Laporkan Masalah

Optimasi pemanfaatan lahan agroforestry dalam peningkatan pendapatan rumah tangga petani :: Studi kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

JARIYAH, Nur Ainun, Prof. Dr. Ir. Wahyu Andayani, M.S

2009 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan lahan pertanian meningkat sehingga kebutuhan panganpun akan meningkat. Hal ini memerlukan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Agroforestry adalah salah satu system pengelolaan lahan yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk menjawab pola tanam yang optimal maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alokasi pemanfaatan lahan yang optimal dengan pola agroforestry. Diharapkan dengan penelitian ini akan memberikan hasil yang dapat membantu semua pihak yang membutuhkan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh di instansi- instansi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan, BPS, BPP dan Desa. Jangka waktu analisis adalah 25 tahun diambil dari tanaman kayu (jati) yang mempunyai daur terpanjang. Harga yang digunakan dalam analisis adalah harga pada saat penelitian. Sehingga dalam analisis selanjutnya nilai pendapatan, biaya, modal dikembalikan ke nilai sekarang dengan di discounting dengan menggunakan rate 9,3%/tahun. Analisis dilakukan dengan menggunakan excel program solver. Hasil dari penelitian ini adalah 1. Pendapatan pola agroforestry strata 1 pada pola pertama yaitu tanaman kayu-kayuan (sengon, mindi, suren dan mahoni) + tanaman semusim (jagung, ketela pohon, ketela rambat, cabe dan empon-empon (jahe)) + rumput akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 9.623.567/ha/daur atau Rp. 1.003.654,34/ha/tahun apabila lahan ditanami sengon dengan luas 0,12 ha (52%) dan ditanami cabe seluas 0,11 ha (48%). 2. Pendapatan pola agroforestry strata 1 pada pola kedua yaitu tanaman kayukayuan (sengon, mindi, suren, mahoni dan jati) + tanaman perkebunan (pete, durian, alpukat, pisang dan kopi) + tanaman semusim (jagung, ketela pohon, ketela rambat, cabe dan empon-empon (jahe)) + rumput akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 9.007.717,00/ha/daur atau Rp. 939.426,54/ha/tahun apabila lahan ditanami tanaman sengon seluas 0,115 hektar (50%) dan ditanami rumput seluas 0,115 (50%). 3. Pendapatan pola agroforesty pada strata 2 dengan pola tanaman kayukayuan (sengon, mindi, suren dan mahoni) + tanaman perkebunan (pete, durian, alpukat, pisang dan kopi) + tanaman semusim (jagung, ketela pohon, ketela rambat, cabe dan empon-empon (jahe)) + rumput akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 10.291.931,00/ha/daur atau Rp. 1.073.358,89/ha/tahun apabila lahan ditanami tanaman sengon seluas 0,24 hektar (50%) dan rumput seluas 0,24 hektar (50%). 4. Faktor pembatas yang paling menjadi kendala adalah kendala lahan, sedangkan faktor lainnya yaitu modal, tenaga kerja, bibit dan pupuk belum digunakan secara optimal oleh petani.

The increasing population cause more demands on agricultural areas due to the increase consumption of food. Agroforestry is one of the systems of farm ing management which was able to overcome the problem. This research is aimed at knowing the allocation of the agroforestry patterns to optimize farming. This research was conducted in Gladagsari, a village, in the District of Ampel, Boyolali Regency, Central Java, Indonesia. The primary data was obtained from the interviews with the respondents. The secondary data was obtained in the institution such as The Bureau of Agriculture, Forestry and Plantation, BPS, BPP and sub district areas. The duration of the analyses was 25 years based on the longest cycle of the wood crop (teak). The price used in the analysis was the price accepted at the time of the research. Consequently in the next analysis incorporated the present value using 9,3%/year discounting rate. The research showed that (1) the revenue of strata 1 agroforestry patterns in the first class that included hard wood trees+ annual crop + grass will give the revenues Rp. 9.623.567/ha/ cycle or Rp. 1.003.654,34/ha/year if the farm cultivated was Paraserianthes falcataria was 0,12 ha (52%) and cultivated chili was 0,11 ha (48%), (2) the revenue of strata 1 agroforestry patterns in the second class that included hard wood trees + plantation crop + annual crop + grass will give the revenues Rp. 9.007.717,00/ha/cycle or Rp. 939.426,54/ha/year if the farm cultivated was Paraserianthes falcataria was 0,115 hectare (50%) and cultivated grass was 0,115 (50%), (3) the revenue of strata 2 agroforestry patterns that included hard wood trees + plantation crop + annual crop + grass will give the revenues Rp. 10.291.931,00/ha/cycle or Rp. 1.073.358,89/ha/year if the farm cultivated was Paraserianthes falcataria was 0,24 hectare (50%) and cultivated grass was 0,24 hectare (50%), (4) the most constraints for farming management were farming land, while other factors including capital, human resource, fertilizer and seeds were not yet optimal.

Kata Kunci : Optimal,Agroforestry,Peningkatan pendapatan, Optimizing, agroforestry, increasing of revenue


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.