Laporkan Masalah

Faktor lingkungan, higiene perorangan, perilaku penyemprot dan tingkat keracunan pestisida petani jeruk di Kabupaten Timor Tengah Selatan

SUWASTIKA, I Nyoman, Prof. Dr. dr. Soebijanto

2009 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Kerja

Latar Belakang: Dalam bidang pertanian dan perkebunan penggunaan pestisida menunjukkan kemampuan dalam menanggulangi atau merosotnya hasil pertanian akibat serangan hama. Penggunaan pestisida harus bijaksana, karena selain memberi manfaat juga menimbulkan bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Hasil pemeriksaan kolinesterase darah di Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan tingkat keracunan tahun 1994 21,3%, Tahun 1997 75,32%, Tahun 2006 66,67%. Hal ini menunjukkan selalu terjadi keracunan pada petani pengguna pestisida. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan faktor lingkungan, higiene perorangan, perilaku penyemprot dan tingkat keracunan pestisida petani jeruk di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Metode Penelitian: Merupakan penelitian survei karena sampel yang diambil dari populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Metode kuantitatif untuk mengetahui hubungan antar variabel. Rancangan penelitian Studi Cross Sectional. Subyek penelitian adalah petani/buruh tani yang menggunakan pestisida untuk menyemprot tanaman jeruk di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 120 orang dipilih secara proportionate stratified randon sampling. Data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner meliputi variabel terikat yaitu tingkat keracunan pestisida diukur melalui pemeriksaan kolinesterase darah. Variabel bebas adalah faktor lingkungan (jumlah pohon jeruk, lama penyemprotan dan waktu menyemprot terakhir) higiene perorangan (mencuci tangan, mengganti pakaian, mandi dan merokok setelah penyemprotan) dan perilaku penyemprot (arah penyemprotan dan alat pelindung diri) serta wawancara mendalam terhadap 8 orang pengelola program yang terkait dengan pengelolaan pestisida. Analisis statistik menggunakan chi square dilanjutkan logistic regression dengan program komputer pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05). Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil pemeriksaan kolinesterase darah dari 120 orang subyek penelitian, keracunan ringan 19,17%, keracunan sedang 10% atau yang mengalami keracunan sebanyak 35 orang (29,17%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan, ada beberapa faktor yang berhubungan secara bermakna yaitu jumlah pohon jeruk, lama penyemprotan, mencuci tangan, arah penyemprotan dan alat pelindung diri. Hasil uji logistic regression menunjukkan faktor yang bermakna adalah alat pelindung diri dan lama penyemprotan. Kesimpulan: Tingkat keracunan pestisida pada petani jeruk di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 19,17% keracunan ringan, 10% keracunan sedang atau 29,17% mengalami keracunan dan ada 5 faktor risiko yang berhubungan secara bermakna terhadap tingkat keracunan yaitu jumlah pohon, lama penyemprotan, mencuci tangan, arah penyemprotan dan penggunaan alat pelindung diri. Sebagai saran untuk mengurang tingkat keracunan pengguna pestisida adalah membentuk komisi pengawasan pestisida di tingkat kabupaten. Bagi instansi terkait (dinas kesehatan dan pertanian) melakukan pelatihan, penyuluhan, pengawasan, dan pembinaan pengelolaan pestisida petani jeruk serta pemeriksaan kolinesterase darah secara berkala.

Background: In agriculture and plantation the use of pesticide can overcome the problem of poor harvest caused by pest attack. Pesticide has to be used wisely because beside its advantages it can also bring danger to the environment and health. As what happens to the orange farmers at District of Timor Tengah Selatan. The result of blood cholinesterase examination carried out at District of Timor Tengah Selatan showed that pesticide poisoning was 21.3% in 1994; 75.32% in 1997 and 66.67% in 2006. This indicates that poisoning always happens to pesticide users that requires further action. Objective: To identify and analyze the association between environmental factors, individual hygiene, behavior of pesticide sprayers and the prevalence of pesticide poisoning among orange farmers at District of Timor Tengah Selatan. Method: This was a survey because the samples taken from the population used questionnaire as the main research instrument for data collection. This survey used a cross sectional design, quantitative method to identify association among variables. Subject of the study were 120 farmers/peasants that used pesticide to spray orange plants at District of Timor Tengah Selatan and that were taken with proportionate stratified random sampling technique. To find out the type of pesticides used, a survey was conducted at 2 pesticide sellers at District of Timor Tengah Selatan. Quantitative data were obtained through questionnaires that consisted of dependent variable i.e. degree of pesticide poisoning measured from blood cholinesterase examination and independent variables, i.e. environmental factors (number of orange plants, spraying duration and the last spraying), individual hygiene (hand washing, changing clothes, taking a bath and smoking after spraying) and behavioral of sprayers (spraying flow and use of self protection device) and indepth interview with 8 program managers related to pesticide management. Statistical analysis used chi square and logistic regression with computer application program significant level (α = 0,05). Result: The result of blood cholinesterase examination showed that out of 120 subjects, 19,17% minor poisoning, 10% medium poisoning or 35 (29.17%) had poisoning. The result of chi square statistical test showed factors significantly associated with the prevalence of pesticide poisoning were number of orange plants, spraying duration, handwashing, spraying flow and use of self protection device. The result of logistic regression test showed factors significantly associated self protection device and spraying duration. Conclusion: The degree of pesticide poisoning among orange farmers at District of Timor Tengah Selatan was 19,17% minor poisoning, 10% medium poisoning or 29.17% poisoning. There were 5 risk factors significantly associated with poisoning, i.e. number of plants, spraying duration, handwashing, spraying flow and use of self protection device. To minimize the degree of poisoning among pesticide users the local government should establish a commission of pesticide monitoring at district level with the head of the regency as a coordinator and officials of other related offices as members. Institutions such as health office and agricultural office should conduct training, socialization, monitoring and supervision on pesticide management for orange farmers and conduct periodic blood cholinesterase examination.

Kata Kunci : Faktor lingkungan,Higiene perorangan,Perilaku dan keracunan pestisida, environmental factors, individual hygiene, behavior and poisoning pesticide


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.