Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan Desa Penglipuran sebagai destinasi wisata berbasis pedesaan
PELAPORY, Lientje Martina, Dr. Ir. Budi Prayitno, M.Eng
2009 | Tesis | S2 Magister Arsitektur dan Perencanaan PariwisataDesa wisata diharapkan menjadi alternatif wisata sesuai dengan tren yang berkembang akir – akhir ini, dimana orientasi pilihan konvensional Mass Tourism bergeser kearah alternative tourism. Village tourism ini didasarkan pada konsep pemilihan akomodasi lokal pedesaaan yang berskala kecil sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat setempat (Smith, 1992). Dengan adanya desa wisata, diharapakan akan menjadi pemerataan yang sesuai dengan konsep pembangunan berkesinambungan. Diharapakan desa wisata ini bernuansa nilai-nilai seta pandangan hidup pedesaan dari desa yang bersangkutan , sehingga dapat mengembangkan pariwisata berdampingan dengan kebudayaan tanpa merusak kebudayaan. Desa adat Penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional, sehingga mampu menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dari struktur desa tersebut tidak terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Sehingga dengan demikian desa adat Penglipuran merupakan obyek wisata budaya. Keunggulan dari desa adat Penglipuran ini terletak pada struktur fisik desa yang serupa seragam dari ujung utama desa sampai ke bagian hilir desa. Tofografi desa tersusun sedemikian rupa dimana pada daerah utama desa kedudukannya lebih tinggi demikian seterusnya menurun sampai daerah hilir. Pada daerah desa terdapat Pura penataran dan Pura Puseh yang merupakan daerah utama desa yang unik dan spesifik karena di sepanjang jalan koridor desa hanya digunakan untuk pejalan kaki, yang kanan kirinya dilengkapi dengan atribut-atribut struktur desa; seperti tembok penyengker,angkul-angkul dan telajakan yang seragam. Keseragaman dari wajah desa tersebut disamping karena adanya keseragaman bentuk juga dari keseragaman bahan yaitu bahan tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul (pol-polan) dan atap dari bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap, dinding maupun lain-lain kebutuhan merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu dan masih merupakan teritorial desa Penglipuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Desa Penglipuran sebagai destinasi wisata berbasis pedesaan antara lain : Aspek keunikan daya tarik, Jejaring kegiatan dengan Obyek Wisata lainya di Kabupaten Bangli pada khususnya dan Bali pada umumnya, Motivasi dan Preferensi Terhadap Atraksi/kegiatan dan Dukungan kebijakan pemerintah
Village tourism is provided to be an alternative tourism due to the latest trend, where the orientation of conventional mass tourism is shifting to the tourism alternatives. Village tourism is based on the choices of local village accomodation in small scale as the inseparation aspect of the local community (Smith, 1992). With the development of tourism village, it is provided that there will be an equality appropriate with sustainable development concept. It is provided that this village tourism will have norms and local view of life, so is they will develop tourism border on with the culture, without destroy the culture. Traditional Panglipuran Village is an village region having specific rules of the traditional village structure, so it can performs the pure of traditional village. Specific structures of this traditional village is interrelated with local culture that is lasting from the generation to generation. So that, Traditional Panglipuran Village is a cultural tourism object. The main attraction of Traditional Panglipuran Village is in the structure of the village that is uniform from the periphery to the downstream of the village. The village tophography is arranging so well, so that the primary function of village is located higher than the another lower function, that is arranged to the downstream of the village. There are the Pura Penataran dan Pura Paseh in this village, as the most specific and unique part of the village, because the village coridor is functioned for the pedestrian only, where along the corridor is equipped with atribute village structure, such as the village wall (penyengker), angkul-angkul, and the uniform climb. The uniform of village is not only from the uniform shapes, but also from the uniform materials, such as soil materials for the penyengker wall, and angkul-angkul (pol-polan), and the apart bamboo for the roof that is uniform in all village region. The used of bamboo to the roof, wall, and another needs of the house in Panglipuran Village is a must, because Panglipuran is surrounding by bamboo jungle in the territory of Panglipuran Village. Factors that is influencing Panglipuran Village as the tourism destination based on village are: atttraction aspects, link activity with another tourism objects in Bangli Regency for specific and Bali Province as general, the motivation and preferency to the atrraction/ activity, and the support of government policies.
Kata Kunci : Desa wisata,Penglipuran,Pedesaan,Village Tourism,Panglipuran,Villages