Kebenaran dalam perspektif filsafat G.W.F. Hegel

MUFIQ, DR. P. Hardono Hadi

2008 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Abad ke-18 adalah zaman pencerahan dan puncak dari kekuatan rasio dalam kehidupan manusia. Rasio mendeterminasi dirinya sendiri sebagai esensi kehidupan. Dia mengontrol imajinasi manusia untuk membuat apa saja dan memenuhi hasrat manusia. Manusia percaya bahwa rasio dapat memberi jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Puncaknya terjadi pada Idealisme Jerman. Hegel adalah filosof paling terkenal dengan Idealisme Absolutnya. Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan konsep Hegel tentang kebenaran dalam seluruh sistem filsafatnya dan implikasi-implikasinya. Untuk mencapai ketepatan inti permasalahan pendeskripsian konsep-konsep kebenaran yang lain penting dilakukan. Deskripsi ini berisi perbandingan, interpretasi, kesinambungan sejarah dalam pemikiran para filsuf. Konsep Hegel tentang kebenaran diawali dari logika. Logika Hegel dibangun dengan menggunakan metode dialektika dalam bentuk tiga, yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Ilmu logika diawali dari pembicaraan tentang Ada, Esensi dan akhirnya Ide. Pemahaman model logika dibutuhkan untuk membaca tulisan-tulisan Hegel. Ajaran tentang kebenaran didasarkan pada penerimaan atas Roh secara keseluruhan. Esensi Ada adalah Roh dan esensi Roh adalah kebebasan. Roh hadir di dunia pada diri manusia sebagai kesadaran. Kesadaran menyadari dirinya sendiri menjadi kesadaran diri. Secara dialektis, kesadaran dan kesadaran diri menyatu sebagai Rasio. Rasio sebagai Roh Subjektif menyadari dirinya sendiri menjadi Roh Objektif berada dalam realitas. Akhirnya, Roh Objektif kembali pada dirinya sendiri menjadi Roh Absolut. Konsekuensinya, apa yang rasional itu nyata dan apa yang nyata itu rasional. Formula ini didiskusikan oleh para filsuf secara serius. Hasilnya, banyak aliran muncul, diskursus modernitas digantungkan. Beberapa filsuf mengikuti dan beberapa filsuf menentangnya.

Eighteenth century is the Age of Enlightenment and the culmination of the power of reason in human beings. Ratio determined itself as the essence of mankind. It controlled human imagination to creat anything and fulfill human desire. Man believed that ratio could give the way out of problems appeared. It culminated in German Idealism. Hegel is the most popular philosopher by his Absolute Idealism. This reasearch described Hegel’s concept of truth around his philosophycal system and it implications. To precise the core, describing another concepts of truth is interesting to do. It contained comparison, interpretation dan historical continuity in the map of philosopher’s thinking. Hegel’s concept of truth was started from logic. Hegel’s logic was developed by dialectical method in the triadic form theses, antitheses and syntheses. The science of logic started from the doctrine of Being to the doctrine of Essence and finally the doctrine of Notion. Comprehending mode of logic wanted to read Hegel’s writing. The doctrine of truth based of acceptence of Spirit as a whole. The essence of Being is Spirit and the essence of Spirit is freedom. The Spirit appeared in the world as human spirit as Consciousness. Consciousness awared itself as Self-Consciousness. Dialectically, Consciousness and Self-Consciousness combined as Reason. Reason as Subjective Spirit awared itself to be Objective Spirit in term of reality. Finally, Objective Spirit returned to itself as Absolute Spirit. Consequently, what’s the rational is real and the real is rational. This formula discussed by philosophers seriously. The result, many ideology rised up, discourse of modernity hanged up. Many philosophers followed and opposed.

Kata Kunci : Rasio,Kebenaran,Metode dialektika,Logika,Ide,Kesadaran,Roh,Kebebasan dan realitas,reason, truth, dialectical method, logic, Idea, consciousness, spirit, freedom and reality