Pengaruh temperatur tuang, kerapatan polystyrene foam dan ukuran mesh pasir terhadap mampu alir, sifat mekanis, struktur mikro dan munculnya cacat aluminium paduan 356.1 yang dicor dengan metode evaporative
KARIM, Ivan Junaidy Abdul, Dr. Suyitno, S.T., M.Sc
2009 | Tesis | S2 Teknik MesinTujuan penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh temperatur tuang, ketebalan pola cetakan dan ukuran mesh pasir terhadap mampu alir, struktur mikro, sifat mekanis, serta cacat coran paduan aluminium 356.1 dengan metode pengecoran evaporative. Pengecoran evaporative (lost foam casting) adalah sebuah metode pengecoran dengan menggunakan polystyrene foam atau styrofoam sebagai pola cetakan yang dibenamkan pada pasir cor. Paduan aluminium 356.1 dilebur dalam dapur krusibel kemudian dilakukan penuangan pada variasi temperatur tuang 680, 710, dan 740oC. Pola cetakan dengan variasi kerapatan polystyrene foam 0,007, 0,018 dan 0,02 g/cm3, serta dengan ketebalan 3, 5, 7 dan 11 mm, dipadatkan dalam wadah cetakan yang menggunakan pasir silika dengan variasi ukuran mesh 20, 35 dan 70. Peningkatan temperatur tuang, menurunnya kerapatan polystyrene foam dan ukuran mesh pasir meningkatkan mampu alir. Mampu alir terbaik diperoleh pada temperatur tuang tertinggi, kerapatan polystyrene foam terendah dan ukuran mesh pasir rendah. Mampu alir meningkat 42,26% dengan naiknya temperatur tuang, serta meningkat 127,3%, dengan menurunnya kerapatan polystyrene foam. Kekerasan menurun 9,3% dan kekuatan tarik menurun 5,62% dengan meningkatnya temperatur tuang. Porositas meningkat 103% dengan meningkatnya temperatur tuang, dan menurun 18,9% dengan meningkatnya kerapatan pola cetakan polystyrene foam.
This study is to find out the effect of pouring temperature, polystyrene foam density and sand mesh size on fluidity, microstructure, mechanical properties and defect of aluminum alloy 356.1 treated by using the evaporative casting method. Evaporative casting is a method of casting by using polystyrene foam or styrofoam as a mold pattern embedded into silica sand. The aluminum alloy 356.1 was melted in a crucible furnace, followed by pouring at various pouring temperatures of 680, 710 and 740oC. The mold patterns with various densities of polystyrene foam of 0.007, 0.018 and 0.02g/cm2 with the thickness of 3, 5, 7 and 11 mm, respectively, were compacted in a mould using various silica sand diameters of 0.2, 0.5, and 0.8 mm, respectively. The increased pouring temperature, the decreased density of polystyrene foam, and sand mesh size increased its fluidity. The best fluidity was obtained at the highest pouring temperature, the lowest polystyrene foam density, and the high level of sand mesh size. The fluidity increases to 42.26% with the increases pouring temperature from 680oC to 740oC and increases to 127.3% with the decreases polystyrene foam density. The hardness decreases 9.3% and tensile strength decreases to 5.62% with increases pouring temperature. Porosity increases 103% with increases pouring temperature and decreased 18.9% with the increases polystyrene foam density.
Kata Kunci : Pengecoran evaporative,Paduan aluminium 3561,Mampu alir,Polystyrene foam,Ukuran mesh pasir, Evaporative casting method, aluminum alloy 356.1, polystyrene foam, sand mesh size