Budaya kekerasan masyarakat Madura dalam karya sastra :: Tinjauan semiotika terhadap Novel Orang Madura Tak Mati Lagi karya Edi A.H. Iyubenu
MUHRI, Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno
2009 | Tesis | S2 SastraPenelitian ini merupakan sebuah penelitian yang mempermaslahkan tanda yang berhubungan dengan budaya kekerasan dalam masyarakat Madura. Selanjutnya, masalah berlanjut dengan koherensi antar tanda-tanda tersebut. Dari dua permasalahan ini dapat terefleksi nilai-nilai bidaya Madura dari novel yang diteliti. Permasalahan tersebut timbul dari kesenjangan antara antara penilaian orang tentang stereotipe orang Madura, terutama dalam hal kekerasan. Tujuan penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberi keontribusi pada khasanah keilmuan terutama dalam khasanah keilmuan khususnya bidang semiotika. Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk menambah wawasan tentang Madura dan masyarakat Madura. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang proporsional tentang Madura. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi bahan introspeksi bagi orang Madura tentang rasa kesukuannya. Dalam hal ini, diharapkan terjadi pemeliharaan terhadap budaya Madura yang bernilai “positif†dan memperbaiki yang cenderung negatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang berusaha mendeskripsikan data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian ini menggunakan studi dokumentasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Studai dokumentasi adalah studi yang datanya diambil dari catatan, transkripsi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kekerasan dalam masyarakat Madura terdiri atas carok (kekerasan terhadap sesama manusia) dan karapan sapi (kekerasan terhadap hewan). Keduanya mempunyai kecenderungan mengarah pada dunia kaum blater. Blater adalah jagoan yang disegani karena keberaniannya. Kaum ini kebanyakan berasal dari dunia pesantren dan memiliki keterkaitan dengan seorang kiai sebagai guru. Selain menghadirkan citra kekerasan dunia blater menciptakan kelembutan dalam bersikap sebagai penjagaan diri dari ketersinggungan orang lain dan berharap diperlakukan serupa pada dirinya sendiri karena ketersinggungan dapat menyebabkan konflik yang mengarah pada kekerasan. Kiai adalah orang terpandang lain yang memiliki pengaruh hampir ke semua kalangan. Kiai menjadi penengah konflik karena memiliki akses kesemua kalangan.
This research discusses signs related to violence practice in Madura, specifically for coherence among signs, and Madurese culture reflected from literary works. The problem is as a result of discrepancy between Madurese stereotype and reality, mainly something related to violence practice in Madura society. Theoretically, the aim of this research, hopefully, can contribute for semiotics discipline. Practically, this research can be used as reference to enhance our insight about Madura and Madura society. More knowledge about Madura can give more comprehension about Madura proportionally. It also can be used as object of introspection about their ethnic. This research uses qualitative approach that discribe data in word – oral or written – from human being or their attitude that is observed. In collecting and analysing data, this research uses documentation study. Documentation study is a study that its data taken from notes, transcription, book, mass media, etc. The result shows that violence practice in Madura society are carok and karapan sapi. Both tend to describe blater’s world. Blater is a charismatic leader that is accounted for his brave. They are, formerly, a pesantren student or santri that study from a kiai as a teacher. Despite of violence image, blater world presents a good manner from prevention of others insult. They hope this manner will be responsed in the same way. This is because by insulting others, he has begun a conflict that must end in carok. Kiai is another charismatic leader that influence all madurese. In carok, kiai is a mediator.
Kata Kunci : Kekerasan, Kepemimpinan, Carok. Leadership, violence.