Laporkan Masalah

Zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan beserta strategi pencegahannya di Kabupaten Siak, Provinsi Riau

ENDARMIYATI, Dr. Hartono, DEA., DESS

2009 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan

Zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan yang mencakup faktor-faktor lingkungan (abiotik, biotik dan sosial budaya) dan strategi pencegahannya diperlukan untuk mengefektifkan upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan. Penyebab kebakaran hutan dan lahan sebagian besar terjadi karena kegiatan manusia, terutama pembukaan lahan untuk berbagai kepentingan dengan cara pembakaran. Oleh karena itu, faktor sosial budaya dipertimbangkan dalam penyusunan zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Peta zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan ini menunjukkan lokasi-lokasi aktivitas manusia yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Tujuan penelitian ini adalah menyusun peta zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan (abiotik, biotik dan sosial budaya) dan strategi pencegahannya di Kab. Siak. Faktor-faktor lingkungan yang digunakan meliputi: (a) sebaran kondisi lahan gambut; (b) aksesibilitas/buffer jalan dan sungai; (c) kepadatan hot spot; (d) sebaran tutupan lahan;(e) status lahan; dan (f) kondisi sosial budaya. Secara garis besar metode yang digunakan adalah skoring dan pembobotan faktor-faktor tersebut dan mengoverlaykannya menggunakan SIG. Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Data faktor abiotik dan biotik yang berpengaruh terhadap kerawanan kebakaran hutan dan lahan dapat disajikan pada peta skala 1:250.000 melalui berbagai sumber yaitu data penginderaan jauh, data sekunder dan lapangan dengan kondisi yang memadai; (2) Faktor sosial budaya yang berpengaruh terhadap kerawanan kebakaran hutan dan lahan dapat dipetakan; (3) Zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan dapat dibuat dengan menggunakan analisa spasial SIG; (4) Strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat diturunkan dari zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Hasil pemetaan kondisi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kerawanan kebakaran hutan dan lahan di Kab. Siak adalah sebagai berikut: (a) kondisi lahan berupa lahan gambut tidak tergenang permanen dan dimanfaatkan (51%), lahan non gambut (44,3%); (b) tutupan lahan didominasi oleh perkebunan 31,4 %, hutan tanaman (24,3 %), hutan rawa sekunder (17,8 %); (c) status lahan didominasi oleh areal penggunaan lain (42,5%), hutan produksi terbatas (26,2 %) dan hutan produksi (22,2%); (d) sebagian besar aksesibilitas < 2 km (63,7 %);(e) kepadatan hot spot sedang hingga sangat tinggi (57,6 %); Hasil pemetaan kondisi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kerawanan kebakaran hutan dan lahan tersebut menunjukan bahwa hipotesis no.1 dapat dibuktikan. (e) Kondisi sosial budaya yang berupa pola adanya penggunaan api dan konflik sosial dalam pengelolaan lahan (48,9%), pola adanya penggunaan api, konflik sosial dalam pengelolaan lahan, partisipasi masyarakat dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan (39,2%). Hasil pemetaan kondisi sosial budaya ini merupakan pembuktian hipotesis 2. Hipotesis 3 telah dibuktikan dengan dapat dipetakannya penyusunan zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Hasil penyusunan zonasi kerawanan kebakaran hutan dan lahan adalah sebagai berikut zona kerawanan rendah luasnya 35.813Ha (4,4%), zona kerawanan sedang seluas 326.566 Ha (40 %), zona kerawanan tinggi seluas 418.934 Ha (51,3 %) dan zona kerawanan sangat tinggi memiliki luas 35.238 Ha (4,3 %). Kecamatan Sei Apit, Kandis dan Siak adalah kecamatan yang arealnya sebagian besar termasuk kerawanan sangat tinggi dan tinggi. Zona kerawanan sedang tersebar di semua kecamatan Kab. Siak. Zona kerawanan rendah sebagian besar terdapat di Kecamatan Sungai Mandau dan Siak. Hipotesis 4 telah dibuktikan dengan dapat diformulasikannya strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan dan dapat disajikan sebagai peta strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Secara keseluruhan kelompok strategi pencegahan yang dominan di daerah penelitian adalah STR 4 (21,9 %), STR 14 (16,7%) dan STR 11 (16,0 %). Usulan kelompok strategi pencegahan yang dominan di setiap zona adalah sebagai berikut : (a) zona kerawanan rendah adalah STR 15; (b) zona kerawanan sedang adalah STR 4 dan STR 10; (c) Zona kerawanan tinggi adalah STR 14, STR 11 dan STR 5; (d) Zona kerawanan sangat tinggi adalah STR 9 dan STR 3.

