Strategi pengelolaan Gua Jepang di Seloharjo, Pundong, Bantul sebagai objek wisata
ANGGORO, Priadi, Dr. Inajati Adrisijanti
2008 | Tesis | S2 ArkeologiKompleks gua Jepang di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong Bantul merupakan salah satu kompleks gua buatan yang dibangun oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia. Tinggalannya berupa 18 bangunan gua yang dibangun secara berkelompok pada bukit-bukit kecil atau lembah dan dilengkapi dengan jalur penghubung antargua. Tinggalan-tinggalan tersebut dapat digunakan untuk mempelajari strategi perang dan upaya militerisme pemerintah Jepang dalam mempertahankan wilayah yang dikuasai, serta merupakan salah satu sumberdaya Arkeologi yang dapat menjelaskan peristiwa sejarah pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia, sehingga memiliki nilai penting ilmiah. Mengingat nilai penting ilmiah tersebut, situs ini perlu ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya agar terjamin upaya pelestariannya. Di samping itu, berdasarkan potensi dimiliki, situs ini dapat diusulkan untuk dikelola lebih lanjut, khususnya sebagai objek wisata, agar membawa manfaat tidak hanya bagi ilmu pengetahuan, tetapi juga bagi Pemerintah Daerah untuk menopang PAD dan bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan peluang kerja dan pendapatan. Upaya pemanfaatan kompleks gua Jepang sebagai objek wisata memerlukan perencanaan yang terorganisasi dengan baik dan mempertimbangkan hasil analisis SWOT, agar nilai penting situs tidak mengalami penurunan. Koordinasi berbagai pihak yang berkepentingan, seperti Pemerintah Daerah, lembaga formal dan non formal yang bergerak di bidang arkeologi dan pariwisata, serta masyarakat setempat yang selama ini belum dilakukan, perlu diwujudkan agar tidak terjadi konflik kepentingan di kemudian hari. Di dalam upaya pemanfaatan juga harus dilakukan pengawasan dan penilaian ulang terhadap pelaksanaan rencana aksi yang meliputi aspek konservasi, sumberdaya manusia, dan sarana dan prasarana. Tindakan konservasi perlu dilakukan untuk menjaga kondisi dan kualitas situs dan mencari penyebab kerusakan, untuk selanjutnya dibuat alternatif-alternatif penanganannya. Sarana dan prasarana yang perlu disediakan dalam rangka menunjang pemanfaatan situs sebagai objek wisata, harus tetap mempertimbangkan aspek pelestarian. Kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam upaya pemanfaatan KCB juga perlu diperbaiki agar upaya pemanfaatan dapat berlangsung sesuai yang diharapkan
Japanese army had built artificial caves at many places during their colonization in Indonesian archipelago, including in Yogyakarta Province. Three groups of cave were found in Yogyakarta, i.e. Kaliurang, Maguwo, and Bantul. The Japanese heritage in Bantul consisted of 18 artificial caves built on six small hills and two valleys at Seloharjo Village, Pundong district. One cave to another was connected by secret tunnels. The whole site reflects the Japanese army’s efforts to defence its colony. Therefore, this site is culturally significance due to its scientific value. In relation with this, it is necessary to ensure its preservation by promoting the site as a cultural heritage zone. Cultural heritage site can be promoted to a tourism object which is seen as promising economic value for the government and the local people. In this case, a comprehensive cultural heritage management should be applied to avoid cultural significance degradation and conflict of interests. It will include appropriate action planning of conservation, public facilities, and human resource development, along with monitoring and evaluation processes. To retain preservation sustainability of the cultural heritage, whole opportunities and weaknesses (SWOT) need to be assessed in the management process. The local government and all groups of people with the same interest, such as formal and nonformal archaeological and tourism institutions, and the local people should be involved in the management of the Japanese caves heritage as a tourism object.
Kata Kunci : Gua Jepang,Tinggalan budaya,Objek wisata,Pelestarian,Koordinasi, Japanese Caves, cultural heritages, tourism objects, preservation