Laporkan Masalah

Pengelolaan kawasan cagar budaya Sulaa di Kota Bau-bau Sulawesi Tenggara

MULYADI, Yadi, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa P., MA., M.Phil

2009 | Tesis | S2 Arkeologi

Pengelolaan sumberdaya budaya tidak sekedar difokuskan pada tinggalan arkeologis semata tetapi juga meliputi tinggalan budaya lainnya dalam suatu kawasan. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya budaya yang terdapat dalam satu kawasan dilakukan dalam bentuk pengelolaan kawasan cagar budaya. Kawasan cagar budaya pada hakekatnya adalah ruang dimana sumberdaya budaya berada. Penelitian ini memfokuskan pada pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Sulaa yang terletak di daerah pesisir pantai Kota Bau-Bau, Propinsi Sulawesi Tenggara. Letaknya yang berada di pesisir pantai, menjadikan pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Sulaa tidak dapat dilepaskan dengan pengelolaan daerah pesisir dan kawasan pantai terpadu. Oleh karena itu, model pengelolaan yang diusulkan adalah pengelolaan yang berbasis pada penataan ruang. Objek penelitian berupa sumberdaya budaya yang terdapat di kawasan Sulaa yang meliputi situs cagar budaya dan sumberdaya budaya lainnya yaitu adat istiadat, ritual keagamaan serta kerajinan tradisional. Situs cagar budaya terdiri dari, gua Moko, Makam Betoambari dan Kasulana Tombi Sipanjonga. Adat istiadat meliputi, tarian tradisional dan upacara adat Buton yang menggambarkan siklus kehidupan manusia. Ritual keagamaan, terdiri dari ritual Pakandeana Anana Maelu, Sumpuana Uwena Syafara, Gorana Oputa, Mauluduna Hukumu, Haroa Rajabu, dan Nisifu Syabani. Kerajinan tradisional berupa kerajinan kain tenun khas Buton. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan berupa observasi, wawancara, dan studi pustaka, dengan menggunakan pendekatan yang berhubungan manajemen sumberdaya budaya (Cultural Resource Management). Berdasarkan pada data sumberdaya budaya, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan sumberdaya budaya tidak dapat dilepaskan dari konteks ruang maupun lansekapnya. Oleh karena itu, pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Sulaa mengintegrasikan pengelolaan sumberdaya budaya dan juga lansekap kawasan Sulaa. Dengan demikian, kawasan ini mengintegrasikan warisan budaya dan natural heritage sebagai objek yang memiliki nilai penting untuk dikelola dalam perspektif pemanfaatan yang berwawasan pelestarian. Dampak yang diharapkan selain kelestarian sumberdaya budaya dan alam, adalah kebermanfaatan untuk masyarakat setempat yang berkesinambungan.

Cultural resource management is not only focused on archaeological remains, but also includes other cultural remains in an area. Therefore, the management of cultural resources located in one area, it’s conducted in the frame of management of the heritage area. The main subject of cultural resource management of heritage area is a space where cultural resources are. This study focuses on the management of Sulaa Heritage Area which is located in the coastal area of Bau-Bau, Sulawesi Tenggara Province. It is located in the coastal beach, making the management of Sulaa Heritage Area can not be released with local management and integrated coastal area. Therefore, the proposed management model is management based on spatial. Objects of research are cultural resources found in the area, including Sulaa heritage sites and other cultural resources such as customs, religious rituals and traditional handicrafts. Heritage site consists of Moko Cave, Ancient Tomb Betoambari and Kasulana Tombi Sipanjonga. Customs include traditional dances and ceremonies which reflect the cycle of human life. Religious rituals consist of Pakandeana Anana Maelu, Sumpuana Uwena Syafara, Gorana Oputa, Mauluduna Hukumu, Haroa Rajabu, and Nisifu Syabani. Traditional handicrafts such as handmade weaving crafts typical Buton. The applied methods in this research are observation, interview, and literature study, by using cultural resource management approach. Based on cultural resource data, results show that the existence of cultural resources can not be removed from the context of space and landscape. Therefore, the management of Sulaa Heritage Area integrate cultural resources management and landscape of Sulaa area. Thus, this region is integrating cultural and natural heritage as heritage objects that has significant value to maintain the perspective of preservation concept. The expected impact is not only preserving the cultural and natural resources, but also carrying out sustainable benefit for the local community.

Kata Kunci : Kawasan Cagar Budaya, , Lansekap, Pengelolaan dan Pemanfaatan, Ruang, Sulaa, Sumberdaya Budaya, Sulaa Heritage Area, Landscape, Management and Utilization, Space, Sulaa, Cultural Resources


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.