Diksi dan bahasa kiasan dalam novel Daerah Salju karya Ajip Rosidi :: Kajian stilistika
AGUSTINI, Andi Endah, Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo
2008 | Tesis | S2 SastraKarya sastra terjemahan merupakan media untuk mentransfer informasi mengenai gejolak batin, sosial, dan budaya dari suatu masyarakat yang diceritakan dalam novel terjemahan tersebut. Daerah Salju merupakan novel terjemahan berbahasa Indonesia yang diterjemahkan langsung dari novel aslinya berbahasa Jepang, Yukiguni karya Kawabata Yasunari. Sebagai pengarang atau penerjemah, dalam menghasilkan karya sastra, mereka mempunyai style/gaya bahasa. Adapun ilmu yang mempelajari tentang style/gaya bahasa adalah stilistika. Penelitian gaya bahasa ini menggunakan teori stilistika melalui analisis diksi dan bahasa kiasan yang terdapat pada novel Daerah Salju dan dibandingkan dengan novel Yukiguni. Disebabkan Daerah Salju adalah novel terjemahan maka untuk mengetahui metode terjemahannya diperlukan ilmu terjemahan. Pilihan kata/diksi merupakan langkah awal yang harus dihadapi oleh penerjemah dalam melakukan penerjemahan. Selain itu, penerjemah juga dihadapkan pada penerjemahan bahasa kiasan yang maknanya kadang tidak sesuai dengan makna secara harfiah. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan metode stilistika dan metode terjemahan. Langkah-langkah dalam analisis stilistika adalah mengamati padanan makna dan penyimpangan makna yang terdapat pada Daerah Salju. Makna dalam kajian stilistika selalu berada dalam konteks dan tataran fungsi, sebab karya sastra atau novel adalah secondary modeling system. Adapun metode penerjemahan terdiri atas penerjemahan harfiah dan idiomatis. Daerah Salju merupakan ekspresi Ajip Rosidi dalam membandingkan kata wanita, perempuan, gundik, piaraan, gadis, anak perempuan, perawan yang diasosiasikan pada sosok manusia berjenis kelamin perempuan. Adapun diksi warna adalah pendeskripsian warna dan suasana yang ada di daerah salju yang apabila dicarikan padanan kata dengan warna-warna dalam bahasa Indonesia, kesan dari suasana di daerah salju menjadi kabur. Unsur bahasa daerah yang terdapat dalam Daerah Salju merupakan bagian dari storage/memori Ajip Rosidi. Dari segi bahasa kiasan, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki bahasa kiasan. Dari analisis, Daerah Salju/Yukiguni adalah novel yang di dalamnya banyak menggunakan bahasa kiasan, khususnya simile, untuk melukiskan kondisi daerah salju, dan Ajip Rosidi memilih tetap setia menerjemahkan sesuai dengan teks aslinya. Selain itu, bahasa kiasan dalam Daerah Salju berfungsi untuk menyampaikan grand idea dari cerita tentang daerah salju dan masyarakat sosial budayanya, di mana Daerah Salju menggambarkan bahwa jarak keindahan dan keburukan atau kebahagiaan dan kesedihan adalah sangat dekat seperti sisi mata uang. Adapun dari segi terjemahan, Ajip Rosidi menerjemahkan teks Yukiguni ke Daerah Salju berdasarkan padanan kata/makna bahasa Indonesia dari teks Jepang, kemudian menyusunnya menjadi teks bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan tata bahasa dalam bahasa Indonesia, dan terjemahan yang dilakukan Ajip Rosidi adalah terjemahan harfiah/leksikal/setia pada teks aslinya.
The translated literary work is a medium to transfer the phenomena of psychological, social and cultural unrest of the society described in the novel. Either the author or the translator is undoubtedly having peculiar style in their creative process. Daerah Salju, translated from Kawabata Yasunari famous novel entitled Yukiguni, is the proof of the peculiarity of the translator’s style. Therefore, stylistic as the medium to analyze the style of the author is ultimately needed. This research is conducted by the in-depth explication in the effort to compare the diction and figurative languages in Ajip Rosidi’s Daerah Salju and Kawabata’s Yukiguni. Since Daerah Salju is translated version, the theory of translation is also important to give more convincing analysis. Poetic diction is the first obstacle faced by the translator in the process of translation. Besides, the connotative meaning of the poetic diction is another obstacle in translation needing the full attention from the translator. As the result, this research combines stylistic and translation theories. Steps in stylistic analysis are to observe the synonym and the deviation of meaning existed in Daerah Salju. The meaning resulted from the stylistic analysis belongs the range of context and function because literary work or novel is secondary modeling system. While, the translation methods used in this research are literal and idiomatic translation. Daerah Salju is the reflection of Ajip Rosidi’s expression in comparing the words wanita, perempuan, gundik, piaraan, gadis, anak perempuan, perawan, which are always associated with female figure. The diction related to color is the description of atmosphere in snowy area. If these dictions are translated into Indonesia, it will diminish the perfect description of the snowy area because both Indonesian and Japanese language have connotative meaning. The existence of local language is a part of Ajip Rosidi’s storage. The result of analysis shows that Daerah Salju/Yukiguni employs many figurative languages, particularly simile, in the attempt to describe the situation snowy area. Ajip Rosidi persistently translates this novel as the original version. The figurative languages in this novel serve to deliver the grand idea of the social condition of society dwelling in snowy region. This novel exposes the message that beauty and sadness is like dual edges of coin. Ajip Rosidi translates Yukiguni into Daerah Salju based on the equivalence of Indonesian Language from Japanese and rearranges them into structured Indonesian grammar. Therefore, this translation is a literal translation.
Kata Kunci : Stilistika(diksi, bahasa kiasan,gaya bahasa),Terjemahan, Stylistic (diction, figurative languages, style), translation