Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan balita gizi buruk di Kabupaten Luwu Utara
RATNA, dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA
2009 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Pemerintah Kabupaten Luwu Utara berkomitmen akan memanggil langsung bagi camat ataupun kepala puskesmas yang di N wilayahnya ditemukan kasus gizi buruk. Komitmen tersebut telah dilaksanakan dengan menyediakan anggaran dari APBDII untuk membuat program pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk sejak tahun 2006. Program tersebut dikoordinasi oleh oleh Dinas Kesehatan untuk dilaksanakan oleh Puskesmas. Tujuan: Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pemberian makanan tambahan balita gizi buruk di Kabupaten Luwu Utara . Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus dan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif. Subyek penelitian ini adalah Sekda, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Kesga & Gizi, Seksi Gizi dan 2 Kepala Puskesmas serta 2 Petugas gizi Puskesmas. Instrumen penelitian: pedoman wawancara dan catatan lapangan Hasil: Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan balita gizi buruk di Kabupaten Luwu Utara belum terselesaikan hingga tahun 2008. Dukungan Politik yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Utara terhadap kegiatan penanggulangan gizi buruk berupa pemberian dana dan pengawasan. Pemerintah Kabupaten telah mengupayakan untuk meningkatkan anggaran untuk penanggulangan gizi buruk. Dukungan pengawasan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten berorientasi pada hasil sehingga hanya efektif untuk menggerakkan lintas sektoral pada saat terjadi kasus gizi buruk. Peran Dinas Kesehatan bersifat sentralistik karena dalam pengelolaan program gizi, Dinas Kesehatan menyusun perencanaan tanpa melibatkan Puskesmas, mengadakan bahan pemberian makanan tambahan dan mendistribusikan ke Puskesmas dengan melibatkan pihak ketiga. Puskesmas tidak mempunyai otonomi, sehingga Puskesmas hanya menunggu perintah dari Dinas Kesehatan, walaupun Puskesmas berperan sebagai pelaksana penemuan kasus dan membantu pendistribusian bahan pemberian makanan tambahan balita gizi buruk di Kabupaten Luwu Utara. Kesimpulan: Komitmen dalam penyediaan anggaran namun tidak didukung oleh pengorganisasian menyebabkan pelaksanaan pemberian m,akanan tambahan balita gizi buruk di Luwu Utara belum optimal.
Background: Luwu Utara district government are committed to directly ask head of subdistricts or health centers whenever there cases of malnutrition. The commitment has been actualized through the provision of budget from local revenue and expenditure budget (APBD II) for the program of complementary breastfeeding for malnourished underfives since 2006. The program is coordinated by the health office to be carried out by health centers. Objective: To describe the implementation of complementary breastfeeding provision for malnourished underfives at District of Luwu Utara. Method: The study used a case study design and qualitative data collection method. Subject of the study consisted of secretary of the local government, head of health office, head of family welfare and nutrition affairs, nutrition section, head of two health centers and 2 nutrition staff of the health center. Research instruments consisted of interview guide and rate in the field. Result: The implementation of complimentary breastfeeding program for malnourished underfives at District of Luwu Utara had not been completed until 2008. The political support of Luwu Utara district government for malnutrition prevention was actualized in the form of budget provision and control. The local government had tried to increase budget for malnutrition prevention. The control was oriented on the result so that it was only effective for the mobilization across sector when cases of malnutrition emerged. The role of the health office was centralistic because in management of nutrition program the office made planning without involving health centers, procured materials for complementary foods and distributed them to the health centers via third parties. Health centers did not have the autonomy; they only waited for the instruction from the health office although they functional as the operating unit the identification of cases and helped the distribution of complementary foods malnourished underfives at District of Luwu Utara. Conclusion: Commitment in the provision of budget that was not well supported by good organization led to ineffective implementation of complementary breastfeeding provision for malnourished underfives at Luwu Utara.
Kata Kunci : Pelaksanaan program,Pemberian makanan tambahan,Balita gizi buruk, program implementation, complementary breastfeeding, malnourished underfives