Bentuk visual gajah dalam terakota Majapahit :: Kajian estetik tentang fungsi dan makna
YUSTANA, Prima, Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc
2009 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaPenelitian ini bertujuan untuk mencari apa fungsi dan makna dari perwujudan gajah dalam bentuk terakota Majapahit. Artefak ini merupakan temuan dari para arkeolog di daerah Trowulan, yang diperkirakan sebagai pusat kota kerajaan Majapahit sebab perwujudan dari binatang gajah ini memiliki bermacam bentuk yang menarik untuk diamati. Berbagai temuan yang ada secara khusus akan ditelusuri dan diamati dari sisi seni rupa. Data relief yang terdapat di candi-candi Hindu dan Budha digunakan untuk menambah keakuratan dalam proses analisis. Data tersebut digunakan sebagai acuan memahami latar belakang kenapa binatang ini muncul dalam kesenian di Indonesia, secara khusus kenapa di Trowulan juga ada perwujudan binatang ini dalam bentuk terakota. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pendekatan multidisiplin dengan harapan agar dapat memberikan jawaban yang tepat atas semua permasalahan dalam penelitian. Perwujudan gajah dalam terakota dipandang memiliki banyak fungsi dan memiliki makna simbolis dalam keagamaan. Terakota sudah dikenal sebagai karya cipta manusia yang sudah tua, penggunaan terakota di Indonesia mencapai puncak kejayaan pada masa klasik abad 13-15 Masehi, bersamaan dengan jaman keemasaan kerajaan Majapahit. Materi bahasan dalam penelitian banyak menggunakan landasan ilmu estetika dan ikonografi, sebab artefak yang ada mempunyai struktur bentuk seni rupa yang berhubungan dengan keindahan dan estetika. Artefak terakota yang dibahas banyak berwujud patung dan benda-benda lain, sehingga ilmu ikonografi sangat mendukung untuk mencari makna apa dibalik perwujudan binatang gajah ini. Gajah dalam perwujudannya diwujudkan secara realis dan deformatif, kedua perwujudan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kepercayaan dari masyarakat Trowulan pada masa Majapahit, yang banyak memeluk agama Hindu dan Budha. Gajah dipandang sebagai simbol kekuatan, kejantanan dan kebijaksanaan di samping itu, gajah merupakan kendaraan Dewa Indra yang bernama Airavata. Gajah juga merupakan simbol dalam cerita kelahiran Budha (JÄtaka). Gajah dipandang sebagai Dewa dengan sebutan Shri-gaja. Gajah dipandang sebagai simbol status sosial dan kesuburan oleh masyarakat Trowulan, sebab gajah merupakan peliharaan dan kendaraan seorang raja dan di gunakan untuk kepentingan perang sehingga orang-orang kaya saja yang bisa memiliki binatang ini.
The research aims to find out the function and the meaning of elephant’s manifestation in the shape of Majapahit’s terracotta. The artifact is an discovery of archeologists’ in Trowulan which is estimated as a city center of Majapahit Kingdom. The research is conducted because many manifestations of the elephant are interested to be observed. Many findings, so far, will be searched and observed especially from art. To increase the accuracy in the analysis process, data searching is conducted to the relief on Hindu and Buddha temples, so, hopefully, it can be understood the background why the animal appears in the Indonesian art and, especially, why there is also the manifestation of the animal in the shape of terracotta in Trowulan. The research is a qualitative research with multidisciplinary approaches. The method, hopefully, can give exact answers of the problems appear in the research. Elephant manifestation in terracotta is considered to have many functions and symbolical meanings in religion. Terracotta has been known as an ancient human creation. The using of terracotta in Indonesia achieved its triumph in the classic period which was 13-15 century A.D., along with the golden age of Majapahit Kingdom. The materials in the research use the basic of aesthetics and iconography sciences because the artifact has art shape structure related to beauty and aesthetics. To find out the functions and the meanings in the relation religious activities, the discussions are focused in terracotta artifact manifested in statue and other things so iconographic science very supports to find out what meaning exist in the elephant manifestation. Elephant, in its shape, is manifested realistic and deformatif. Both manifestations have the background of the belief from Trowulan society in Majapahit period, which had Hindu and Buddha in their religion. In the period, elephant was considered to have symbol of strength, virility and wisdom. Besides that, elephant was also the vehicle of God Indra, named Airavata. Elephant is also the symbol of Budha’s birth story (JÄtaka). Elephant was also considered as God, called Shri-gaja. The last, elephant was also considered as a symbol of social status and fertility because elephant was a king’s pet and was used for war, so only the rich persons were able to have the animal.
Kata Kunci : Gajah,Terakota Majapahit,Fungsi,Makna,Elephant, Majapahit’s terracotta, function and meaning