Optimalisasi peran tokoh dan pembina kamtibmas dalam manajemen konflik di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

HERNAWANSYAH, Yusuf, Prof. Dr. Irwan Abdullah

2008 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Konflik etnik merupakan satu masalah utama bagi Indonesia yang terkenal dengan pluralismenya, seperti halnya konflik yang terjadi di Sambas. Konflik antara suku Madura baik dengan suku Dayak ataupun suku Melayu, yang terjadi beberapa kali mulai dari skala kecil sampai besar yang menimbulkan banyak korban jiwa, telah menarik perhatian dunia internasional. Konflik ini timbul sebagai akibat dari perbedaan kultur atau budaya dan kecemburuan sosial antara peduduk asli dengan pendatang. Konflik semacam ini tidak hanya menimbulkan kerusakan pada daerah tersebut, banyaknya korban jiwa, luka-luka, dan pengungsian besar-besaran tetapi juga berdampak terhadap kehidupan mereka dan mempengaruhi sektor ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai latar belakang terjadinya konflik, factor-faktor pemicu, dampak sosial yang ditimbulkan, dan upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan peran para tokoh dan pembina kamtibmas dalam menangani konflik di Kabupaten Sambas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis (studi kepustakaan), disamping itu juga berusaha memberikan gambaran menyeluruh tentang situasi yang sedang dipelajari. Data penelitian dikumpulkan dari bahan-bahan kepustakaan dalam bentuk buku, situs internet, dan sumber-sumber kepustakaan lainnya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa konflik antar etnik yang terjadi di Kalimantan merupakan konflik yang telah berlangsung sejak lama, dan sporadik. Sejak tahun 1952 konflik sudah terjadi antara suku Madura baik dengan suku Dayak ataupun Melayu, yang diikuti dengan pengusiran, perkelahian masal dan penghilangan nyawa anggota etnis-etnis tersebut. Konflik tersebut tidak hanya berdampak pada kehidupan mereka tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi dan mengancam stabilitas keamanan Indonsia, yang selanjutnya akan mempengaruhi integritas nasional. Karena itu, aparat pemerintah daerah dengan tokoh masyarakat harus bekerjasama dalam upaya menangani konflik dan secara serius membangun kumunikasi diantara mereka dalam suatu forum dialog. Langkah ini diambil tidak hanya dalam konteks regional, akan tetapi dalam upaya nation building dan membangun masyarakat Indonesia yang pluralistik.

Ethnic conflict is a main issue in Indonesia as a multiethnic country, like ethnic conflict in Sambas. The conflicts between Madurese and either Dayaks or Malays, with numerous outbreaks of isolated from small to big scale communal fighting, and the loss of many lives on all sides were so devastating that they attracted international attention. The conflict is easily emerged as the accumulation of cultural diversities and social jealousy of local people towards outsiders economics achievement in their area. This condition has emerged which not only causes the destroyed regions, either killed, wounded or the uncontrolled internally displaced persons (IDPs), but also impacted their livelihoods and severely affected the economies of the areas concerned. This research have purposed to know much more about the motivation of the conflict, the triggering factors and the social impacts, also to optimalize the role of the social leaders and government apparatus in the process of managing social conflict. This research is using qualitative method that have pressing in gathering and literature study analisis. Beside that to try to give description about situation that being learned. The research data collected from literature substance such as book, internet and others. The research found that conflicts in Sambas were caused by some factors such as social – economic gap, misinterpreting religious concepts, and vested interest from the third parties. The research found that violent ethnic conflicts have had a long, though sporadic, history in Kalimantan. Since 1952 there have been primarily conflicts between Madurese and either Dayaks or Malays, with numerous outbreaks of isolated and small-scale communal fighting, and the loss of many lives on all sides. The conflict has not only impacted their livelihoods, but also severely affected the economies of the areas concerned and has the possibility of undermining stability of state and Indonesian security treat. Weak economies and turbulent politics have effect such as raising regional or province tensions and reducing national integrity. Therefore, local government and local communities should work how they together to manage the conflict and open their mind to begin to seriously consider the most meaningful forum for a regional dialogue among them. This step actually is not only on the context of region building, but also their community in term of the nation building and the pluralism society in Indonesia.

Kata Kunci : Konflik horisontal,Faktor pemicu,Manajemen konflik dan konflik Sambas