Analisis kompetensi community organizer NGO dalam memberdayakan masyarakat pasca gempa di Bantul
NUR, Andi Sirajuddin, Fathul Himam, M.Psi., M.A., Ph.D
2008 | Tesis | S2 Magister Sains PsikologiPemberdayaan sebagai pendekatan dalam penanganan bencana dengan berdasarkan prinsip bekerja bersama masyarakat, menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak-hak yang harus dihargai dan menempatkan masyarakat korban sebagai subjek yang aktif. Community organizer sebagai pendamping lapangan harus mampu memfasilitasi masyarakat korban untuk melakukan refleksi terhadap situasi, melakukan analisis terhadap masalah yang sedang dihadapi, dan menyelesaikan masalahnya dengan mengorganisir diri sebagai kekuatan organisasi. Penelitian ini menggunakan wawancara yang mendalam untuk mengumpulkan data dari 7 orang responden. Pengumpulan responden dengan menggunakan teknik “snow-ball†dan pemilihan responden menggunakan theoretical sampling. Analisis dan interpretasi data dalam penelitian dilakukan dengan cara: (1) Memahami pernyataan penting, (2). Membuat makna pernyataan, (3). Membuat intisari pernyataan dan, (4). Menggambarkan secara mendalam dan memadukan (composite) deskripsi tekstural dan struktural menjadi suatu makna yang universal dan mewakili responden secara keseluruhan. Sementara untuk verifikasi penelitian dengan menggunakan member chekcs dan internal audit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi community organizer diantaranya; soft competency: (1) empati, (2) Asertif, (3) motivator, (4) tulus (5) jujur, (6) terbuka, (7) sabar, hard competency: (1) teknik analisis sosial, (2) kontak sosial, (3) teknik advokasi dan (4). Penorganisasian masyarakat. Sedangkan strategi pemberdayaan: (1) berintegrasi, (2) prinsip universal, (3) pendidikan, (4) membuka akses, (5) pendekatan budaya, (6) program fisik, (7) menempatkan masyarakat sebagai seubjek, sedangkan makna kompetensi bagi community organizer yaitu: (1) memahami problem masyarakat secara menyeluruh, (2) kohesivitas masyarakat meningkat, (3) masyarakat memiliki pola pikir yang kritis, (4) masyarakat mengetahui hak-haknya sebagai korban.
Empowerment as an approach in disaster management is supported to be developed based on principles of working together with community. It realized that community rights that need to be respected and they are received as achieve to well being. CO as Community organizer must be able to facilitate survivor community to have reflection on situation, make analysis on the problem faced and solve the problem through organising themselves as organisation power. This research uses in-depth interview for collecting data. There are seven respondents involved. Respondents were selected by “snow-ball†and were chosen by theoretical sampling. The process analyzing and interpreting data included: (1). Understanding of significant statement, (2). Meaning of statement, (3). Thems of meanings and, (4). Exhaustive description and combine textural description with structural description then structured into universal meaning which represents respondents as a whole. Verification of study result used member checks and internal audit. This research show that competency of community organizer included; soft competency: (1). Empaty, (2). Asertif, (3). Motivator, (4). Honourable (5). Honesty (6). Open minded, (7). Patient. Then, hard competency included: (1). Analysis social technics, (2). Social contact, (3). Advocation technics and (4). Community organizing technics. Then, empowerment strategy included: (1) integration, (2). Universal principle, (3). Education , (4). Cultural approach, (5). Physical program, (6). understanding the survivor community as active subject. Then, meaning of competency for community organizer included: (1). Understanding of universal society problem, (2). To ascend of society cohesivity, (3). Community has ciritical way of thinking, (4). Community understands its rights as victim.
Kata Kunci : Kompetensi,Community organizer,Pemberdayaan masyarakat,Pasca gempa,Competency,Community organizer,Community empowerment,after eartquake.