Rumah tradisional di Ngloro, Kecamatan Saptosari, Gunungkidul :: Kajian aspek pengelolaannya
HARIMURTI, R. Wikanto, Prof. Dr. Inajati Adrisijanti
2008 | Tesis | S2 ArkeologiBagi orang Jawa, rumah tidak sekedar tempat berlindung dari panas dan hujan, namun juga melambangkan kehidupan sosial dan spiritual mereka. Beberapa jenis rumah tradisional Jawa adalah kampung, joglo, limasan, dan panggangpe. Pada beberapa daerah terdapat inovasi dalam membangun rumah tinggal sesuai dengan kebutuhannya Dusun Ngloro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul berjarak kurang lebih 30 kilometer arah tenggara Yogyakarta. Di dusun ini ditemukan penyimpangan dalam pembuatan rumah tradisional. Selama penelitian terdapat paling tidak empat macam tipe kombinasi rumah di Ngloro yaitu jogloâ€jogloâ€kampung, jogloâ€limasanâ€kampung, joglolimasan†kampung, limasanâ€jogloâ€limasanâ€kampung dan limasanâ€kampung. Selain itu rumah tradisional di Ngloro menandakan status sosial pemiliknya, yang dapat dilihat dari jumlah balok yang menyusun usuk tumpangsari. Saat ini rumah tradisional Jawa menghadapi berbagai macam ancaman kepunahannya. Mulai dari kerusakan akibat bencana alam, kerusakan fisik, dan ancaman pemenuhan kebutuhan ekonomi pemiliknya. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan pelestariannya. Program ini meliputi konservasi kawasan dan menjadikan Ngloro sebagai daerah tujuan wisata budaya. Namun yang paling penting adalah pengelolaan kawasan tersebut dengan berorientasi pada masyarakat sekitarnya.
For Javanese people, their house is not only a shelter form rain and sun shine, but also represent the owner spiritual life, a unity with God. Examples of javanese tradisional house types are Kampung, Panggangpe, Limasan, and joglo. Each type of javanese traditional house represent the owner social statification. In some regions, people built their house types depending on the space needed and innovation. Ngloro is a small village in Saptosari, Gunungkidul District, about 30 kilometres southeast of Yogyakarta. In Ngloro we can find some deviations of the Javanese house rule. Traditional houses in Ngloro are different from other traditional Javanese houses commonly found in Java. Here one house can be a combination of several types of javanese tradisional houses. During the research in Ngloro, at least there are four types of Ngloro’s traditional houses, I,e: jogloâ€jogloâ€kampung, jogloâ€limasanâ€kampung, jogloâ€limasanâ€kampung, limasanjoglo†limasanâ€kampung and limasanâ€kampung. The social stratification of the house’s owner can be identified from the number of usuk tumpang sari. Nowadays, tradisional Javanese house in Ngloro are facing an extinction problem caused by natural disaster and socialâ€economic factors. Result of the research carried out in Ngloro suggests that to prevent extinction caused by economic factor is by managing it preservation. Include in this preservation program are teritory conservations, make Ngloro as culture tourism destination, and the most important is community based management.
Kata Kunci : Rumah tradisional,Pengelolaan,Ngloro,Wisata budaya,Berbasis masyarakat,Traditional houses, Management, Ngloro, Cultural Tourism, Community Based