Laporkan Masalah

Ngaju, Ngawa, Ngambu, Liwa :: Analisis strukturalisme Levi-Strauss terhadap konsep ruang dalam pemikiran orang Dayak Bakumpai di Sungai Barito

NASRULLAH, Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A., M.Phil

2008 | Tesis | S2 Antropologi

Keberadaan Sungai Barito bukan semata-mata tampak dari bentuk fisik, melainkan juga memiliki makna-makna yang berkaitan erat dengan kebudayaan orang Bakumpai yang tinggal di Daerah Aliran Sungai Barito (DAS) Barito. Hal ini secara empiris dapat dilihat dari pengetahuan dan pengalaman orang Bakumpai tentang arah yang berpatokan pada sungai. Orang Bakumpai menyebutnya dengan istilah ngaju (hulu), ngawa (hilir), ngambu (darat), dan liwa (laut). Kajian ini untuk selanjutnya berusaha mencari makna dan menemukan konsep ruang tersebut secara mendalam, bukan sekedar pemaknaan sebagai arah saja. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan memakai tehnik pengamatan terlibat (participant observation), wawancara mendalam dan studi pustaka. Pemahaman mendalam mengenai konsep ruang: ngaju (hulu), ngawa (hilir), ngambu (darat), dan liwa (laut) dalam tataran pola pemukiman dan mobilitas orang Bakumpai dilakukan dengan menggunakan pendekatan Strukturalisme Levi-Strauss. Hasil peneltian ini menunjukan bahwa dalam konsep ruang orang Bakumpai terdapat relasi oposisi berdasarkan pola pemukiman secara hatahadep (berhadapan)-hambujur (berjejer) dan tataran mobilitas dalam ruang batenggas (terbatas)-gida batenggas (tidak terbatas). Dari rangkaian relasi oposisi ini, dapat disusun rangkaian sintagmatik dan paradigmatik yang memperlihatkan adanya transformasi atau alih rupa dari konsep ruang ke berbagai fenomen budaya lainnya yang berada dalam tataran permukaan (surface structure). Model struktur yang ada menunjukan pemikiran orang Bakumpai yang berada pada posisi bentuk (tengah), seperti terlihat dalam pola empat sebagai sisi. Dari garis silang imajiner yang berasal dari empat sisi ruang tersebut, terdapat satu titik yang berada di tengah. Inilah struktur terdalam (deep structure) orang Bakumpai yaitu sebagai penengah. Hal ini sebenarnya bersifat universal karena dapat dijumpai juga di tempat lain, seperti: dalam struktur pemikiran orang Palembang, orang Jawa, maupun dalam mitos tassawuf.

The Barito River exists not only in its physical form, but also in the many meanings it possesses for the Bakumpai culture residing along the river. Empirically, this can be seen from the Bakumpai’s knowledge and experience on establishing orientation based on the flow of river. The Bakumpai have four directions: ngaju (upper course of the river), ngawa (lower course of the river), ngambu (land), and liwa (sea). This study is aimed at finding deeper meaning behind the Bakumpai’s spatial concept of the Barito River , probing beyond simple direction. This research utilized qualitative methods to collect data, including participant-observation, literature study and book review, and in-depth interview techniques. The theoretical framework builds on Levi-Strass’ structuralist approach to examine the spatial concept: ngaju (upper course of the river), ngawa (lower course of the river), ngambu (land), and liwa (sea) as they pertain to Bakumpai neighborhood pattern and mobility. The results of this research showed that in the Bakumpai’s spatial concept there is an oppositional relationship based on the neighborhood pattern in the way of hatahadep (facing to each other)-hambujur (side by side) and mobility in terms of being batenggas (limited)-gida batenggas (unlimited). From the oppositional relationship, syntagmatic and paradigmatic sequences show transformations from spatial concept to various kinds of cultural phenomenon at the surface structure. The structural model showing the Bakumpai way of thinking rests at the bentuk (middle) position; this can be seen in the four-sided pattern. From the imaginary cross line that originates from the aforementioned four-sided pattern, there is one spot in the middle. This is the deepest structure of the Bakumpai, as an intermediary. This is actually a universal phenomenon, because similarities occur in some other places, such as in the people’s thought structure in Palembang, Javanese, and in the Tassawuf myth.

Kata Kunci : Bakumpai,Bentuk,Relasi,Transformasi,Struktur,Bakumpai, bentuk, relation, transformation, structure, Barito


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.