdhÄ« diterjemahkan dengan verba bI padanannya, begitu pula dengan adverbia temporal; c) Kala mendatang yang diungkapkan dengan: verba mudhÄri’ diterjemahkan dengan “akan†plus verba bI atau verba bI saja. Prefik “sa-†dan â€Partikel “saufa†diterjemahkan “akanâ€. Verba mÄdhÄ«, dalam konteks: doa atau pengharapan diterjemahkan dengan “semoga†atau “Mudah-mudahan†dan verba bI padanannya; peristiwa mendatang diterjemahkan dengan verba bI; kalimat kondisional diterjemahkan dengan “akan†+ verba bI sedangkan relatif “mĆditerjemahkan dengan “akan†plus verba bI , atau verba bI saja.
This study examines the implication of tense expression differences between Arabic and Indonesian to the Arabic tense translation into Indonesian. This library research employs a grammatical contrastive analysis. This study finds: first, that the impact of tense expression difference is that the translation of Arabic verbs into Indonesian has to be added Indonesian lexical or particle of time in a certain context, because the tense of Arabic depend on the context rather then the form of the verbs. Second, from the extension of translation perspective, the tense expression in Arabic can be translated in full translation into Indonesian, in which all of the Arabic tense expression can be found its equivalence in Indonesian; second, from the rank of translation side, the Arabic verbs both perfect and imperfect translated into Indonesian equivalence verb, but a certain cases the translation of Arabic verbs both mÄdhÄ« (perfect) and mudhÄri’ (imperfect) have to be added an Indonesian adverbial temporal. Third, the way of the translation of Arabic tense system in detail is as follow: (a) the past tense of Arabic, which constitutes a mÄdhÄ« verb, or a combination of verb and adverb of time is translated into equivalence Indonesian verb and adverb, and the auxiliary verb kÄna, which usually combined with mudhÄri’ verb in Arabic past tense is translated into Indonesian adverb of time such as “duluâ€, “dahuluâ€, or “tadi†depends on the context. (b) The present tense expression in Arabic which employing mudhÄri’ verb is translated into Indonesian equivalence verbs. When it expresses with mÄdhÄ« verb also translated into equivalence Indonesian verb. (c) The expression of Arabic future tense constituting mudhÄrī’ verb translated into “akan†and Indonesian verb. The prefix “sa_ …†or particle “saufa†also translated into “akanâ€. The mÄdhÄ« (perfect) verb which is used in the context of praying (doa) is translated into “semoga†following with Indonesian equivalence verb.
Kata Kunci : Bahasa Arab, Pengunkapan kala, Analisis kontrastif gramatikal, Siyagh, Madhi, Mudhari