Laporkan Masalah

Model pengambilan keputusan dalam penanggulangan gizi buruk pada balita :: Studi kasus di wilayah puskesmas kota Dinas Kesehatan Kabupaten Belu-NTT

MALI, Petrus Yustinus Laku, Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH

2009 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang: Kegiatan surveilans gizi telah dilakukan untuk mencegah dan menemukan kasus gizi buruk sebagai tindakan promotif dan preventif karena kasus marasmus dan kuashiorkor merupakan kejadian kronis bukan kejadian tiba-tiba. Surveilans gizi yang baik seharusnya memberikan informasi yang berguna berdasarkan data-data yang berkaitan dengan risiko gizi buruk, sehingga perencanaan dan intervensi yang dilakukan menjadi efektif dan efisien. Kenyataan menunjukkan masih banyak balita gizi buruk yang ditemukan, sementara orientasi saat ini pada perawatan setelah menderita gizi buruk. Keadaan ini sudah terlambat, karena suatu sistem informasi yang baik yaitu relevan, tepat waktu, dan akurat, seharusnya dapat digunakan untuk mencegah kejadian gizi buruk. Tujuan: Menguraikan sistem informasi dalam surveilans gizi untuk mendukung pengambilan keputusan di Kabupaten Belu. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif dengan rancangan studi kasus. Pengumpulan data dengan cara Diskusi Kelompok Terfokus dan hasilnya dianalisis dengan analisis isi kualitatif, kemudian dikaitkan dengan hasil observasi. Hasil: Mekanisme kerja Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) tidak berjalan sehingga sistem surveilans gizi hanya mengumpulkan data hasil penimbangan bulanan dan hasil konfirmasi BGM. Berat badan Balita dalam penimbangan bulanan di posyandu disebut Naik jika bertambah minimal 0.5 kg sehingga informasi pola tumbuh untuk tindakan pencegahan tidak dapat digunakan. Pengukuran panjang badan yang seharusnya dilakukan setiap bulan, dilakukan 3 bulan sekali untuk menemukan Balita terkategori Sangat Kurus agar dirujuk ke Panti Rawat Gizi, karena tidak ada kegiatan pemberian makanan tambahan, dan pengukuran tersebut belum didukung dengan alat ukur yang memadai. Kesimpulan: Kasus marasmus dan kuashiorkor sudah jarang ditemukan sehingga parameter informasi tentang pola tumbuh harus digunakan untuk tindakan pencegahan sehingga dapat menurunkan resiko gizi buruk pada Balita.

Background: Nutrition surveillance is carried out to prevent and detect malnutrition cases as promotive and preventive action because marasmus and kwashiorkor are chronic conditions not acute ones. Good nutrition surveillance should provide useful information based on data related to the risk of malnutrition so that planning and intervention made can be effective and efficient. In reality there are many malnourished underfives whereas the present orientation is on care after children are malnourished. This is a delayed approach, because good information system which is relevant, timely, and accurate should be used to prevent incidence of malnutrition. Objective: To describe information system in nutrition surveillance to support decision making at District of Belu. Method: The study was qualitative with a descriptive case study design. Data were obtained through focus group discussion and analyzed using qualitative content analysis supported with the results of field observation. Result: The mechanism of Food and Nutrition Awareness System had not been well implemented so that nutrition surveillance system only collected data of monthly weighing and confirmation of BGM (weight underred line). Weight of underfives in monthly weighing at the integrated (Posyandu) was considered normal if it increased minimum 0.5 kg so that information of growth pattern necessary for preventive action could not be utilized. Height/length measurement that should be done monthly was carried out in three months time (to identify underfives that belonged to wasting category to be referred to nutrition care unit) since there was no food supplement distribution and the measurement was not yet supported with representative weighing instrument. Conclusion: Marasmus and kwashiorkor cases were rarely detected so that appropriate parameters of information on growth pattern should be utilized for preventive action to minimize risk factors of malnutrition in underfives.

Kata Kunci : Surveilans gizi,Sistem informasi gizi,Pengambilan keputusan, nutrition surveillance, nutrition information system, decision making, growth monitoring


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.