Positive deviance: Memahami fenomena penyimpangan positif dalam kasus kekurangan gizi :: Studi pada masyarakat Guo dan Aru Kecamatan Kuranji Kota Padang
ZULDESNI, Prof. Dr. Heru Nugroho
2009 | Tesis | S2 SosiologiBerbagai literature dan penelitian menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan masalah pokok yang menyebabkan kekurangan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana anak-anak yang berasal dari keluarga miskin dapat memiliki anakanak dengan status gizi baik dimana ketika keluarga miskin lainnya dalam lingkungan yang sama memiliki anak-anak yang kekurangan gizi. Keluarga miskin yang memiliki anak dengan status gizi baik inilah yang disebut dengan keluarga penyimpang positif (positive deviance). Penelitian ini terdiri dari tujuh informan yang semuanya berasal dari keluarga miskin. Siapa yang disebut keluarga miskin dalam penelitian ini menggunakan kategori-kategori dalam perspektif masyarakat itu sendiri. Lima informan berasal dari kelompok keluarga miskin yang mempunyai anak kekurangan gizi dan dua informan berasal dari keluarga miskin yang memiliki anak dengan status gizi baik. Penentuan status gizi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat badan menurut usia (BB/U) yang disesuaikan dengan standar yang sudah ditetapkan oleh WHO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga miskin dapat memiliki anak dengan status gizi baik karena memiliki praktek dan kebiasaan yang berbeda dengan keluarga miskin lainnya. Praktek dan kebiasaan itu meliputi pemberian kolostrum, ASI eksklusif selama empat bulan, membuat makanan sendiri makanan pendamping ASI dengan bahan-bahan yang tersedia dengan murah di lingkungannya, membuatkan makanan khusus ketika anak sakit, menjaga kebersihan. Perbedaan praktek dan kebiasaan tersebut bukanlah dipengaruhi oleh faktor kemiskinan tetapi karena adanya nilai-nilai dan kepercayaan tertentu yang mempengaruhi praktek dan kebiasaan keluarga miskin dalam pengasuhan anak serta kemampuan adaptasi-adaptasi kreatif terhadap lingkungan sehingga menghasilkan anak dengan status gizi yang berbeda. Disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa kajian tentang penyimpangan selama ini dipahami terlalu negatif. Penyimpangan juga dapat dipahami dalam arti yang positif: masyarakat menyebut keluarga miskin yang memiliki anak dengan status gizi baik sebagai tauladan (nan ka ditiru), Tempat belajar (tampek ka baraja), keluarga sukses.
Many researchs and literacy said that the main problem of malnutrient was poverty. This research is trying to see how the children coming from poor family could get a good nutrient while the others are not. The poor family who has children with good nutrient which is called family with positive deviance. This research containt of seven informan, they are categorize as poor famil. The devinition of "poor" is categorized by the community where the research has done. Five of them are, they with malnutrient children and the rest of two are they with good nutrition children. To devine the nutrient status is using the weigt of the child devide the age according to the standard of WHO. The result of this research shown that the poor family could have a children with good nutrient because they had diffrent practice and habbit comparing to the other family. Thus are such as giving colostrum trough brast feeding exclusively during four months, making children food using the cheap materials surroundings, they made special food when their childis sick, and keep the enviromental clean. The differences of the practices are not influenced by the poverty, but because there were velues and beleives that influencing the live practice of them. Besides that this reasearch shown deviance is negatively minded.In Fact deviance could understood in the positive way, community called the poor family with healty children as an example, a place to learn, and succeed family.
Kata Kunci : Penyimpang positif,Kekurangan gizi, Positive Deviance, Mallnutrient