Analisis perubahan posisi decoupling point (postponement) terhadap delivery time pada sebuah perusahaan manufaktur

SIDARTO, Dr. M. Arif Wibisono, ST., MT

2009 | Tesis | S2 Teknik Mesin

Delivery Time merupakan salah satu faktor untuk menentukan lead time bagi para pelanggan. Cepat dan tidaknya delivery time tergantung dari sistem produksi yang diterapkan perusahaan. Perusahaan yang menerapkan sistem produksi make-to-stock delivery time akan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan sistem produksi assembly-to-order. Perusahaan yang menerapkan sistem produksi assembly-to-order, delivery time akan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan sistem produksi make-to-order. Menentukan delivery time sebenarnya tidaklah mudah karena akan melibatkan berbagai pihak di dalam maupun di luar perusahaan, ditambah lagi dengan berbagai ketidakpastian di sepanjang delivery time itu sendiri. Ketidakpastian yang pertama biasanya muncul dari pihak customer berupa pesanan, ketidakpastian yang kedua biasanya muncul dari pihak supplier berupa pengiriman bahan baku, harga bahan baku, dan kualitas bahan baku, dan ketidakpastian yang ketiga berasal dari intern perusahaan itu sendiri misalnya kinerja mesin yang kurang sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, waktu proses, dll. Penelitian yang diusulkan merupakan studi kasus proses produksi castor dan panel di PT. Mega Andalan Kalasan, yang saat ini menerapkan sistem produksi make-to-order Mengingat permintaan setiap periode selalu berfluktuasi, maka kalau terjadi permintaan yang jumlahnya banyak akan timbul masalah mengenai lead time pengiriman.Untuk menanggulangi permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini diusulkan supaya merubah sistem produksi make-to-order menjadi assembly-to-order dengan menggeser posisi decoupling point ke sisi hilir. Model analisa data yang diusulkan adalah Performance-Of-Activity. Variabel yang diukur dalam performance-of-activity meliputi ongkos aktivitas, waktu pengiriman, kapasitas, dan utilisasi. Hasil analisa data dalam satu tahun, ongkos aktivitas dengan menggunakan sistem produksi make-to-order sebesar Rp.942.214.985,- dan ongkos aktivitas dengan menggunakan sistem produksi assembly-to-order sebesar Rp.941.320.795,- ada penurunan sebesar 0,95 %. Waktu pengiriman dengan menggunakan sistem produksi assembly-to-order setiap bulannya rata-rata lebih cepat dibandingkan menggunakan sistem produksi make-to-order. Kapasitas mesin setiap bulannya rata-rata terpenuhi kecuali mesin jenis 530-T. Utilisasi setiap bulannya rata-rata masih dibawah 100 % kecuali untuk mesin jenis 530-T baik menggunakan sistem produksi assembly-to-order maupun menggunakan sistem produksi make-to-order utilisasi berada diatas 100 %.

Delivery time is one of factor to determine the lead time for the customers. How soon the delivery time is depended on the production system which is applied by the company. The company which applies make-to-stock production system will have faster delivery time than the company which applies assembly-to-order production system, and the company which applies assembly-to-order production system will have faster delivery time than the company which applies make-to-order production system. Actually determine the delivery time is not easy because it will involve many parts in or out of the company, moreover there are many uncertainties concerning with the delivery time itself. The first uncertainty comes from the customer that is an order; the second uncertainty come from the supplier those are the sending of materials, the price of materials, the quality of materials, and the third uncertainty come from the inside of the company itself, such as the working of machine which is not perfect, the worker absence, the process time, etc. The research proposed is a case study of production process of castor and panel in PT. Mega Andalan Kalasan, which nowadays applies make-to-order production system. As the order in every period is always fluctuative, so if there is a very big demand, a lead time sending will emerge. To overcome this problem in this research, it is proposed to change the make-to-order production system to become assembly-to-order one by shifting the decoupling point position to the downstream side. The data analysis model proposed is performance of activity. The measured variable in performance of activity covers activity cost, sending time, capacity, and utilization. The data analysis result in a year, activity cost by using make-to-order production system is Rp. 942.214.985,- and activity cost by using assembly-to-order production system is Rp. 941.320.795,- so there is a decrease of 0,95 %. The sending time by using assembly-to-order production system is faster than by using make-to-order production system in every month. The machine capacity is reach in every month except the 530-T machine and the monthly utilization is less than 100 % on an average except for 530-T machine, both of using assembly-to-order production and make-to-order move than 100 %.

Kata Kunci : Delivery time,Postponement,Decoupling pont