Rinitis alergi sebagai salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik

NURCAHYO H., Vicky Eko, dr. Kartono Sudarman, SpTHT-KL(K)

2009 | Tesis | S2 MS PPDS-Ilmu Penyakit Telinga Tenggorok Kepala

Latar Belakang: Rinosinusitis maksilaris kronik adalah peradangan mukosa sinus maksilaris yang telah menimbulkan perubahan histologik berupa fibrosis dan metaplasi squamosa dan keluhannya menetap lebih dari 12 minggu. Faktor-faktor risiko yang diduga berperan timbulnya kronisitas penyakit tersebut dapat berupa alergi, infeksi, variasi anatomi, tumor dan iritasi kronik. Salah satu pemeriksaan tambahan yang menjadi baku emas adalah CT Scan sinus paranasal, karena dapat menilai variasi atau kelainan anatomi dan mampu menggambarkan struktur anatomi, kondisi kompleks osteomeatal dan visualisasi ada tidaknya jaringan patologis dan cairan di sinus. Etiologi rinosinusitis lebih dari 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan pada mukosa sinus. Rinitis alergi berperan dalam patogenesis rinosinusitis maksilaris kronik melalui edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menyebabkan penyempitan muara sinus dan stasis sekret. Prevalensi rinitis alergi di Indonesia bervariasi antara 1,5-12,3% dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penegakan diagnosis rinitis alergi menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan skin prick test. Tujuan: Mengetahui peran rinitis alergi sebagai salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik. Metode: Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol. Persangkaan rinosinusitis kronik sesuai kriteria Task Force dan waktu lama keluhan, yang datang berobat ke poliklinik THT RSUP Dr. Sardjito. Setiap kasus persangkaan rinosinusitis kronik dilakukan pemeriksaan CT Scan sinus paranasal dan penilaiannya berdasarkan kriteria Lund McKay untuk mengetahui ada tidaknya rinosinusitis maksilaris, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 (kasus) dengan gambaran CT Scan menunjukkan rinosinusitis maksilaris(+) dan kelompok 2(kontrol) dengan gambaran CT Scan menunjukkan rinosinusitis maksilaris (-). Masing-masing kelompok dilakukan skin prick test dan dianalisis. Jumlah sampel yang dibutuhkan minimal adalah 38 untuk masing-masing kelompok. Analisis statistik yang digunakan adalah Chi square dan regresi logistik. Chi square (Analisis univariat, rinitis alergi sebagai faktor risiko untuk mendapatkan: Odds Ratio (OR), CI 95% dengan tingkat signifikasi 5%). Apabila nilai ekspektasinya dalam satu sel kurang dari 5 akan digunakan Fischer exact test. Regresi logistik (analisis multivariat) untuk melihat peran masing-masing variabel bebas selain rinitis alergi terhadap kejadian rinosinusitis maksilaris kronik. Hasil: Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko rinosinusitis maksilaris kronik. Dengan analisis statistik Chi square didapatkan angka Odds Ratio(OR) sebesar 3,95. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penderita rinitis alergi mempunyai risiko rinosinusitis maksilaris kronik sebesar 3,95 kali dibandingkan yang tidak menderita rinitis alergi. (CI 95% 1,55-10,11; p= 0,003).

Background: Chronic maxillary rhinosinusitis is an inflammation in the maxillary sinus mucous which causes histological transformations such as fibrosis and squamous metaplasia with persistent complaints for more than 12 weeks. Risk factors associated with the development of the chronic aspect of this illness are allergies, infections, anatomical variations, tumor, and chronic irritation. A gold standard complementary examination is the paranasal sinus CT scan because it can assess the anatomical variations or anomalies, the condition of the osteomeatal complex and can visualize the presence of pathologic tissue or liquids in the sinuses. The etiology of rhinosinusitis is caused 75% caused by allergies and imbalance in the autonomic nervous system which causes changes in the sinus mucosa. Allergic rhinitis is involved in the pathogenesis of chronic maxillary rhinosinusitis through mucosal edema and hypersecretion which causes a narrowing in the sinuses osteum and secretion to be static. The prevalence of rhinitis allergy in Indonesia varies from 1.5 – 12.3% which increases every year. The diagnosis of allergic rhinitis is done through history taking, physical examination and skin prick test. Objective: To assess the role of allergic rhinosinusitis as a risk factor in chronic maxillary rhinosinusitis. Method: The study design implemented is a case control study. Patients suspected with chronic rhinosinusitis based on the Task Force criteria and duration of the complaints at the polyclinic of the Department of Otolaryngology Sardjito Hospital was enrolled in this study. A paranasal sinus CT scan was done for every case suspected of chronic rhinosinusitis and the assessment was based on the Lund McKay criteria to evaluate the presence of maxillary rhinosinusitis which are then divided into two groups. Group one (case) CT scans with positive results for maxillary rhinosinusits and group two CT scans with negative results for maxillary rhinosinusitis. A skin prick test was done for each group and then analyzed. The minimal amount of sample for each group is 38 patients. Statistical analysis was performed with Chi square and logistic regression. Chi square (univariant analysis, allergic rhinitis as a risk factor for the results: Odds Ratio (OR), CI 95% with the significance rate of 5%). A Fischer test is done if the result of expectance scores in one cell is less than 5. Logistic regression (multivariant analysis) is done to assess the role in each variable other than allergic rhinitis towards the cause of chronic maxillary rhinosinusitis. Results: Allergic rhinitis is a risk factor for chronic maxillary rhinosinusitis. With the Chi square statistical analysis showing Odds Ratio (OR) of 3.95. This result shows that patients suffering from allergic rhinitis is at risk to suffer from chronic maxillary rhinosinusitis as much as 3.95 times more than patients not suffering from allergic rhinitis (CI 95% 1.55 – 10.11; p=0.003). Conclusion: Allergic rhinitis plays a role as a risk factor for chronic maxillary rhinosinusitis.

Kata Kunci : Rinosinusitis maksilaris kronik,Rinitis alergi,Faktor risiko,Skin prick test,CT Scan paranasal, chronic maxillary rhinosinusitis, allergic rhinitis, risk factor, skin prick test, paranasal CT scan