Psikoetnografi pelaku pesugihan
SOFIA, Nanum, Prof. Dr. Johana E. Prawitasari
2009 | Tesis | S2 Magister PsikologiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis pelaku pesugihan dan makna pesugihan tersebut bagi pelakunya. Eksplorasi data dilakukan dengan menggali motivasi-motivasi dasar mereka dalam menjalani lelaku pesugihan, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik. Selain itu, dieksplorasi pula perasaan pelaku pesugihan ketika melakukan lelaku-nya, yaitu perasaan mereka ketika berdoa, mandi di sendang, semedi, tirakat, serta puasa. Penelitian ini menggunakan metode psikoetnografi, yaitu sebuah cara yang menggabungkan antara metode etnografi dengan eksplorasi terhadap aspek-aspek psikologis. Penelitian ini melibatkan empat informan, yang terdiri atas satu informan utama, dan tiga informan pendukung yang berfungsi sebagai pelengkap data. Pemilihan informan didasarkan atas purposive sampling. Eksplorasi data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi non partisipan, serta catatan lapangan. Validitas penelitian dilakukan dengan metode triangulasi data, yaitu dengan chek-recheck temuan fakta dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesejahteraan subjektif di kalangan pelaku pesugihan di makam raja-raja Mataram. Kesejahteraan subjektif Bu Tiyem lebih tinggi dibanding dengan informan yang lain, disusul kemudian oleh Pak Suta, Pak Ino, dan Pak Rama. Dalam penelitian ini diperoleh konsepkonsep kesejahteraan subjektif para informan, yaitu konsep nrimo ing pandum, uang bukan segala-galanya, hidup tenteram dan bahagia, serta semua menjadi mudah. Hasil akhir penelitian ini membuahkan pemahaman bahwa lelaku pesugihan merupakan local belief yang memiliki fungsi memberi efek positif berupa hati menjadi tenang, hati terasa suci, perasaan nyaman, tidak khawatir, beban seakan hilang, badan menjadi sehat, pandangan cerah atau terang, pikiran jernih, serta pikiran risau menjadi tenang. Selain itu, lelaku pesugihan juga berfungsi sebagai mekanisme coping bagi para informan dalam menghadapi kehidupannya. Dengan kata lain, pesugihan adalah cara lain untuk survive dalam menjalani hidup.
The objective of this study is to discover the psychological dynamics of people that practice pesugihan as well as how they put meaning to this practice. Data exploration is carried out by investigating the basic motivations, both intrinsic and extrinsic, of pesugihan practices. Feelings of the subjects when they practice the lelaku, including prayers, bathing in the sendang, meditation, ascetic practices (tirakat), and fasting are also investigated. This study uses a psycho-etnographic method, an ethnographic method used to explore various psychological aspects. Four informers were involved in this study, consisting of one main informer, and three supporting informants for complementary data. Selection of the informers were conducted through purposive sampling. Data exploration was conducted by using in-depth interviews, non-participant observation, and field notes. Study validity was achieved through data triangulation methods, which involves a check and re-check of findings, by comparing them with various sources, methods and theories. The results of the study demonstrate that subjective well being was present among subjects that practice pesugihan in the Mataram Kings’ tomb. Mrs. Tiyem had higher subjective well being compared to the other informers, followed by Mr. Suta, Mr. Ino, and Mr. Rama. The concepts of subjective well being based on the informers’ perspectives, were obtained in the study, including nrimo ing pandum, money’s not everything, live harmoniously and happily, and everything becomes easier. The final result of the study raises the understanding that subejcts who practice pesugihan are local beliefs that bring positive effects resulting in calm souls, purified souls, feelings of comfort, healthy body, bright appearance, clear thoughts, and worried thoughts become calmer. Moreover pesugihan practices may function as coping mechanisms for informers in dealing with their lives. In other words pesugihan may be viewd as a way to survive in running their lives.
Kata Kunci : Kesejahteraan subjektif,Pesugihan,Motivasi intrinsik,Motivasi ekstrinsik,subjective well being, pesugihan, intrinsic motivation, extrinsic motivation