Evaluasi penggunaan sefotaksim pada pasien anak rawat inap di salah satu rumah sakit swasta di Semarang selama bulan Oktober-Desember 2005
HADIRAHARDJA, M.C.Nanny Setiawati, Dra. Zullies Ikawati, Ph.D., Apt
2008 | Tesis | S2 Ilmu FarmasiTelah dilakukan penelitian terhadap penggunaan Sefotaksim pada pasien anak rawat inap di salah satu Rumah Sakit Swasta di Semarang, periode Oktober – Desember 2005. Diketahui bahwa penggunaan sefotaksim di rumah sakit tersebut cukup besar, lebih dari tiga kali pemakaian seftriakson, yang sama-sama antibiotik sefalosporin generasi ke tiga. Padahal penggunaan antibiotik spektrum luas secara tidak terkendali sangat memungkinkan timbulnya masalah yang tidak diinginkan seperti timbulnya efek samping obat maupun potensi terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemakaian sefotaksim meliputi ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis dan ketepatan pasien serta mengetahui efektifitas terapi sefotaksim dan adanya interaksi obat dalam pemakaian sefotaksim. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan penelusuran data bersumber dari catatan rekam medis pasien. Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian. Pertama adalah Sefotaksim paling banyak diberikan pada pasien dengan diagnosa infeksi saluran cerna (24,49%) dan pemakaian terbanyak adalah dengan cara dilanjutkan pemberian antibiotik lain, yaitu sefiksim per oral (24,90%). Kedua adalah ketepatan indikasi sefotaksim ada 33,06%, tidak ada yang tepat obat, ketepatan dosis sefotaksim 18,37% (dari 81 pasien yang tepat indikasi) dan 100% tepat pasien. Ketiga adalah pemakaian sefotaksim paling banyak diberikan selama 3 hari dan terapi sefotaksim efektif pada 90,21% pasien. Keempat adalah interaksi sefotaksim paling banyak dengan antibiotik golongan aminoglikosida, yaitu 66 pasien (26,94%)
Background: A study has been carried out on the use of cefotaxime among paediatric inpatients at one of the private hospitals in Semarang, October – December 2005 period. It is known that the use of cefotaxime at that hospital is so much, 3 times more than the use of ceftriaxone, the same third generation cephalosporins. Meanwhile use of wide spectrum antibiotics may uncontrollably cause unexpected problems such as drug side effects and resistance. Objective : The study aimed to identified use of cefotaxime among paediatric inpatients at one of the private hospitals in Semarang, October – December 2005 period, find out the right indications, right drugs, right doses and right patient, also to know the cefotaxime therapy effectiveness and the drug interactions of cefotaxime Methode: This was a restropective study which used medical records of patients Conclusion: There were four conclusions taken from this study. First, cefotaxime was mostly used by patients with diagnose of gastrointestinal infections (24.49%) and the most cefotaxime was used continued with other antibiotics, cefixime per oral (24.90%). Second, 33.06% of the cefotaxime indication’s was right, none was the right drugs, 18.37% doses of cefotaxime was right (from 81 patients that the indication’s was right) and 100% was right patients. Third, most cefotaxime was given for 3 days and cefotaxime therapy was effective on 90.21% patients. Fourth, the most cefotaxime interaction were given concomitantly with aminoglycoside antibiotics in 66 patients (26.94%)
Kata Kunci : Evaluasi penggunaan sefotaksim,Pasien anak, drug use evaluation, cefotaxime, paediatrics