Nyeri sebelum kemoterapi sebagai prediktor rendahnya kualitas hidup penderita leukemia limfoblastik akut (LLA) anak-anak
DANUAJI, Rivan, Prof. Dr. dr. Sri Sutarni Sudarmadji, Sp.S(K)
2009 | Tesis | S2 PPDS1-Ilmu Penyakit SarafLatar Belakang: Leukemia menjadi penyakit kanker anak-anak terbanyak. Kemoterapi dan transplantasi stem sel merupakan terapi utama, dengan keberhasilan tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, antara lain kondisi fisik dan gejala klinis, termasuk nyeri. Nyeri merupakan gejala yang bisa timbul pada leukemia limfoblastik akut (LLA). Terapi penderita LLA belum mempertimbangkan aspek nyeri. Tujuan: Untuk mengetahui apakah nyeri sebelum kemoterapi merupakan prediktor kualitas hidup jelek pada penderita leukemia limfoblastik akut (LLA) anak-anak. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan kohort retrospektif. Keluaran utama adalah nyeri sebelum kemoterapi sebagai faktor prediktor kualitas hidup anak. Kualitas hidup anak diukur dengan PedQLTM versi 3.0 setelah melalui fase induksi kemoterapi. Hasil: Sebanyak 54 subjek penelitian terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 dengan nyeri dan 27 tanpa nyeri sebelum kemoterapi. Usia rata-rata subjek 8,4 ± 3,4 tahun. Hasil analisis univariat didapatkan 7 faktor yang bermakna sebagai prediktor kualitas hidup, yaitu: usia (RR: 3,66; 95% CI: 1,06 – 12, 6), pendidikan ayah (RR: 3,59; 95% CI: 1,37 – 9,46), pendidikan ibu (RR: 2,81; 95% CI: 1,19 – 6,63), penghasilan (RR: 4,04; 95% CI: 1,54 – 10,6), kelompok risiko (RR: 1,62; 95% CI: 1,01 – 2,58), nyeri paska kemoterapi (RR: 9,72; 95% CI: 2,46 – 38,4), dan nyeri sebelum kemoterapi (RR: 2,14; 95% CI: 1,01 – 4,59). Analisis multivariat didapatkan penghasilan keluarga (RR: 1,61; 95% CI: 1,50 – 17,29) dan nyeri paska kemoterapi (RR: 3,24; 95% CI: 1,36 – 7,68) bermakna mempengaruhi kualitas hidup. Simpulan: Nyeri sebelum kemoterapi dapat digunakan sebagai prediktor kualitas hidup penderita LLA. Penghasilan keluarga dan nyeri paska kemoterapi merupakan faktor prediktor independen.
Background and purpose: Leukemia is the biggest cancer in childhood. Chemotherapy and stem cell transplantation are its main therapy and had excellent results. There are many factors influence quality of life (QOL), such physical and clinical findings including pain. Pain is one of symptom that may occur for acute lymphoblastic leukemia (LLA). Management of LLA doesn’t consider pain yet. The aim of this study is to determine correlation between pain before chemotherapy and the QOL of children with LLA. Methods: a cohort retrospective study was conducted and we recruited 54 patients divided into 2 groups, with pain (27) and without pain (27) before chemotherapy. Quality of life was measured by PedsQLTM 3,0 version. Results: Mean age was 8,4 ± 3,4 years, 59,3% male. Univariate analysis showed 7 factors as predictor of QOL. There are age (RR: 3,66; 95% CI: 1,06 – 12, 6), father’s education (RR: 3,59; 95% CI: 1,37 – 9,46), mother’s education (RR: 2,81; 95% CI: 1,19 – 6,63), family income (RR: 4,04; 95% CI: 1,54 – 10,6), risk’s group (RR: 1,62; 95% CI: 1,01 – 2,58), pain after chemotherapy (RR: 9,72; 95% CI: 2,46 – 38,4), and pain before chemotherapy (RR: 2,14; 95% CI: 1,01 – 4,59). Multivariate analysis showed family income (RR: 1,61; 95% CI: 1,50 – 17,29) pain after chemotherapy (RR: 3,24, 95% CI: 1,36 – 7,68) was significantly influenced LLA childhood’s QOL. Conclusions: Pain before chemotherapy could be used as predictor of LLA childhood’s QOL. Family income and pain after chemotherapy was the independent predictor.
Kata Kunci : Nyeri,Leukemia limfoblastik akut,Anak,anak,Kemoterapi,Kualitas hidup,Kohort retrospektif,pain,acute lymphoblastic leukemia,childhood,chemotherapy,quality of life,retrospective cohort study