Garantismo dalam demokratisasi di Timor Leste

PEREIRA, Martinho, Dr. Purwo santoso, MA

2008 | Tesis | S2 Ilmu Politik

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang peranan garantismo bagi pengeloaan konflik elit dalam demokratisasi di Timor Leste. Demokratisasi di Timor Leste yang terinspirasi dengan prinsip demokrasi liberal, menyebabkan persaingan dianatara kelompok-kelompok elit dalam merebutkan kekuasaan. Proses politik yang demikian menjadikan mudah untuk terjerumus dalam konflik elit politik dan akhirnya merembes pada kekerasan yang selama ini menjadi sumber penderitaan masyarakat. Demokrasi yang seharusnya menjadi bingkai dalam mekanisme pengelolaan berbagai kepentingan yang berbeda-beda melalui peranan lembaga-lembaga demokrasi seperti partai politik, parlamen, dan pemilihan umum, ternyata mudah terjerumus dalam konflik dan kekerasan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tujuan mengambil kesimpulan berdasarkan data. Unit Analisis yang diambil adalah perang elit politik, dengan metode pengambilan data observasi partisipatif dan diperkuat dengan datadata sekunder berupa naska publikasi, pidato Presiden, laporan-laporan dari CNE, CAVR, Komisi penyelidikan PBB, buku-buku dan informasi dari media mssa baik cetak maupun elektronik. Untuk mendapat informasi tentang peranan media massa dalam demokratisasi, dilakukan wawancara mendalam dengan direktor Radio dan Televisi Timor Leste (RTTL) dan ketua Assosiasi Pers Timor Leste. Hasil dari analisis yang dilakukan, menujukan bahwa konflik yang terjadi dalam demokratisasi di Timor Leste merupakan tanggun jawab dari lemahnya garantismo yang memainkan peranan sebagai penengah dalam melobing kelompokkelompok yang berbeda prinsip politik untuk mencapai kesepakatan bersama atau suatu mimpi kolektif bagi negara Timor Leste. Argumen ini dapat dibuktikan dengan beberapa data tentang konflik elit politik yang berlangsung selama demokratisasi di Timor Leste, yaitu : 1. Terjadinya perang saudara tahun 1975, yang berawal dari kup yang lakukan partai UDT terhadap FRETILIN dan kemudian dibalas oleh FRETILIN. Konflik ini terjadi karena penguasa Portugal yang tidak konsisten dengan kebijakan dekolonisasi dan tidak ada penganti lainnya yang dapat menengahi masyarakat yang lagi menenpuh kebebasan tanpa ada persiapan yang memadai untuk itu. 2. Terjadinya konflik dalam era konsolidasi demokrasi, tepatnya pada pertengahan Mei 2006, merupakan bentuk ketidakmampuan garantismo yang diperankan oleh Presiden Xanana Gusmão dalam mengajak FRETILIN yang mengusai pemerintahan untuk mencapai kompromi bersama oposisi. FRETILIN yang memeliki dukungan massa yang sangat besar dan menjadi mayoritas mutlak dalam parlamen nasional memeliki sikap yang sangat keras dan sulit untuk berkompromi dengan kelompok politik lainnya termasuk Presiden sebagai garantismo. Akibatnya, demokrasi yang diupayakan menjadi terhambat oleh suatu hegemoni FRETILIN. 3. Upaya untuk melemahakan kekuatan FRETELIN yang menghegemoni, Xanana Gusmão mengkontruksikan suatu etnisitas dengan memberi label pahlawan dan penghianat sebagai isu konflik yang sangat potensial bagi konflik antara masyarakat etnik Loro Saé dan Loro Monu.

The present research aims to get explanation about garantism role for elite conflict management at democratization in Timor Leste. Democratization in Timor Leste that inspired by liberal democracy principle caused competition among elite groups to grab the power. Such political processes enable to fall into trap at political elite conflict and finally climb up to harshness in which during the time becomes the community sufferings source. Democracy that should become the frame on management mechanism to various interests through the role of democracy institutions such as political party, parliament, general election, apparently easy to trap fall into trap in the conflict and harshness. The research uses qualitative method in purpose to draw conclusion base on the data. The analysis unit which taken is the political elite fight, with data collecting method a participative observation and reinforced with secondary data in form of publication text, president speech, the reports from CNE, CAVR, United Nation investigation commission, books and information from mass media either printing or electronic media. To obtain information on the mass media role in democratization, a depth interview with director of radio and television of Timor Leste (RTTL) and Chief of Press Association of Timor Leste was conducted. The analysis result shows that conflict occurred at democratization in Timor Leste is the responsibility from the weakness of garantism that play the role as mediator on lobbying different group in political principle to reach the approval or collective dreaming for the Timor Leste State. This argument can be proved with some data on the political elite conflict persisted during democratization in Timor Leste, namely; 1. The incident of civil war in1975, initiated from the coup taken by UDT to FRETILIN. The conflict occurred because the Portugal rulers inconsistent with decolonization policy and there is no other substitute which can mediate the community which assail the freedom without adequate preparation. 2. The incident of conflict in democracy consolidation era, exactly on the middle of May 2006 is the incapability of garantismo form that play by President Xanana Gusmao to invite FRETILIN which dominating the administration to make compromise with opposition. FRETILIN which have most large mass supporting and to be ultimate majority in national parliament have strong attitude and difficult to make compromise with other political group including President as garantismo. The consequence, democracy which exerted to be restrained by FRETILIN hegemony. 3. The initiative to weaken hegemonies FRETILIN power, Xanana Gusmano constructing the ethnicity in providing hero and betrayer label as most potential conflict issue between Loro Sae and Loro Monu ethnics.

Kata Kunci : Demokrasi,Demokratisasi,Garantismo,Konflik,Democracy, Democratization, Garantismo and Conflict