Laporkan Masalah

Respon masyarakat setempat terhadap keberadaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal di Kota Yogyakarta

RISTYAWATI, Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D

2009 | Tesis | S2 MPKD

Penanganan air limbah domestik di Kota Yogyakarta dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi, lebih dikembangkan sistem penanganan terpusat dan komunal sehingga tidak setiap rumah tangga harus membuat septic tank sendiri yang akhirnya akan memacu perkembangan bakteri Colli di dalam air tanah. Pengolahan air limbah dengan sistem terpusat di Kota Yogyakarta diterapkan di IPAL Sewon, Bantul Yogyakarta. Sedangkan yang tidak terjangkau olah jaringan air limbah kota dilayani dengan sistem komunal. IPAL Komunal dibangun untuk memperkecil tingkat pencemaran yang terjadi di Kota Yogyakarta, khususnya pada masyarakat yang berada di bantaran Sungai Gajah Wong, Sungai Code, dan Sungai Winongo. Air limbah rumah tangga yang selama ini langsung dibuang ke badan sungai, setelah disalurkan ke unit IPAL Komunal akan aman untuk dibuang ke sungai. Pembangunan IPAL Komunal mempunyai keterkaitan erat tidak saja dengan persoalan teknis, tetapi juga mempunyai kaitan erat dengan masalah lingkungan, dan sosial budaya. Mengingat bahwa tujuan pembangunan IPAL Komunal akan tercapai jika masyarakat sekitar memanfaatkan sekaligus mengelola IPAL Komunal tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan untuk khusus mengkaji dari sisi tanggapan dan respons masyarakat terhadap keberadaan IPAL Komunal yang telah dibangun di wilayahnya. Terkait dengan respons masyarakat dalam memanfaatkan IPAL Komunal, penelitian ini menemukan keberagaman sikap masyarakat dalam memanfaatkan IPAL Komunal. Keberagaman tersebut terjadi antara satu lokasi pembangunan IPAL Komunal dengan lokasi yang lainnya, bahkan keberagaman juga terjadi pada masyarakat di dalam satu lokasi pembangunan IPAL Komunal. Keberagaman sikap masyarakat dalam memanfaatkan IPAL Komunal dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu (1) kelompok masyarakat yang setuju dan memanfaatkannya, (2) masyarakat yang setuju namun tidak atau belum memanfaatkannya, serta (3) masyarakat yang menolak dan tidak memanfaatkannya. Selain terdapat perbedaan respons masyarakat dalam pemanfaatan IPAL Komunal, dalam penelitian ini juga menemukan keberagaman respons masyarakat dalam mengelola IPAL Komunal yang berada di wilayahnya. Berdasarkan hasil wawancara, di suatu lokasi terbangunnya IPAL Komunal ada yang terdapat susunan pengelola, namun ada juga yang tidak ada masyarakat sekitar yang mengelola IPAL Komunal yang telah dibangun. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik pelajaran mengenai konsep penerapan IPAL Komunal yang sebaiknya digunakan di Kota Yogyakarta adalah bahwa keberadaan IPAL Komunal harus mampu memberikan manfaat khususnya kepada masyarakat di sekitarnya; pembangunan IPAL Komunal merupakan program pembangunan untuk mengubah budaya masyarakat khususnya dalam mengolah air limbah; serta konsep kebersamaan antar warga di sekitar IPAL Komunal dan kebersamaan antara pemerintah dengan masyarakat di sekitar terbangunnya IPAL Komunal.

The treatment of domestic waste water in the city of Yogyakarta with high population density is handled by developing centralized treatment system and communal treatment system which is called IPAL Komunal. By developing these systems, each household doesn’t need to have their own septic tank which will cause an increasing number of collie bacteria in ground water. Centralized waste water treatment system in the city of Yogyakarta has been implemented in IPAL Sewon, Bantul Yogyakarta. The areas which are not covered by this system are treated by IPAL Komunal. In Yogyakarta, communal liquid waste treatment were developed to reduce the level of contamination especially along the river bank areas such as Gadjah Wong river, Winongo river, and Code river. Domestic waste water which used to be thrown directly to river, is treated by IPAL Komunal first before channeled to the river. The development of IPAL Komunal is related not only to technical issues but also to environmental and socio cultural issues. Concerning that the aim of IPAL Komunal development will be achieved when the communities surround the IPAL Komunal are utilizing and maintaining the system, this research particularly evaluate communities’ opinion and responses to the existence of IPAL Komunal in their neighborhood. Related to communities’ responses in the IPAL Komunal utilization, this research found various communities responses. These varieties occur not only between communities in two different IPAL Komunal locations, but also occur within communities in the same IPAL Komunal location. The variety of communities’ responses in utilizing IPAL Komunal can be categorized into three types of responses: (1) communities which are agree and utilizing IPAL komunal, (2) communities which are agree but not utilizing or not utilizing IPAL Komunal yet, and (3) communities which are disagree and not utilizing IPAL Komunal. Beside the above findings, this research also found various responses of communities in maintaining IPAL Komunal in their neighborhood. Series of interviews found that some IPAL Komunal has already had its own management from neighborhood communities but other IPAL Komunal has no management yet. A lesson learned from this research is a concept of IPAL Komunal implementation which applied in Yogyakarta must give benefit especially to the communities in its neighborhood; the construction of IPAL Komunal which is a development program from government is to change the habits of communities in domestic waste water treatment; and the last one is a concept of cooperation between communities and cooperation between government and communities surrounds IPAL Komunal.

Kata Kunci : Respon,IPAL,Komunal


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.