The forest and land fire hazard zonation that encompassed several environmental factors (abiotic, biotic and culture) as well as the corresponding prevention strategies was used to make forest and land fire management more effective. The causing factor of forest and land fire hazard was mainly because of human activity, especially land clearing activity that used burning method. Therefore the cultural factor had been considered in the development of the forest and land fire hazard zonation. The forest and land fire hazard zonation map showed the locations that human activity could increase the probability of forest and land fire occurence. By spatially considering the areas that more vulnarable than the others, so all efforst and funds in order to prevent the forest and land fire can be more concentrated to those areas. The main objective of this research was to develop the forest and land fire hazard zonation map by considering several environmental factors (abiotic, biotic and culture) as well as the corresponding measures in Siak Regency. Those of environmental factors are: (a) peatland distribution; (b) acessibility; (c) hot spot density; (d) land cover; (e) land status and (f) sosio-culture. The method that had been used in order to combine those of factors was by using scoring and weighing method as well as map overlying by using GIS. Several hypotheses that can be proposed in this research are: (1) The abiotic and biotic factors influencing the vulnerability of forest and land fire can be well presented in the form of 1:250,000 scale maps through available remote sensing images, secondary data and field data; (2) the socio cultural condition influencing influencing the vulnerability of forest and land fire can be presented spatially; (3)The zonation process of forest and land fire can be conducted through spatial analysis by using GIS; (4)The prevention strategy of forest and land fire can be derived from the result of forest and land fire zonation. The identification results of the environmental factors that influenced forest and land fire in Siak Regency are as following: (a) the peatland condition mosly was not inundated permanently and occupied ( 51% ) and non peatland (44,3%); (b) the land cover was dominated by estate crops (31,4%), forest plantation (24,3%) and secondary swamp forest (17,8%); (c) The land status was dominated by public area (42,5%), limited production forest (26,2%) and production forest (22,2%); (d) accessibility mostly was the buffer area of road and river that ware less than 2 km (63,7%) and the buffer area in betwen 2 – 5 km (21,4%); (e) the hot spot density mosly was moderate up to very high density (57,6 %); The mapping result of the environmental factors influencing forest and land fire showed that the hypotheis no. 1 can be proved. (f) the socio-culture conditions that there was existing burning and social conflict pattern was 48,9% otherwise the burning and social conflict pattern with community participation on fire management was 39,2%. The socio cultural mapping showed that the hypotheis no. 2 can be proved. The hypothesis no.3 had been proved by mapping of forest and land fire hazard zonation. The forest and land fire hazard zonation result were as following: the low hazard zone was 35.813Ha (4,4%),moderate hazard zone was 326.566 Ha (40 %), high hazard zone was 418.934 Ha (51,3 %) and very high hazard zone was 35.238 Ha (4,3 %). Sei Apit, Kandis and Siak were sub regencies that was covered by high and very high hazard zone. The moderate hazard zone was distributed evently for almost all sub regencies. The low hazard was mosty in Sungai Mandau and Siak sub regency. The hypothesis no.4 had been proved by formulating the prevention strategy of forest and land fire. In general, the prevention strategies were dominated by group of strategy STR 4, STR 14 and STR 11 that covered 21,9%, 16,7% and 16% respectively. The recommended strategy for each hazard zone were as following: low hazard zone was STR 15, moderate hazard zone was STR 4 and STR 10, high hazard zone was STR 14, STR 11 and STR 5 and very high hazard zone was STR 9 and STR 3.

Kata Kunci : Zonasi kerawanan,Faktor sosial budaya,Strategi pencegahan, forest and land fire hazard zone, socio-culture factor, prevention strategy


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.