Laporkan Masalah

Bahasa Selayar di Pulau Selayar :: Kajian dialektologi dan linguistik historis komparatif

WAHIDAH, Dr. Inyo Yos Fernandez

2009 | Tesis | S2 Linguistik

Tulisan ini mengkaji bahasa Selayar di Pulau Selayar, salah satu bahasa daerah yang ada di Provinsi Slawesi Selatan yang masuk dalam kelompok Makassar (Mks). Hingga saat ini, masih terdapat pertentangan pendapat mengenai ‘status kebahasaan’ Selayar (Sly). Sebagian peneliti beranggapan bahwa Sly merupakan salah satu dialek BM, sebagian lagi berpendapat bahwa Sly merupakan bahasa tersendiri. Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat menengahi kesimpangsiuran pendapat di antara para peneliti bahasa tersebut. Penelitian ini mencoba mengkaji bahasa Selayar di Pulau Selayar dengan memadukan pendekatan dialektologi dan linguistik diakronis (linguistik historis komparatif). Pendekatan dialektologis dilakukan guna melihat unsur-unsur perbedaan linguistik yang terdapat pada Sly dibandingkan dengan kelompok Makassar (Mks) lainnya, yaitu Lakiung (Lkg) dan Konjo (Knj) secara sinkronis kualitatif. Sementara itu, pendekatan linguistik historis komparatif dilakukan untuk melihat keeratan hubungan ketiga bahasa tersebut melalui ‘kesamaan’ ciri linguistik yang dimilikinya dengan memanfaatkan metode kualitatif deduktif berupa rekonstruksi dari atas ke bawah (top-down reconstruction). Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya membahas aspek deskriptif (sinkronis), tetapi juga aspek historis (diakronis). Analisis penentuan unsur-unsur bahasa yang berbeda dilakukan secara kualitatif sinkronis dengan menggunakan metode padan intralingual (PI) dengan teknik hubung banding intralingual (THBI) dan teknik lanjut hubung banding (HB) membedakan (HBB). Sementara itu, penentuan hubungan kekerabatan antara bahasa yang diperbandingkan dilakukan secara kuantitatif dengan teknik leksikostatistik dan secara kualitatif diakronis dengan menggunakan metode komparatif berupa rekonstruksi dari atas ke bawah. Prosedur analisis ditempuh melalui penemuan refleks fonem-fonem protobahasa pada bahasa yang diteliti dengan membandingkan bentuk dan makna etimon protobahasa dengan leksikon bahasa yang diteliti. Hasil analisis kualitatif sinkronis yang memperlihatkan adanya perbedaan unsur-unsur kebahasaan dibidang fonologi, morfologi, leksikon, sintaksis, dan semantik yang cukup signifikan antara Sly dan BM (Lkg) menunjukkan bahwa keduanya merupakan bahasa yang berbeda. Selain itu, hasil analisis kuantitatif dengan teknik leksikostatistik juga memperlihatkan bahwa Sly, Lkg, dan Knj adalah bahasa yang berbeda. Jumlah persentase persamaan antara Sly-Lkg adalah 74%, Sly-Knj 77%, dan Lkg-Knj adalah 74%. Jumlah persentase tersebut menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara Sly, Lkg, dan Knj berada pada tingkat ‘keluarga bahasa’ (family). Berdasarkan penelitian secara kuantitatif maupun kualitatif dengan memadukan pendekatan dialektologi dan linguistik historis komparatif ditemukan bahwa Sly bukanlah dialek BM, melainkan sudah berkembang menjadi bahasa tersendiri. Evidensi-evidensi berupa inovasi bersama secara eksklusif yang dimiliki Sly, Lkg, dan Knj dapat memberikan gambaran bahwa pada fase historis xviii tertentu ketiganya pernah memiliki sejarah yang sama. Untuk itu, hasil penelitian yang berjudul Bahasa Selayar di Pulau Selayar (Kajian Dialektologi dan Linguistik Historis Komparatif) ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar atas kesimpangsiuran pendapat mengenai status kebahasaan Sly yang hingga saat ini masih menjadi pertentangan di antara para peneliti bahasa.

This study analyzes Selayar Language (Selayarese) in Selayar Island, one of the local languages in South Sulawesi Province which belongs to the group of Makassar (Mks). Until now there is still a controversy concerning the linguistic status of Selayarese (Sly). Some researchers consider Sly as part of Makassarese dialect while some others point out that it is a unique, independent language. Therefore, this study aims at revealing the clear cut of those different views. The objective of this research is to analyze Selayarese in Selayar Island using the triangulation of dialectological and diachronic linguistic approaches (comparative-historical linguistics). Dialectological approach is applied to reveal the elements of linguistic differences within Sly, compared to other Makassarese groups, such as Lakiung (Lkg) and Konjo (Knj) using qualitative synchronic analysis. The approach of comparative-historical linguistics is conducted to view the close relationship between the three languages through the similarity of their linguistic characteristics by using deductive-qualitative method in the form of topdown reconstruction. In other words, this research does not only analyze the descriptive (synchronic) aspect but also the historical (diachronic) aspect. The analysis of determination of the different linguistic aspects is conducted using sychronic-qualitative method through intralingual comparison method with intralingual-comparative relation technique and advance technique of comparative relation differing. The determination of relation between the compared languages is done qualitatively using lexicostatistical technique and diachronic qualitative using comparative method in the form of top-down reconstruction. The analysis procedure is done through the reflex invention of protolingual phonemes within the observed language by comparing the form and meaning of protolingual etima and the language lexicon that is being observed. The result of synchronic-qualitative analysis shows the significant differences of the linguistic elements within phonology, morphology, lexicon, syntax, and semantics between Sly and BM (Lkg) that reveal the fact that the two languages are different. Furthermore, the result of the quantitative analysis of lexicostatistic shows that Sly, Lkg, dan Knj are different languages. The similarity percentage of Sly-Lkg is 74%, Sly-Knj 77%, dan Lkg-Knj, 74%. This percentage shows that the relative relations between Sly, Lkg, dan Knj is in the family group. Based on the triangulation of quantitative and qualitative paradigms by mixing the dialectological approach and the comparative-historic linguistics it is found that Sly is not BM dialect but it develops to an independent language. Evidence reveals that the exclusively-shared innovation, found in Sly, Lkg, and Knj can give a description that in certain historical phase, the three have gone through similar evolution. Therefore, the result of this research entitled Bahasa Selayar di Pulau Selayar (Kajian Dialektologi dan Linguistik Historis Komparatif) is expected to provide solution of the discrepancies in the polemic and controversy concerning the linguistic status of Sly.

Kata Kunci : linguistik diakronis, rekonstruksi, inovasi, diachronic linguistics, reconstruction, innovation


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.