Laporkan Masalah

Perkuatan lentur balok persegi dengan penambahan tulangan yang dikaitkan dan menggunakan perekat epoxy resin

YOLANDA, Adi, Dr.-Ing.Ir. Andreas Triwiyono

2008 | Tesis | S2 Teknik Sipil

Nowadays strengthening of building are frequently implemented because of changing of the function or natural disaster such as earthquake. Strengthening is one of alternatives to keep the structures in service instead of rebuilding. This research was conducted to study the flexural capacity, stiffness, ductility and failure patterns of strengthened reinforced concrete beams by using additional external bars in tensile and compressive zones. In this research 6 rectangular beams are made, consist of 3 groups : beams without strengthening reinforcement (BK) as a control beam, beams strengthened by 1 tension reinforcement (BP-B1), beams strengthened by 2 compression reinforcement and 3 tension reinforcement (BP-A2B3). Each group consist of 2 beams . All specimens use main and strengthening bars of 11 mm and 13 mm diameter, respectively. The dimension of the beam are similar, it is of 125 mm ´ 250 mm ´ 2500 mm. Beam specimens are placed in a lo ading frame with simply supported and are loaded by two point load. Load interval was taken to be 2 kN until failure. Results of the tests for the beams the flexural capacity of BK, BP -B1, BPA2B3 were 27,71 kNm, 40,21 kNm and 53,13 kNm, respectively. The result showed that the flexural capacity of BP-B1, BP-A2B3 after strengthening increases up to 45,11 % and 91,73 %, respectively, relative to the control beam (BK). The stiffness of beams BP-B1, BP -A2B3 increases up to 24,97 %, and 74,53 %, respectively, relative to the control beam. The reductions of ductility for the beams BP-B1 and BP-A2B3 were 36,40 % and 60,07 %, respectively, relative to the control beam. Flexural failure mode occurred on BK, BP-B1, BP-A1B2 beams, while delamination failure with spalling mode occurred on BP-A2B3 beam.

Perkuatan bangunan pada saat ini banyak dilakukan antara lain karena perubahan fungsi bangunan atau karena faktor alam yaitu gempa bumi. Salah satu usaha yang dilakukan agar struktur bangunan tetap tanpa pembongkaran yaitu dengan melakukan perkuatan terhadap bangunan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas lentur, kekakuan, daktilitas dan pola retak dari suatu balok persegi yang diperkuat baik bagian tarik maupun bagian tekannya. Pada penelitian ini, dibuat 6 buah benda uji balok persegi yaitu balok tanpa tulangan perkuatan (BK), balok dengan tulangan perkuatan bagian tarik 1 tulangan (BP -B1), balok dengan tulangan perkuatan bagian tarik 3 tulangan dan tekan 2 tulangan (BP-A2B3) masing-masing berjumlah 2 buah. Semua benda uji menggunakan tulangan utama dan tulangan perkuatan berturut-turut diameter 11 mm dan 13 mm, dengan dimensi balok 125 mm ´ 250 mm ´ 2500 mm. Benda uji ditempatkan pada loading frame dengan tumpuan sendi dan rol pada kedua ujungnya dan dibebani dua beban terpusat. Pembebanan ditambahkan secara bertahap dengan interval kenaikan 2 kN sampai runtuh. Hasil pengujian kuat lentur benda uji BK, BP-B1, BP-A2B3 berturut-turut sebesar 27,71 kNm, 40,21 kNm dan 53,13 kNm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa benda uji setelah diperkuat dengan penambahan tulangan mengalami peningkatan kapasitas lentur balok BP -B1, BP-A2B3 berturut-turut sebesar 45,11 % dan 91,73 % terhadap balok kontrol. Kekakuan lentur balok BP-B1, BPA2B3 meningkat berturut-turut sebesar 24,97 % dan 74,53 % terhadap balok kontrol. Daktilitas balok BP-B1, BP-A2B3 turun berturut-turut sebesar 36,40 %, dan 60,07 % terhadap balok kontrol. Pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji adalah keruntuhan lentur pada balok BK, BP-B1 dan delaminasi disertai spalling pada balok BP-A2B3.

Kata Kunci : Balok persegi,Perkuatan,Kapasitas lentur, balok persegi, perkuatan, kapasitas lentur


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.