Perbandingan uji mukus serviks pada induksi ovulasi dengan klomifen sitrat dan aromatase inhibitor (letrozole) di RS. Dr. Sardjito Yogyakarta
SETIAWATY, Dini, dr. H. Zain Alkaff, SpOG(K)
2009 | Tesis | S2 PPDS 1-Obstetri dan GinekologiLatar belakang: Pengobatan yang paling sering digunakan sebagai penanganan infertilitas adalah dengan melakukan induksi ovulasi. Selama lebih dari empat dekade ini, klomifen sitrat paling sering digunakan untuk penanganan gangguan ovulasi. Klomifen sitrat mudah digunakan dan memberikan keberhasilan ovulasi yang cukup tinggi (60%-85%), tetapi angka kehamilan yang dihasilkan kurang memuaskan (10%-20%). Salah satu penyebab rendahnya angka kehamilan adalah efek antiestrogenik perifer pada klomifen sitrat. Efek ini tidak didapatkan pada aromatase inhibitor. Tujuan penelitian: Membandingkan efek antiestrogenik perifer pada mukus serviks dengan cara membandingkan skor uji mukus serviks pada induksi ovulasi dengan klomifen sitrat dan aromatase inhibitor. Rancangan penelitian: Non randomized trial. Subyek dan cara penelitian: Penelitian ini dilakukan di bagian Permata Hati dan IKR (Instalansi Kesehatan Reproduksi) RS dr. Sardjito, Yogyakarta. Populasi penelitian adalah 60 pasien infertil yang dilakukan induksi ovulasi dengan klomifen sitrat atau aromatase inhibitor dalam kurun waktu 1 tahun. Penilaian skor mukus serviks dilakukan pada hari ke 12 siklus menstruasi. Analisis skor mukus serviks terdiri dari volume, konsistensi, membenang, mendaun pakis, jumlah sel dan pembukaan serviks. Skor uji mukus serviks dikatakan tinggi/baik bila memiliki nilai > 13 dan rendah/tidak baik bila < 13. Hasil penelitian: Rata-rata skor mukus serviks pada aromatase inhibitor lebih tinggi dibandingkan klomifen sitrat (13,07+2,68 vs 10,20+2,01) dengan (p<0,001). Uji mukus serviks pada aromatase inhibitor memberikan hasil yang lebih tinggi/baik 4,5 kali dibandingkan klomifen sitrat (p<0,001). Kesimpulan: Skor uji mukus serviks pada pemberian aromatase inhibitor lebih tinggi daripada klomifen sitrat.
Backgroud: The first choice of treatment for infertility is ovulation induction. Clomiphene citrate has been widely used in the treatment of infertility for the last 40 years. The use of clomiphene citrate has several drawbacks, including low pregnancy rate (10%-20%) despite a high ovulatory rate (60%-85%). One of the cause of low pregnancy rate is antiestrogen effects of clomiphene citrate. Aromatase inhibitor does not have these effects. Objective: To evaluate antiestrogen effects on cervical mucus score with clomiphene citrate compared with aromatase inhibitor. Study design: Non randomized trial. Material and method: This study was performed at Permata Hati and IKR (Instalansi Kesehatan Reproduksi), Sardjito Hospital, Yogyakarta. The subjects are 60 infertile patients who were managed with ovulation induction (clomiphene citrate or aromatase inhibitor) during 1 year. Cervical mucus score performed at day 12 menstrual cycle. Cervical mucus score included volume, consistency, ferning, spinnbarkeit, mucus cellularity dan cervical os. High/good if the score > 13 and low/bad if the score < 13. Result: Cervical mucus score was higher in aromatase inhibitor treated cases (13,07+2,68) as compared to clomiphene treated cases (10,20+2,01) (p<0.001). Cervical mucus score in aromatase inhibitor 4,5 better than clomiphene citrate (p<0,001). Conclution: Cervical mucus score in aromatase inhibitor higher than clomiphene citrate.
Kata Kunci : Skor mukus serviks,Aromatase inhibitor,Klomifen sitrat,cervical mucus score,aromatase inhibitor,clomiphene citrate