Seroepidemiologi dan identifikasi virus rabies pada anjing di Kota Makassar

UTAMI, Sri, Prof. Dr. drh. Bambang Sumiarto, SU., M.Sc

2009 | Tesis | S2 Sain Veteriner

Telah dilakukan suatu kajian seroepidemiologi dan identifikasi virus rabies pada anjing di kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kekebalan anjing bertuan, mengetahui asosiasi antara faktor-faktor manajemen pemeliharaan anjing dan tingkat kekebalan anjing terhadap rabies, dan identifikasi virus rabies pada anjing liar di kota Makassar. Sebanyak 246 sampel serum anjing bertuan dikumpulkan untuk pengukuran tingkat kekebalan anjing dengan metode ELISA (Enzyme linked immunosorbent assay) dan 32 sampel otak anjing liar untuk identifikasi virus rabies dengan metode FAT (Fluorescent antibody technique). Analisis data tingkat kekebalan dan identifikasi virus yang diperoleh dilakukan secara deskriptif. Untuk mengetahui signifikansi asosiasi antara faktor-faktor yang diteliti dan tingkat kekebalan digunakan analisis Chi square (c2), dan kekuatan asosiasinya dihitung dengan odds ratio / rasio ganjil dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis model Logistic regression dan Hosmer-Lemeshow Goodness of Fit test digunakan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kekebalan anjing terhadap rabies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi pada anjing bertuan di kota Makassar sangat rendah (21 % ; 51/246). Persentase anjing yang memiliki titer antibodi protektif (³ 0,5 IU/ml) terhadap rabies (12,2 % ; 30/246). Faktor yang mempengaruhi tingkat kekebalan anjing terhadap rabies yaitu, umur anjing pertama kali divaksin 6-12 bulan (RG=18,6), periode pasca vaksinasi 0-6 bulan (RG=6), lokasi pemeliharaan anjing di urban area (RG= 4,5), cara pemeliharaan anjing di dalam rumah (RG=3,8), dan pendapatan pemilik diatas Rp. 2.000.000 (RG=3). Hasil analisis unweighted logistic regression menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kekebalan protektif anjing bertuan di kota Makassar terhadap rabies adalah frekuensi vaksinasi dua kali (koef regresi= +7,85583 ; OR=2580), pengetahuan pemilik tentang rabies (-1,56739 ; OR=0,21), dan umur anjing (- 0,13825 ; OR= 0,87). Hasil pengujian sampel otak anjing liar menunjukkan sebanyak 32 sampel negatif rabies. Berdasarkan data sampel otak yang masuk dan diuji di Balai Besar Veteriner Maros dilaporkan kasus gigitan anjing dengan proporsi positif rabies tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 berturut-turut sebesar 50 % (7/14), 60 % (3/5), 100 % (6/6) dan 80 % (4/5). Rendahnya cakupan vaksinasi rabies anjing bertuan di kota Makassar, tingkat kekebalan protektif terhadap rabies sangat rendah, serta adanya laporan gigitan anjing setiap tahunnya mengindikasikan bahwa kota Makassar sebagai daerah endemis dan ancaman terjadinya wabah rabies pada hewan dan manusia ke wilayah sekitarnya.

Study of seroepidemiology and identification rabies virus in dogs was conducted in Makassar. The aims of this study are to identify the proportion of owned dogs immunity level againts rabies, to identify the risk factors associated to immunity level to rabies, and to identify rabies virus in stray dogs. Two hundred and forty six samples of dog serum collected in order to identify the proportion of owned dogs immunity level againts rabies using ELISA (Enzyme linked immunosorbent assay) Kit rabies by PUSVETMA Surabaya. Questionaires distributed to obtain probable risk factors associated to immunity level to rabies. Thirty two samples stray dog brains collected in order to identify rabies virus using FAT (Fluorescent antibody test) method. Data obtained were analyzed using descriptional and regression models. Chi squares (c2) used for analyzing association obtained and Odds ratio (OR) used for analyzing the strength of association. Logistic regression and Hosmer-Lemeshow Goodness of Fit test used for analyzed factors associated to immunity level to rabies. Vaccination coverage of owned dogs in Makassar is 21 % (51/246). Overall, only 12,2 % (30/246) of the serum was positive with antibody levels (³ 0,5 IU/ml) indicative of low effectiveness of protection againts rabies challenge. Data suggested that there was relationship between five factors associated to dog ownership and level of antibody response to rabies. Dogs which were first vaccinated in the age of 6-12 months significantly had higher antibody response (OR=18,6). There was a close association between post vaccination periods 0-6 months and immunity level to rabies in dogs (OR=6). Dogs in urban area (OR= 4,5), dogs which are stricly housed (OR=3,8), owners income rate up to Rp 2.000.000 (OR=3), significantly had correlated to immunity level to rabies. Regression analysis revealed that the second vaccination performed better level immunity to rabies (regression koef = +7,85583; OR=2580). Dog owners who had knowledge about rabies significantly had correlated to immunity level to rabies (-1,56739; OR=0,21), and dog ages also had significantly to immunity response to rabies vaccine (- 0,13825; OR= 0,87). All brains samples showed negative for rabies virus. Percentage of rabies cases with bites history submitted per year and diagnosed by center of Veterinary Laboratory Maros which are positive rabies, are 50 % (7/14) in 2005, 60 % (3/5) in 2006, 100 % (6/6) in 2007 and 80 % (4/5 ) in 2008. The level of immunity was not satisfactory and annual rabies cases still occured in Makassar, remains as a challenge of rabies outbreak in dogs and human.

Kata Kunci : Seroepidemiologi, anjing, virus rabies, dogs, rabies virus