Laporkan Masalah

Relasi kekuasaan dalam karya sastra kajian feminis terhadap Novel Kembang Jepun karya Remy Sylado

MUMININ, Dr. Wening Udasmoro, M.Hum. ,DEA

2009 | Tesis | S2 Sastra

Novel Kembng Jepun merupakan sebuah novel yang bermuatan pesan feminis yaitu perjuangan seorang geisha yang harga dirinya diinjak-injak, dianiaya, diperkosa, dan dipaksa untuk mati. Dia ingin keluar dari dunia geisha dan hidup normal seperti perempuan yang menikah dan melahirkan. Perempuan geisha dalam segala aspek kehidupannya diberlakukan tidak adil. Seharusnya mereka dihargai sebagai makhluk yang memiliki kapasitas berpikir yang sama dengan laki-laki. Secara teoritis penelitian ini adalah mengungkapkan relasi kekuasaan, dominsi dan subordinasi serta pemberontakan tokoh dalam novel Kembang Jepun karya Remy Sylado. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan masyarakat luas khususnya perempuan terkait dengan masalah-masalah feminisme dalam novel Kembang Jepun karya Remy Sylado. Penelitian ini menggunkan metode kritik sastra feminis dan teori kekuasaan sebagai pisau analisis. Metode Kritik sastra feminis dipakai untuk mengungkap bagaimana perempuan digambarkan dan bagaimana potensi yang dimiliki perempuan di tengah kekuasaan patriarki. Teori kekuasaan digunakan untuk melihat bagaimana hubungan kekuasaan yang tersusun secara sosial dan dimanfaatkan oleh laki-laki untuk mendominasi perempuan dan melestarikan kekusaannya. Berdasarkan hasil analisis dengan kedua pendekatan tersebut penelitian ini menemukan bahwa sejarah perbedaan gender terjadi melalui proses yang sangat panjang karena banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, dan dikonstruksi secara sosial kultural. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut dianggap menjadi ketentuan Tuhan. Habitus inilah yang mendominasi masyarakat Indonesia, sehingga untuk memperjuangkan gender, habitus aslinya lebih dominan. Budaya dominasi dan subordinasi merupakan tekanan yang berat atas kebebasan perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga, penjualbelian perempuan dan kekerasan seks merupakan gambaran perempuan dalam kembang Jepun. Kekuasaan dalam bentuk seksual memberikan relasi yang memposisikan perempuan sebagai objek untuk dinikmati, dimiliki, dan diperdagangkan laki-laki bukan sebagai individu yang memiliki hak atas tubuh dan kehidupannya. Hal ini menegaskan bahwa tubuh perempuan telah menjadi arena praktik dan pengujian kekuasaan.

A novel entitled Kembang Jepun; written by Remy Sylado is a novel that conveys a feminism message of struggle of a geisha whose self-respect was disregarded. The geisha was battered, violated and finally forced to commit suicide. She, actually, really wanted to free from geisha’s world, live normally as a married woman and then bear a child. However, geishas were always treated unfair in all aspect of their life. Whereas, they should have been respected as human who had thinking capacity as men. Theoretically, this research explored an authority relation, domination and subordination, and rebellion of a character in Kembang Jepun ; a novel by Remy Sylado. The research, practically, is expected to improve the researcher and sociaties’ insight, especially women with regard to feminism affairs in Kembang Jepun. The research employed a critical method of feminism literature and a theory of authority as analysis devices. The critical method of feminism literature was employed to definite how a woman was portrayed and what potencies owned by woman in patriarchy power. The research employed authority theory to observe how authority relation was arranged socially, exploited to dominate woman, and conserved its power. The finding revealed that history of gender distinction occurred because through a very long process. The process occurred because the gender was socioculturally shaped, socialized, strengthen, and constructed. Based on the processes, the gender socialization was considered as god’s destiny. This habitués dominated Indonesian society. Therefore, to struggle the gender, the original of habitués was more dominance. Dominance and subordination culture were heavy pressures for woman’s freedom. Sadistic act in household, woman trafficking and sexual offense where the picture of woman in Kembang Jepun. The hegemony in term of sexuality provided a relation which placed the woman as an object to be exploited, possessed, and traded by a man. In spite of that, a woman was not regarded as an individual person who held her own right of her body and her life. Based on the fact, it can be concluded that woman’s body became practice and trial of and authority.

Kata Kunci : Kritik Sastra Feminis, Teori Kekuasaan, Habitus, feminism critical Literature, Authority theory, habitues


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.