Laporkan Masalah

Akseptabilitas program see and treat pada kelompok usia muda di Bangli

MARTINI, Ida Ayu Ketut, dr. Ova Emilia, SpOG, M.M.Ed, Ph.D

2009 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang dapat dicegah namun paling banyak menyebabkan kematian terutama di negara-negara berkembang. Insiden kanker leher rahim di Indonesia 150-200 diantara 100.000 wanita. Female cancer program mengadakan kegiatan see and treat yaitu kegiatan skrining kanker leher rahim pada wanita sasaran berusia 35-49 tahun dengan metode IVA tahun 2007-2010 di Propinsi Bali. Akseptabilitas masyarakat terhadap program see and treat akan meningkatkan cakupan skrining kanker leher rahim dan nantinya akan menurunkan kejadian kanker leher rahim. Tujuan Penelitian: Mengetahui proporsi akseptabilitas program see and treat pada wanita yang memanfaatkan program see and treat beradasarkan umur, pekerjaan, dan pendidikan di Bangli Propinsi Bali. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan rancangan kuantitatif serta kualitatif. Besar sampel kuantitatif sebanyak 120 wanita berusia dibawah 50 tahun dan besar sampel kualitatif sebanyak 5 orang di Desa Kayubihi Kecamatan Bangli. Variabel bebasnya adalah umur, pekerjaan, dan pendidikan wanita yang memanfaatkan program see and treat. Variabel terikatnya adalah akseptabilitas program see and treat. Variabel antara adalah pengetahuan dan variabel luar adalah dukungan suami. Analisis bivariat menggunakan chi-square (Х²) dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Proporsi akseptabilitas program see and treat di Desa Kayubihi Bangli sebesar 80,83%. Analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara akseptabilitas program see and treat dengan umur (RP=1,23; 95% CI=1,08-1,40), pekerjaan (RP=2,03; 95% CI=1,11-3,70), dan pendidikan (RP=1,34; 95% CI=1,01-1,87) setelah mengikutsertakan variabel pengetahuan (RP=1,06; 95%CI=1,06-1,06) dan dukungan suami (RP=1,08; 95% CI=1,08-1,08). Kesimpulan: Akseptabilitas program see and treat cukup tinggi (80,83%) di Desa Kayubihi Bangli. Wanita umur muda (20-34 tahun), wanita yang bekerja, dan wanita yang memiliki pendidikan tinggi lebih akseptabilitas terhadap program see and treat.

Background: Cervical cancer is categorized as a preventable disease; however, it still becomes a leading cause of women’s mortality, particularly in developing countries including Indonesia. Based on data, the prevalence of cervical cancer in Indonesia is 150-200 in 100.000 women. Therefore, Female Cancer Program in Bali holds an activity called ‘see and treat’, which is a cervical cancer screening program for women 35-49 years of age with a method of IVA in the year of 2007-2010. Community acceptability toward ‘see and treat’ program is likely to increase the coverage of cervical cancer screening and it is expected that it will decrease the prevalence of cervical cancer. Objective: To investigate the acceptability of ‘see and treat’ program among women who make use of this program based on age, occupation and education in Bangli, Bali Province. Method: This study employed a cross-sectional study design and quantitative and qualitative approaches. The quantitative sample size was 120 women under 50 years of age and the qualitative sample size was 5 women in Kayubihi Village, Bangli sub district. The independent variable was age, occupation, and education while the dependent variable was the acceptability of ‘see and treat’ program. Bivariate analysis used chi-square test and multivariate analysis used logistic regression. Results: The proportion of the acceptability of ‘see and treat’ program in Kayubihi Village, Bangli, was 80.83%. Multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the acceptability of ‘see and treat’ program and age (PR=1.23; 95%CI=1.08-1.40); between the acceptability of ‘see and treat’ program and occupation (PR=2.03; 95%CI=1.11-3.70); and between the acceptability of ‘see and treat’ program and education (PR=1.06;95%CI=1.06-1.06) after including variables of knowledge (PR=1.06; 95%CI= 1.06-1.06) and husband’s support (PR=1.08; 95%CI= 1.08-1.08). Conclusion: The acceptability of ‘see and treat’ program in Kayubihi Village, Bangli, was relatively high (80.83%). The proportion of the acceptability of ‘see and treat’ program was greater in younger age women (20-34 years), in working women, and in women with a higher level of education.

Kata Kunci : Akseptabilitas, program see and treat, kanker leher rahim, Acceptability, see and treat program, cervical cancer


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.