Evaluasi outsourcing dan insourcing peralatan blood gas analyzer pada Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang

MARDIYANTO, Dr. Kuncoro HW, M.Eng

2009 | Tesis | S2 Magister Manajemen Rumah Sakit

Latar belakang: Penelitian tentang evaluasi outsourcing dan insourcing peralatan Blood Gas Analyzer (BGA) di Rumah Sakit (RS) Dr. M. Djamil Padang dilaksanakan karena RS ini belum pernah melakukan evaluasi terhadap peralatan-peralatan yang di-outsourcing-kan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah outsourcing peralatan BGA lebih efisien daripada insourcing. Metode:Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Hasil: Biaya direct tracing pelayanan pemeriksaan BGA di RS Dr. M. Djamil Padang untuk outsourcing sebesar Rp 45.994 dan insourcing sebesar Rp 44.660. Biaya driver tracing pelayanan pemeriksaan BGA sebesar Rp 3.725 Penerimaan kas pemeriksaan BGA sebesar Rp 8.777.750.000. Pengeluaran kas pemeriksaan BGA adalah Rp 3.384.485.941 untuk outsourcing dan Rp 3.260.235.907 untuk insourcing. Penilaian kelayakan investasi peralatan BGA dengan menggunakan pay back method menunjukkan bahwa dalam jangka waktu 1 tahun 1 bulan 28 hari investasi yang dilakukan dapat kembali dan Net Present Value (NPV) dengan discount rate sebesar 11.25% adalah Rp 1.023.172.457. Analisis sensitivitas investasi peralatan BGA dengan asumsi perubahan harga obat dan bahan medis habis pakai serta suku bunga pada kisaran 5% - 10 % menghasilkan nilai NPV yang positif. Kesimpulan: Biaya satuan (unit cost) pemeriksaan BGA di RS Dr. M. Djamil Padang adalah Rp 49.719 untuk outsourcing dan Rp 48.385 untuk insourcing. Perbandingan aliran kas masuk bersih antara outsourcing dengan insourcing adalah Rp 5.393.264.059 berbanding Rp 5.517.514.093. Dengan demikian ada selisih sebesar Rp 124.250.034 sehingga investasi peralatan BGA layak dilakukan.

Background: Research on the evaluation of outsourcing and insourcing equipment Blood Gas Analyzer (BGA) in Dr. M. Djamil Padang Hospital implemented because it has not yet been conducted before. This study aims to determine whether the outsourcing or insourcing is more efficient. Method: This study is a descriptive research, with a quantitative approach. Results: Direct tracing cost of BGA inspection in the hospital is Rp 45,994 for outsourcing and Rp 44,660 for insourcing. Driver tracing cost of BGA inspection is Rp 3725. Revenue BGA inspection cash is Rp 8,777,750,000. BGA inspection cash expenditure are Rp 3,384,485,941 and Rp 3,260,235,907 for outsourcing and insourcing respectively. The feasibility assessment of investment equipment BGA using the method shows that the pay back period is 1 year 1 month 28 days and the Net Present Value (NPV) with a discount rate of 11.25% is Rp 1,023,172,457. Sensitivity analysis of the investment with the assumption of price changes in drugs and consumables medical’s material as well as interest rates in the range of 5% - 10% obtains a positive NPV value. Conclusion: Unit cost of BGA inspection in Dr. M. Djamil Padang Hospital are Rp 49,719 and Rp 48,385 for outsourcing and insourcing respectively. The net cash flow of the outsourcing is Rp 5,393,264,059, meanwhile the insourcing is Rp 5,517,514,093. Therefore, there is a difference in the amount of Rp 124,250,034, so that the BGA investment is feasible to do.

Kata Kunci : Outsourcing,Insourcing,Activity based costing,Cost benefit analysis,